tag:blogger.com,1999:blog-42338218454640320722024-02-21T21:21:54.508+07:00My WORLDRAIDERShttp://www.blogger.com/profile/12674960758995664677noreply@blogger.comBlogger58125tag:blogger.com,1999:blog-4233821845464032072.post-50452368772137581522009-10-12T10:00:00.001+07:002009-10-12T10:00:35.580+07:00sebelumnya perkenalkan namaku Rio. Aku sudah lama menikmati cerita-cerita di situs ini. Sebenarnya sudah lama juga aku mau share pengalamanku di sini. Tapi karena sibuk di kantor, jadi baru sempat ngetik belakangan ini.Sampai saat ini aku masih bekerja di salah satu perusahaan IT di Jakarta. Aku juga punya minat yang cukup tinggi dalam urusan seks. Pengalaman seks aku yang pertama kualami dengan salah satu teman chat-ku. Sejak saat itu, aku mulai ketagihan.Biasanya aku berhubungan seks dengan wanita-wanita yang kurang lebih sebaya denganku. Kali ini aku akan cerita pengalaman seks pertamaku dengan wanita yang beda umurnya cukup jauh denganku.Awalnya dari chatting. Suatu kali entah kenapa aku bosan dengan nick yang biasa aku pakai. Aku pun mencoba sebuah nick menarik perhatian. Nick yang menyiratkan fisik tubuhku, tapi tidak vulgar. Dari sekian banyak nick yang query aku, aku tertarik pada sebuah nick yang cukup menggoda. Jnd_37_Jkt. Aku pikir pemilik nick ini pasti seorang janda berumur 37 tahun yang tinggal di Jakarta. Aku membalas querynya.‘hi juga, asl pls..’ balasku.‘kan di nick udah’‘oh iya, tapi Jnd apa tuh?’ tanyaku pura-pura bego.‘Jendral ha3x. gak ding, janda kok’ aku tersenyum melihat kelakarnya.‘oo.. ic’ jawabku.‘asl u dong’ tanya nick itu.‘aku lebih muda gpp nih?’ aku bertanya balik.‘gpp, justru yg muda lebih asik:)’ aku tertawa dalam hati.‘ok, 24 m jkt’ jawabku.‘hihihi.. 24 sih lagi seger2nya tuh ;)’ hmm.. mulai menggoda nih. Kami pun terlibat obrolan yang mengasyikkan. Sekitar setengah jam aku chat dengannya hingga akhirnya kami bertukar nomer telepon.Aku baru saja tiba di rumah ketika tiba-tiba ponselku berbunyi. Hmm.. nomer siapa ini. Aku langsung mengangkat.“Halo..” sapaku.“Rio ya? Udah pulang?” tanya suara di ujung sana yang ternyata suara seorang wanita.“Iya, siapa ya?” tanyaku penasaran.“Hai..” wanita itu menyebut nick yang kugunakan tadi siang.“Tante Rissa ya?” aku mencoba menebak.Terdengar tawa di ujung sana. Betul, Tante Rissa yang tadi siang menggunakan nick Jnd_37_Jkt. Kami pun langsung menyambung obrolan tadi siang. Dari obrolan kami yang akrab aku tahu bahwa Tante Rissa sebetulnya masih menikah. Suaminya seorang pengusaha di bidang makanan ringan yang cukup sukses. Sementara Tante Rissa sendiri aktif sebagai salah seorang manager di salah satu bank asing di Jakarta. Dan seperti cerita-cerita kehidupan kota metropolitan pada umumnya, Tante Rissa jarang sekali bisa merasakan kehangatan suaminya karena kesibukan keduanya yang bertolak belakang. Akibatnya wanita itu sering melepas kesepian dengan gigolo-gigolo simpanannya.Malam itu kami saling bertukar cerita, dan ujung-ujungnya kami pun janjian ketemu. Tante Rissa mengajakku ketemu di Blok M Plaza. Semula aku menolak karena di Blok M cukup ramai, apalagi hari Sabtu. Tapi Tante Rissa beralasan bahwa di situ tempat yang paling aman karena kerabat-kerabatnya jarang sekali ke daerah tersebut. Akhirnya aku ok saja. Kami pun janjian bertemu Sabtu depan.Hampir setengah jam aku menunggu di Pizza Hut sambil mataku mencari-cari wanita berkulit putih dan berambut coklat sepunggung dengan tinggi sekitar 170 cm dan berat 58 kg yang mengenakan kemeja putih tanpa lengan dan celana jeans ketat sebetis. Spaghettiku sudah tinggal separuhnya dan mulai dingin. Aku baru saja akan menyuapnya lagi ketika tiba-tiba salah seorang pelayan Pizza Hut menghampiriku dan memberikan secarik kertas. Dia menggeleng ketika aku tanya dari siapa kertas tersebut. Penuh penasaran aku membukanya.‘CARI SIAPHAA..? I’M BEHIND YOU MY BOY’ aku terkejut dan langsung menoleh ke belakangku. Kira-kira 2 meja di belakangku, aku melihat satu meja yang ditempati 2 orang wanita. Salah satu dari wanita itu melambai ke arahku sambil tersenyum. Aku memperhatikannya dengan cermat. Wanita itu persis sekali dengan ciri yang disebutkan Tante Rissa saat di telepon beberapa hari lalu. Itu pasti dia!! Tapi yang satu lagi siapa ya? Tanpa pikir panjang aku menghampiri meja tersebut, dan wanita yang melambaikan tangan padaku langsung berdiri menyambutku.“Halo sayang..” sambut wanita yang ternyata memang Tante Rissa itu seraya mencium kedua pipiku. Aku membalasnya dengan mesra.“Tante iseng banget sih.. udah nunggu dari tadi juga, untung nggak pulang.” aku pura-pura merajuk. Tante Rissa tersenyum sambil mengacak-acak rambutku.“Eeh.. nggak takut rugi kalo pulang nih? Ada yang mau kenalan sama kamu tuh..” cetusnya sambil melirik ke wanita yang ada di sebelahnya. Kami pun berkenalan. Tante Emma, wanita yang dimaksud ternyata adalah tetangga Tante Rissa. Dari obrolan kami, aku tahu kalau mereka bernasib sama dalam urusan rumah tangga, dan seringkali hunting bareng mencari gigolo-gigolo yang siap memuaskan nafsu mereka.“Gila, Tante pikir nick kamu itu cuma boongan doang..” cetus Tante Rissa sedikit kagum pada tubuhku. Sebetulnya tubuhku tidak atletis seperti tubuh-tubuh idaman wanita. Mungkin dengan tinggi badanku yang 182 cm dan berat sekitar 78 kg aku jadi terlihat tinggi besar.“Iya nih Yo, gara-gara cerita kamu waktu di telepon, Emma jadi kepengen ketemu juga sama kamu.” kata Tante Rissa. Aku mengernyitkan kening.“Cerita? Wah, Tante pake cerita-cerita segala sih sama Tante Emma. Kan jadi..”“Siapa yang cerita, lha wong kamu sendiri yang cerita sama kita..hihihi.” aku semakin tidak mengerti dan menatap Tante Rissa penuh tanya. Wanita itu tersenyum.“Gini lho sayang, waktu kamu telepon kemaren itu Emma juga ada di rumah Tante, jadi kita berdua asyik deh denger cerita kamu yang hot itu hahaha..” aku langsung mencubit pinggang Tante Rissa gemas.Ternyata sejak awal mereka sudah berniat ngerjain aku. Akhirnya kami bertiga langsung cabut ke rumah Tante Rissa yang sedang sepi. Sampai di rumah Tante Rissa kami bertiga langsung menuju ke kamar tidur. Aku baru saja ingin menghempaskan tubuhku di ranjang ketika Tante Emma memeluk tubuhku dari belakang dan menciumi leherku.“Enak aja kamu dateng-dateng mau istirahat.. pemanasan dulu ah hihihi..” celetuk Tante Emma. Dari belakang tubuhku, jemari lentik wanita itu masuk dari sisi kiri-kananku dan langsung melepas kancing kemejaku satu demi satu. Sementara Tante Rissa dari depan merangkul leherku dan mengecup bibirku.“Mmhh.. ayo Yo, kita pengen coba permainan kamu.. hhmmhh..” Tante Rissa melumat bibirku dengan bibir tipisnya yang tersapu lipstik warne merah muda. Ahh.. lembut sekali bibirnya. Aku mencoba mengimbanginya, lidahku menjelajahi mulut Tante Rissa.Sementara Tante Emma baru saja berhasil melepaskan kemeja yang membalut tubuhku. Tante Rissa langsung menghentikan ciumannya dan lidahnya mulai menjelajah leher, dada dan perutku. Di belakang Tante Emma memandikan punggungku dengan lidah dan air liurnya. Gairahku mulai naik. Tante Rissa semakin turun ke bawah dan bibirnya sampai ke batas celanaku. Dengan cekatan jemarinya yang lentik mencopot kancing celana jeansku dan melorotkannya ke bawah. Kemudian dengan liar lidahnya membasahi celana dalam yang membungkus batang penisku.Aku tidak menyadari sejak kapan Tante Emma melepas kaus ketatnya, tiba-tiba saja aku merasakan ada dua gumpalan lembut yang hangat menempel di punggungku. Aku menoleh ke belakang dan mendapati Tante Emma sedang menggesek-gesekkan payudaranya yang bulat dan montok di punggungku. Kedua bibir sexynya yang berlapis lipstik merah bata terbuka seakang mengundang bibirku untuk melumatnya.“Mmhh.. ssllpp.. mm..” tanpa pikir panjang aku langsung melumat bibir sexy itu. Kedua tangan Tante Emma yang lembut menjelajahi dadaku yang telah basah oleh air liur Tante Rissa.Di bawah sana Tante Rissa telah berhasil melucuti celana dalamku, hingga batang penisku yang berukuran biasa saja itu terlihat jelas menantang. Tante Rissa menggenggam batangnya dengan tangan kirinya, sementara kepala penisku diusap-usap dengan jemari tangan kanannya yang lembut sambil sesekali dijilati. Ssshh.. nikmat sekali.Tante Emma mengajakku berbaring di ranjang agar kami bisa leluasa bercumbu. Aku dan Tante Emma pun berbaring di ranjang dengan setengah kakiku masih menjulur ke lantai. Sambil berciuman, kedua tanganku aktif meremas-remas payudara Tante Emma yang montok. Tante Emma memelukku erat-erat. Bibir kami tak henti-hentinya saling melumat.Tante Rissa semakin asyik dengan batang penisku yang mulai mengeras. Dijelajahinya setiap centi penisku dengan lidah dan bibirnya. Ughh.. sampai akhirnya penisku amblas di mulutnya yang hangat dan basah. Kepala Tante Rissa naik-turun seiring kenikmatan yang diberikannya lewat mulut. Sementara kedua tangannya menjelajahi pinggangku.Bosan dengan bibir Tante Emma, lidahku mulai menjalar ke leher dan telinga. Aku mengulum telinga wanita itu yang putih bersih. Tante Emma sampai meremas rambutku karena keasyikkan. Aku terus menjelajahi tubuhnya dengan lidahku, sampai akhirnya aku mulai melumat kedua payudara dan putingnya.“Ssshh..oohh..Rioo..teruss Yoo..” tubuh Tante Emma mulai menggelinjang menahan kenikmatan yang kuberikan. Aku tidak peduli. Lidahku semakin liar menjilati dan mengulum puting susunya yang runcing. Kadang aku menggigitnya dengan gemas. Tante Emma memeluk kepalaku rapat ke payudaranya. Huuff.. hampir sesak nafas aku dibuatnya.Tanpa aku sadari, Tante Rissa sudah melucuti pakaiannya sendiri hingga telanjang bulat.Wanita itu kelihatan gemas sekali dengan penisku. Padahal ukurannya biasa saja. Dibanding gigolo-gigolo simpanannya pasti penisku tidak ada apa-apanya. Tapi Tante Rissa bernafsu sekali menjilat, mengulum dan mengisap penisku. Hingga akhirnya wanita itu mulai tidak tahan dan tiba-tiba sudah berdiri mengangkangi tubuhku. Tante Rissa berdiri dengan lututnya dan mulai merendahkan badannya. Sebelah tangannya menggenggam batang penisku yang memang sudah keras dan basah oleh air liurnya. Tante Emma yang mengetahui hal itu langsung mengambil alih, tangannya menggenggam batang penisku yang semula digenggam Tante Rissa. Sementara kini kedua tangan Tante Rissa yang lembut bertopang di atas dadaku.Perlahan-lahan tubuh Tante Rissa semakin turun, dan aku mulai merasakan bibir kemaluannya menyentuh ujung penisku. Hhh.. kepala penisku mulai masuk sebagian ke dalam vagina Tante Rissa yang sedikit basah, dan.. bleess!! Amblas sudah penisku di dalam liang kenikmatan itu. Tubuh Tante Rissa naik-turun seiring kenikmatan yang kami nikmati bersama.Sementara Tante Emma langsung menyodorkan selangkangannya di wajahku. Lidahku langsung sigap melumat klitoris Tante Emma yang mulai basah. Posisi Tante Emma berhadapan dengan Tante Rissa, sehingga mereka berdua menindihku sambil berciuman. Aku tak bisa melihat karena wajahku tertutup kemaluan Tante Emma, tapi dari suara mereka aku tahu betul bahwa mereka tengah berciuman dengan penuh gairah.Tak lama kemudian aku mulai merasa dinding vagina Tante Rissa mulai berdenyut-denyut. Tubuh wanita itu mulai menggelinjang tak karuan menahan rasa nikmat. Tante Emma kini tidak mencumbu bibir Tante Rissa lagi, tapi menunduk ke arah penisku dan vagina Tante Rissa yang sedang asyik menyatu. Tante Emma menjilati kemaluan kami bergantian. Akkhh.. semakin nikmat saja rasanya.“Ssshh.. Riioo.. aahh..” Tante Rissa mencapai klimaksnya. Penisku banjir oleh lendir kenikmatan yang mengalir dari dalam vaginanya. Ayunan tubuhnya semakin pelan. Kemudian wanita itu mencabut penisku dari vaginanya dan memberi tempat untukku dan Tante Emma melanjutkan permainan.Tante Emma rupanya menginginkan posisi lain. Wanita itu mengambil posisi nungging di atas ranjang. Dengan gairah yang masih penuh, aku menghampiri liang kemaluan yang menantang itu. Perlahan aku arahkan penisku yang semakin keras ke dalam vagina Tante Emma. Sllpp.. bbleess.. Vagina Tante Emma yang basah betul-betul menelan penisku. Pantatku maju-mundur memberikan kenikmatan untuk Tante Emma. Sementara kedua tanganku asyik meremas kedua payudaranya yang bulat dan montok itu.“Aakhh.. Yoo.. sshh.. sshh.. oohh..” Tante Emma merintih menahan rasa nikmat yang kuberikan. Hmm.. liang kemaluan Tante Emma betul-betul mencengkeram penisku. Nikmat sekali rasanya. Tadinya kupikir ibu-ibu seperti mereka liang vaginanya sudah lebar, tapi Tante Emma dan Tante Rissa kok masih sempit ya.Tubuh Tante Emma mulai menggeliat-geliat. Wanita itu menjatuhkan tubuhnya hingga kami berdua melakukannya dengan posisi menyamping. Kemudian tubuh kami berguling hingga tubuh Tante Emma kini berada di atas tubuhku. Kemudian wanita itu bangkit tanpa melepas vaginanya dari penisku. Lantas Tante Emma berputar, aahh..aku merasa penisku dipelintir di dalam vagina Tante Emma, nikmat sekali. Akhirnya aku ‘terjebak’ dengan posisi woman on top. Tante Emma tidak menaik-turunkan tubuhnya tapi memutar pinggulnya. Uugghh.. gila, enak sekali. Aku sampai mengejang menahan rasa nikmat.Tubuhku pun ikut bangkit untuk memeluk tubuh montok Tante Emma. Bibirku melumat kedua puting payudaranya untuk menambah birahinya.“Sshh.. Riioo.. aakkhh..” Tante Emma mengerang menahan nikmatnya. Tante Emma mendorong tubuhku hingga terebah, dan wanita itu kembali memutar tubuhnya membelakangi aku. Kemudian Tante Emma itu kembali merundukkan tubuhnya tanpa melepas penisku dari dalam vaginanya. Otomatis tubuhku mesti bangkit lagi, dan kami kembali dalam posisi doggie style. Ugghh.. pantatku kembali mengayunkan rasa nikmat di vagina Tante Emma.Tiba-tiba dari arah belakang aku merasakan sesosok tubuh yang mulus merapati punggungku. Akkhh.. Tante Rissa yang sudah kembali bergairah memelukku dari belakang. Hhhgghh.. birahiku semakin naik ke ubun-ubun. Tubuhku menggelinjang di pelukan Tante Rissa. Tanpa sadar ayunan pantatku semakin cepat. Aku merasa tubuh Tante Emma juga bergoyang menahan rasa nikmat.“Sshh.. aahh.. Riioo.. bentar lagi nih..” Tante Emma mendesah. Aku berusaha bertahan untuk menunjukkan keperkasaanku. Tapi gangguan Tante Rissa yang menjilati telinga dan tengkukku membuatku tak kuasa menahan birahi.“Aaahh.. Yoo..” Tante Emma mencapai klimaks. Aku mencoba bertahan, namun rembesan lendir dari dalam vagina Tante Emma yang membasahi penisku membuat tubuhku tak kuasa menahan nikmat. Crroott.. ccrrott.. croot.. ccroott.. ccrroott.. sekitar lima kali penisku menyemburkan sperma kuat-kuat ke dalam vagina Tante Emma. Kedua tanganku meremas pinggang Tante Emma. Sementara dari belakang Tante Rissa mendekap tubuhku erat-erat.Itu untuk pertama kalinya aku berbagi kenikmatan birahi dengan wanita yang jauh lebih tua dariku. Hari itu kami bersenang-senang dua kali lagi. Sorenya aku terpaksa harus meninggalkan rumah Tante Rissa, karena anaknya sudah pulang. Tapi Tante Emma mengajakku untuk bermalam di rumahnya. Dan malam itu aku dan Tante Emma bersenang-senang sampai pagi. Ternyata Tante Emma memiliki banyak sekali sex toy di rumahnya. Aku betul-betul enjoy malam itu karena Tante Emma memperkenalkanku dengan banyak variasi permainan seks.Sejak saat itu aku sering melayani nafsu birahi mereka mereka. Kadang berdua, kadang bertiga. Namun sepeser pun aku menolak dibayar, karena aku melakukannya atas dasar suka dan fun saja. Dari Tante Rissa aku mendapat beberapa kenalan wanita teman-teman kantornya yang juga kesepian, dan kadang aku juga diminta melayani nafsu mereka. Kalau dari Tante Emma, aku dikenalkan pada adik iparnya yang baru berumur 32 tahun, namanya Leni.Tante Leni belum menikah dan masih virgin. Namun wanita ini cukup nakal dalam urusan seks. Lucunya aku sering diminta Tante Leni untuk memuaskan hasratnya tapi hanya sebatas petting dan oral seks. Ternyata Tante Leni punya gank dari teman-teman kerjanya yang sama-sama masih perawan, tapi punya minat yang tinggi dalam urusan seks. Kadang aku diajak berpesta dengan mereka, tapi hanya sebatas petting dan oral. Lucu juga, tapi kadang bete. Habis kadang kalau birahiku sudah ke ubun-ubun aku sudah nggak tahan lagi. Kalau sudah begitu, selesai berpesta dengan mereka aku suka menghubungi Tante Emma untuk melanjutkan kenikmatanku yang tertahan.Mungkin lain kali aku akan cerita tentang pengalamanku dengan Tante Leni. Buat teman-teman yang mau berbagi pengalaman denganku silakan saja kontak via email.Tamat<br />Posted by MyBlogspot at <a class="timestamp-link" title="permanent link" href="http://ceritaberahiku.blogspot.com/2009/05/gara-gara-chating.html" rel="bookmark">4:27 AM</a> <a class="comment-link" onclick="" href="http://ceritaberahiku.blogspot.com/2009/05/gara-gara-chating.html#comments">0 comments</a> <a title="Edit Post" href="http://www.blogger.com/post-edit.g?blogID=8359258394840380768&postID=2258867630817674045"></a><br /><a name="1536940178072040381"></a><br /><a href="http://ceritaberahiku.blogspot.com/2009/05/berahi-di-atas-kereta-api.html">Berahi di Atas Kereta Api</a><br />Perkenalkan, nama saya Maimunah, saya sering dipanggil Munah atau Monah. Almarhum suami saya adalah seorang Kapten kapal suatu perusahaan angkutan laut swasta. Umur saya sekarang 46 tahun, dengan dua orang anak yang sudah berumah tangga. Meskipun umur hampir setengah abad, kata orang saya masih cantik dan seksi. Pekerjaan saya sekarang adalah sebagai pedagang konveksi, bahan pakaian saya buat di Yogyakarta, dan dikirim ke Jakarta. Tulisan di bawah ini adalah pengalaman pribadi saya waktu pertama kali berkencan dengan pacar saya.Entah sudah berapa kali saya naik kereta api malam begini, baru malam ini hati saya berdebar-debar. Ada yang saya takuti? Sama sekali tidak. Jantung saya berdebar-debar karena penumpang di samping saya yang sejak tadi merebahkan kepalanya di atas bahuku. Penumpang itu, seorang laki-laki ganteng yang memperkenalkan dirinya, namanya Nana Permana. Dia berumur kurang lebih 20 tahun lebih muda dari saya, dengan tubuh yang tegap dan kulitnya yang bersih. Meskipun sebagian besar penumpang di atas K.A. VIP Argo Dwipangga sudah lelap, mata saya bahkan tidak mau saya pejamkan. Padahal waktu itu arloji sudah menujukkan pada angka satu. Jam satu malam. Tidak ada lagi suara orang bercakap-cakap atau bergurau. Semua sudah larut dalam mimpinya sendiri-sendiri. Jantungku tambah berdebar ketika dari balik selimutnya, pemuda tadi menyentuh dada saya yang juga tertutup selimut.Ketika jari-jari tangan kanannya mulai meraba-raba payudara saya, rasanya saya mau berteriak keras-keras ingin memberontak karena kehormatan saya sebagai janda seorang Kapten kapal sedang dinodai. Tetapi saya malu. Nanti orang segerbong akan terbangun semua. Terpaksa saya biarkan saja. Rabaannya makin lama makin aktif. Mula-mula dielus-elusnya seluruh permukaan buah dada saya, lalu diremasnya pelan-pelan. Kadang, buah dada saya ditekan-tekan, lalu diremas-remas lagi. Demikian berganti-ganti payudara kanan dan kiri. Setelah meraba, menekan dan meremas-remas, putingnya dipilin-pilin di antara jari telunjuk dan ibu jarinya. Mula-mula terasa geli, tetapi lama kelamaan terasa nikmat. Payudara saya memang besar, seperti juga pantat saya. Meskipun payudara saya itu tidak lagi kencang seperti waktu muda, tetapi isinya masih padat. Perasaan apa ini? Mungkin perasaan nikmat yang tidak pernah saya rasakan lagi setelah 10 tahun ditinggal suamiku karena dia telah meninggal. Sejak itu, buah dadaku tidak ada yang meraba, demikian juga vaginaku tidak ada lagi yang “mengisi”. Tetapi malam ini, kurasakan kembali kenikmatan itu. Apalagi tangan kiri Mas Nana, juga mulai meraba pantatku.Tidak itu saja. Tangan pemuda itu juga mulai turun, mengelus-ngelus perutku. Ke bawah lagi, tangan itu menggelitik vaginaku. Mula-mula bibir vaginaku diusap-usap dengan keempat jarinya, sambil ibu jarinya menekan-nekan klitorisku. Rasanya semakin nikmat. Kini saya tidak lagi dan berniat akan berteriak. Saya menikmati perangsangan pada vaginaku. Belum lagi sesekali jari telunjuknya dimasukkan ke liang vagina. Pelan-pelan jari itu diputar mengelilingi seluruh dinding vagina, sambil dimasukkan lewat bibir vagina dalam (labia minora). Aduh, bukan makin. Birahiku semakin terbangun setelah sekian lama saya tidak merasakan birahi yang memang sudah saya tunggu-tunggu. Cairan vagina mulai merembes dari dalam vagina. Saya rasakan debar jantung saya semakin kuat, nafasku sedikit tersengal. Tetapi di tengah gejolak berahiku tersebut, pemuda tadi berbisik, “Kita lanjutkan, di kamar kecil. Saya tunggu!”Entah setan betina mana yang telah merasuki tubuhku. Yang jelas, bagaikan kerbau dicocok hidungnya, beberapa menit kemudian, saya menyusul pemuda tadi. Sampai di depan kamar kecil, pintunya sudah dibuka oleh Mas Nana. Saya kemudian masuk.“Aduh.. ibu cantik sekali..”Tersentak juga saya mendengar ucapan pemuda tadi (Cantikkah saya?), tentu. Mana ada janda seorang Kapten kapal yang tidak cantik. Kalaupun ada, jumlahnya tidak banyak. Seberapa cantikkah? Tidak perlu susah-susah membayangkan. Kata orang, saya mirip artis film hot Eva Arnaz, itu artis yang lama pacaran dengan Adi Bing Slamet itu. Namun belum sempat saya menyambut ucapan pemuda yang wajahnya imut-imut mirip bintang sintron Anjasmara, leherku sudah dipeluk dengan kedua tangannya.Bibirnya segera menerkam dan melumat bibir saya. Ditekannya kuat-kuat, sampai hidung saya tertindih hidung Mas Nana. Karena jadi sulit bernafas, tanganku mendorong dada Mas Nana. Tetapi Mas Nana bukannya mundur, tetapi justru serangannya semakin menggebu, hanya sekarang ke wilayah leher, bawah telinga, serta daerah dagu. Itu semua adalah daerah yang sensitif bagi wanita. Mungkin parfum lembut yang saya pakai ikut juga merangsang nafsu birahi Mas Nana, terlihat dari gerakannya yang seperti harimau kelaparan yang ingin cepat-cepat merobek dan memamah mangsanya. Saya sendiri sangat terangsang dengan bau parfum rambut dan body-lotion Mas Nana. Dan gelegak birahiku itu cukup dipuasi dengan amukan nafsu birahi serangan total Mas Nana.Disamping wajahnya yang dienduskan ke seluruh tubuh saya, kedua tangannya seolah memegang kemudi yaitu buah dada saya. Meremas, menggoyang-goyang, memutar-memutar dan entah diapakan lagi, semuanya memberikan kenikmatan yang luar biasa. Dengan menempelkan penisnya ke vagina saya, saya seolah diajak terbang memasuki alam maya surga kenikmatan yang sudah lama tidak saya rasakan. Pegangannya ke payudaraku kadang dipindahkan ke alat vital saya, dielus-elus, ditarik-tarik klitorisnya. Rasanya diperlukan lima pasang tangan lagi untuk dapat meraba, menggerayangi, memijat-mijat seluruh tubuhku yang sintal ini sekaligus. Kemudian pindah lagi, sekarang kedua telapak tangannya mencubit dan mencowel pantatku seperti mencowel kue.Karena terasa sakit, dengan manja saya membisikkan, “Sakit Mas..”“Habis gemes siih..” jawabnya sambil mencowel lagi.“Aduhh.. Mas.. jangan.. sakit.. sakit sekali.. Mas nakal..” desahkuLama-lama saya tidak kuat lagi bergumul sambil berdiri seperti ini. Denyut jantungku makin meningkat, mengalirkan aliran listrik kebirahian di sekujur tubuhku. Ditambah lagi dengan sentuhan benda bulat, padat dan hangat yang sejak tadi berada di antara kedua pahaku.“Mas Nana.. saya sudah ngga kuat Mas.. masukkan sekarang Mas..”“He ehh.. iya.. iya.. sayang..” katanya terbata-bata.Saya didudukkan di atas wastafel, setengah duduk setengah berdiri. Dan benda nikmat itu pelan-pelan dimasukkan ke liang vagina saya.“Bleess..,” bunyi batang kejantanannya memasuki liang nikmatku.“Aduh.. nikmatnya..” teriakku dalam hati.Setelah masuk, penis itu tetap diam, tidak ditarik keluar. Ini merangsang dinding bagian dalam vaginaku yang langsung mulai meremas-remas benda hangat tadi. Saya rasakan vaginaku seperti berdenyut. Orgasmus. Oh.. alangkah nikmatnya. Meremas secara ritmis, mula-mula kuat, lama-lama melemah seiring dengan dengusan nafasku yang makin cepat dan tidak teratur.Ibarat seorang musafir yang sudah berhari-hari kehausan di tengah padang pasir, itulah rasa nikmat yang saya dapatkan lewat vagina saya. Sudah 10 tahun tidak diberi “makan”. Kenikmatan ini terulang lagi manakala sambil menciumi pipi dan belakang telingaku, batang kemaluan Mas Nana dimasuk-tarikkan ke liang vagina saya yang merekah. Listrik birahi makin meningkat voltasenya. Entah berapa kali vagina saya ber-orgasmus secara beruntun dalam jarak yang demikian pendek. Mungkin lima kali atau lebih saya merasakan orgasmus. Pria yang sudah tua atau kurang perkasa biasanya sudah “loyo” saat batang kemaluannya “dikunyah” vagina wanita seperti saya. Meskipun oragasmus-ku sangat kuat, tetapi batang kemaluana Mas Nana tetap kuat, padat dan hangat. Tidak kendor, loyo atau kempes.“Hebat benar lawan mainku saat ini.” kata saya dalam hatikarena merasakan nikmat tida tara.Kini badan saya mulai lemas. Orgasmus yang saya rasakan memakan energi yang cukup banyak. Ya.. seperti energi seseorang yang bergulat sambil berlari. Keringat panas keluar dari tubuh saya bercampur dengan keringat Mas Nana yang benar-benar menaikkan birahi kami.“Saya tembakkan sekarang ya.. yang.. sayang..?” bisiknya lembut.“He.. ehh.. saya sudah terangsang sekali Mas..”Kini batang kejantanan Mas Nana mulai “memompa” vaginaku. Masuk-keluar dan terus masuk-keluar. Mula-mula pelan kemudian makin lama makin cepat. Vaginaku terasa seperti di”charge” (disetrum listrik).“Terus.. terus.. masuk-keluar.. masuk-keluar.. in-out.. in-out.. terus..” pintaku dalam hati karena membawa perasaan yang luar biasa.Saya tidak bisa membayangkan wajah saya. Saya juga tidak dapat membayangkan rambut saya yang sudah diacak-acak jari Mas Nana saat menggumuli saya. Tetapi saat batang kejantanan itu dipompakan ke vagianku, saya tidak dapat menceritakan rasanya. Bila saja saat ini saya terbaring di tempat tidur, saya pasti akan bergolek menggeliat-geliat seperti cacing menari di saat kepanasan.Tiba-tiba, “Dukk..!” batang kejantanan milik Mas Nana berhenti bergerak, masuk sangat dalam ke liang wanitaku. rupanya dia mengalami ejakulasi. Air mani Mas Nana meyemprot ke dalam liang vagina saya. Rasanya saya seperti kram. Pantat Mas Nana secara refleks saya tarik dan tempelkan kuat-kuat ke permulaan vagina saya. Saya lihat Mas Nana menikmati sekali puncak kepuasan itu, demikian juga saya. Nafas kami mulai mengendor. Rasanya seperti baru saja megikuti lomba lari cepat. Kami berdua mandi keringat. Keringat birahi. Keringat kenikmatan di atas sebuah gerbong kereta api yang sedang berjalan.Tamat<br />Posted by MyBlogspot at <a class="timestamp-link" title="permanent link" href="http://ceritaberahiku.blogspot.com/2009/05/berahi-di-atas-kereta-api.html" rel="bookmark">4:25 AM</a> <a class="comment-link" onclick="" href="http://ceritaberahiku.blogspot.com/2009/05/berahi-di-atas-kereta-api.html#comments">0 comments</a> <a title="Edit Post" href="http://www.blogger.com/post-edit.g?blogID=8359258394840380768&postID=1536940178072040381"></a><br />Monday, April 27, 2009<br /><a name="8529955325802663696"></a><br /><a href="http://ceritaberahiku.blogspot.com/2009/04/bas-mini.html">Bas Mini</a><br />Aku ni seorang pemalu. So tak de lah teman-teman perempuan ni, walaupun ketika di ipt dulu.So apa yang nak aku ceritakan ni adalah kisah aku naik bas mini.Mula kerja lepas graduate, tahulah mana ada duitkan untuk beli kenderaan sendiri. So bas minilah jawapannya.Pendekkan cerita ya, mungkin ramai yang tahu macamana hal bas mini kat kl yang sesak ni. Aku ni pemalu, so ada gak tengok orang buatkan, tapi aku takut nak buat walaupun keinginan tu kuat. Kekadang tengok kesihan kan. Di takdirkan pada satu hari selepas kerja, hujan lebat. Lepas hujan orqng kl mulakeluar pejabat, tentu penuhlah stesen tunggu bas tu.So antaranya akulah.Tak lama lepas tu bas no. XX pun sampai. Aku naiklah walaupun sesak. Tak de pilihan. Dalam berpusu-pusu nak naik tu, betul-betul depan aku seorang awek lah(selau bertembung tapi tak pernah tegur) pakai kebaya lak tu (pakaian kegenmaran aku tu. Dah tolak- menolak.. tersondollah awek tu, adik ake kena kat punggung dia, mak uuii.. lembutnya.. tetiba je adik aku keras.. nafsu ghairah mulalah tu...so aku naiklah .. dalam bas yang sesak tu.. aku yang dah stim ni... tengok-tengok gak reaksi awek tu...muka dia selamba je.. aku betul-betul berdiri sebelah dia, so, driver bas mini ni kau orang tahula.. selagi boleh muat, semua orang di angkutnya.... last sekali... position aku... memang betul belakang awek tu.... tapi time tu walaupun adik aku dah keras tapi aku control lagi position aku... antara kena tak kena lah... adik aku tu ngan punggung dia.. aku tengok lagi reaksi dia takut dia marah kan.. tapi selamba je...Akhirnya goyangan bas tu mengakibatkan adik aku ni beberapa kali melekap kat punggungnya. Aku dah betul -betul stim. Sesekali tu, punggung dia lak yang langgar adik aku, aku rasa melawan ni, so aku pun yang dah sedikit berani tu, tak fikir panjang, terus je position betul-betul adik aku tu kat alur punggung dia, (kau orang faham kan)....aku lekapkan terus kat punggung dia... uuui best nya... (first time lah katakan)''ahhhhhhhh(tapi dallam hati lah..... dalam hati aku... sorrilah kat awek tuu.......aku terus lekapkan adik aku tu kat alur dia... awek tadi aku tengok mula nafas.. lain macam.. macam mengetap gigi tapi tak ketaralah...kekadang lagi dia tonggeng.. aku yakin mesti dia rasa adik aku yang besar tu.......Bukan nak cakap besar tapi 'adik' aku ni ukur lilit besar... panjang standard ... (tu yang aku compare dari apa yang aku baca dalam buku).. Nasib baik position 'adik' aku ni betul. kalau tak senak....Berbalik kat awek tu tadi.. muka dia selamba je. 'Adik' aku ada lagi kat lurah dia tu. akhirnya sebab ada yang dah turun bas.. so bas tu dah kurang orang lah.. so aku... pun tak boleh lah lagi kat belakang awek tu.. nanti orang lain apa lak kata kan.. so aku berdiri betul-betul kat sebelah dia.... Sesekaali tu dia jeling kat aku... tapi aku rasa tak ada kemarahan dalam jelingan tu.. macam ok je... Aku rasa response baik ni.So, sampai di destinasi, awek ni turun dulu, aku pun ikut turun walaupun tempat berhenti aku adalah 5 km lagi.Masa aku turun tu tangan dia terhayun kat aku, tak tahu sengaja ke tak . tetiba je aku mendapat semangat terus aku turun sama dengan dia. Stim dan ghairah punya pasal.Lupa malu aku, terus aku tegur dia, Mula tak confidence gak, tapi aku tegur terus je jawab kira ok ni... katanya nama dia marliana (nama betul, lagipun bukannya kau orang tahu siapa dia kan). Dia tinggal rumah bujang. By the way, kawasan perumahan kan, adalah gerai makan tepi jalan tu, terus aku ajak dia makan. Dia setuju. Dalam makan tulah, aku berbual-bual dengan dia. Mula-mula aku tak cerita pasal dalam bas tadi,takut tak sama pemikiran kan. Tak confirm lagi. So, kau orang tahu, aku try test;lah dia ni. Aku positon kan diri aku supaya lutut aku kena kat lutut peha dia...(meja gerai kan kecik kan) so aku pun pelan-pelan gesel lah ..., tiba-tiba dia tarik kaki dia, berdegup jantung aku. Aku ingat dia marah, ali-alih dia senyum cerita lain... yakinlah aku malu-malu kucing ni...So, agak-agak setengah jam berbual tu, entah macamana... ghairah agaknya.. terpacullah soalan.. yang aku tak terfikir nak tanya (segan...)"Biasa ke naik bas sendat-sendat ni: soal aku.... "apa nak buat ... terpaksa... " dia tersenyum semacam je tak pandang aku.... senyum ada makna ni.... positif..."kenapa senyum ?soal aku lagi... " I rasa tadi.. " jawabnya..... " rasa apa ? tanya aku .. saja...antara dengar tak dengar je jawab dia.... dia senyum.... takpelah.... forget it" katanya.. aku tersenyum... So tiba masa dia pun nak balik..Aku offer lah dia .. hantarkan dia balik.. malamlah katakan.. kot ada anjing ke .. apa ke..... So dia setuju.. Sambil tu kita orang boraklah lagi... aku buat jenakalah kan... (biasalah yang ada double meaning tu).... dia ni sporting layan je... gurauan aku tu.... aku rasa nak peluk dia je masa tu gak... tap aku sabar... sebab yelah kalau dia tak nak,.. tak suka, aku takut gak.. tapi aku tak kesah.. gentlemen kan...masa tu nak pukul 8.00 malam dah.... Katanya kawan dia tak balik lagi.. dia orang rajin OT,pukul9.00 baru keluar. Entah macamana, mungkin dah rezeki aku hari tu.... dia tertinggal kunci pintu depan, ada kunci pintu belakang je.... So sekali lagi aku offer hantar dia ke belakang rumah... umah teres kan... jauh nak pusing tu... lagipun jalan belakang gelap...Sampai je kat pintu belakang. Dia pun carilah kunci dalam beg dia. Gelapkan.. so aku offerlah lighter aku jadi lampu suluh... so aku dengan dia rapatlah.. kunci tu dpat.. so dia nak bukak la mangga tu.. entah macamana kunci tu jatuh.. terus dia tunduk nak ambik.. apa lagi.. punggung dia yang pejal dan lembut tu kenalah kat 'adik' aku.... aku lak antara sengaja dengan taklah... ahhhhhh.... sedap tullll.... "oppppsss sorri.. katanya.. aku kata " tak pe" dalam hati aku.. kau orang tahulah..Bukak je pintu grill tu... dia ajak aku masuk.. Aku serba salah... tak pernah aku berdua-dua ni.... tapi dalam keadaan ghairah dan dah stim tu... aku masuk gak... dia suruh aku duk kat kerusi kat ruang tamu.. dia kata dia nak buat air.. (biasalah kan orang melayu.. tamu datang air mesti disediakan...)aku lak tak boleh boleh duk diam..... tak lama lepas dia masuk ke dapur aku pun pergilah ikut ke dapur..... sebab ingat nak berbuallah sambil buat air tu dengan dia... sampai je..... aku tengok dia dari belakang.. (pakaian keje lom tukar lagi).. aku terus ke belakang dia .... rancangan aku nak berbual... tu mati begitu sahaja... "inaaa...''' kata ku dengan lembut..(macam dah berkasih bertahun-tahun lamanya) adik aku sengaja aku.. kenakan kat punggung dia.... dia mula cuba mengelak.. tapi aku ... kejapkan... pelukan ku dengan lembut...lagi.. "inaaa.. sayng...'' kata ku lagi.... dia tak cuba mengelak lagi.. dia dia mula mengetap bibir dia.... tiba-tiba dia terus pusing dan memeluk kau.. pelukan nya bertambah erat.... aku balas pelukannya dengan lembut sekali.....aku ciumbbibirnya.. (french kisss).. ahh... ahhhhhh.. suaranya bila aku isap leher dan telinganya.. dia bertambah stim...."I dah lama stim kat u sejak dalam bas tadi... bisik ku" "I pun.... " rengeknya..... bertambah stim dan semangat aku.......terus aku pandang dia dengan sayang....''' kita masuk bilik .. ina..'' dia angguk.... matanya separuh terlelap.. kuyu lah katakan.. masuk je.. dia terus gomol aku.... aku pun dakap dia.... isap lehernya.. telinganya.. tangan dia dah pegang adik aku.. terasa usapan nya... slowly aku lepaskan dakapan ku...." abang bukak pakaian u ya....? pinta ku... dia menggangguk.. matnya kuyu.. aku pun slowly bukakan naju dia... bra dan seluar dalamnya.... lepas tu pakaian aku lak... dia hanya melihat aku perlahan-lahan membuka pakaian ku.. tapi aku buka seluar ku dulu.. kemudian baru baju ku... dia hanya melihat.... 'adik' ku yang tegang... terus mengapai dan mengusapnya.... aku terus digomol dan menggomol.. teteknya... sederhana besar tapi putih.... aku isap dan nyonyot putingnya.. aku gentel.. puting yang sebelah lagi.... tiba-tiba.. dia kata dalama keadaan kuyu... bang... jangan masuk yaaaa..""Abang tak kan masuk " sebab aku memang tak nak hilang teruna ku dan aku tak sanggup mengambil perwan wanita.. (ini prinsip aku).. bertuah aku... dapat dia ni... sebab sama fikiran dan kehendak.... mula risau gak.... takut dia jenis heavy kan.... sebab aku ni suka buat orang puas....., sambung cerita .. kita orang buat.. macam-macam stail.. terutama gaya 69.. kegemaran aku tu.. aku main ngan lidah.. kenetit dia tu.. mendesah bunyi dia.. lagilah semangat aku menjilat kelentitnya..aaaaahhhhhsambil tu dia kulom.. 'adik ' ku... rasa nak tercabut.. lagi dia kulom dengan ghairah lagi aku jilat..... dan main kelentit dia dengan ghairah.... last sekali kami berdua puas.... memang puas.... first time katakan.. balun abis leee..." terima kasih bang...... " katanya....." sebab tak masuk ..." katanya.. " abang pun tak nak masuk.. kata ku lembut...So nak jadikan cerita sejak tu aku pakat dengan dia, kita kawan dan apa yang kita buat hanya simpan kat diri- masing-masing je.. maknanya.. walaupun bertembung balik keje.. kita buat tak kenallah.. tapi pahamlah masing-masing kan... kalau kami berjalan kami akan berjalan kat area yang orang tak kenal ... macam tulah.. strategi kita orang..So naK dijadikan cerita kita orang buatlah beberapa aktiviti "fun sex" yang menarik dan mendebarkan....Contohnya masa aku bawa dia ke Cameron. Aku berhenti kejap lah nak ke tandas awam tepi highway tu. Aku kata kau nak ke tandas kejap. Tapi sebenarnya aku ada plan sendiri. Aku pergi tandas lepas tu aku buka seluar dalam aku dan paaki balik seluar (seluar officelah kan). Just imaginelah pakai seluar tak pakai seluar dalam... kalu tak tegang 'adik' aku tu tak pelah tapi kalau tegang macamana.... So aku terus je ke kereta.. buat tak tahu je.... Aku pun berbual-bual dengan dia.... "adik' aku ni.. pun tegang... (tak tahulah kau orang ...... tapi 'adik' aku ni mudah sangat menegang.... So aku buat tak tahu je.... tapi jelaslah kelihatan bonjolan tu.... Dia sesekali menjeling ka situ.. aku perasan tapi buat tak tahu je...." ehh.. you tak pakai seluar dalam ke" titiba dia cakaop....."kenapa..." tanya ke... "tu..." mulutnya menunjukkan tempat bonjolan tu...kalau nak tahu checklah.." kata ku.. camana nak check katanya... " bukaklah..."So slowly dia bukak..zip seluar aku... takut gak aku kang tersepit kang kat zip tu.. kes naya je.... Tetiba toing.. terbonjol... "wowwww..." dia separuh menjerit... "satu permandangan menarik" pujinya....dia kata terus usap.. 'adik' aku dengan penuh kasih sayang... pehh.. best nya.. aku bawa slowlah kereta tu.. nanti nahas naya je...kan"Adalah bebrapa lagi imiginasi sex yang aku buat dengan dia... (yang mana sempatlah).. aku sempat keluar dengan dia 3 kali je.... lepas tu..nasib tak baik.. dia pindah keje ke Perak.. hometown dia... baru sebulan kenal... dengar dah kahwin.. moga dia berbahagia.. tapi rahsia.. tetap disimpan...jadi kenangan..Finally., aku pun tukar keje ke Seremban, Negeri Sembilan, so lama dah tak buat 'fun sex' ni (sejak tak jumpa ina lah) So sesiapa yang ingin berkenalan dengan aku, emellah aku, kita kawan..For sure you orang tak rugi kawan dengan aku...boleh bawa kawan, janji rahsia dipegang ok.. aku aku ni sporting, imiginasi sex hebat , enjoy dan update selalu, slow dan gentle dan boleh jadi rush jika u nak.... emel saya di terunaNS@hotmail. OK bye... Wassalam<br />Posted by MyBlogspot at <a class="timestamp-link" title="permanent link" href="http://ceritaberahiku.blogspot.com/2009/04/bas-mini.html" rel="bookmark">12:48 AM</a> <a class="comment-link" onclick="" href="http://ceritaberahiku.blogspot.com/2009/04/bas-mini.html#comments">0 comments</a> <a title="Edit Post" href="http://www.blogger.com/post-edit.g?blogID=8359258394840380768&postID=8529955325802663696"></a><br /><a name="3021187714925386965"></a><br /><a href="http://ceritaberahiku.blogspot.com/2009/04/bohsia.html">Bohsia</a><br />Originally from Honey69. HTMLized by SpermaMinggu lepas gua ada lepak kat Hard Rock Café dari pukul 6 petang lagi sebab dah nak release tension sikit. Dalam pukul 8.30 tu kira dah ada orang ramai juga, gua nampak ada dua orang awek duduk semeja…bersembang. Cun habis, kalau nak suruh pilih tu susah, seorang tu rambut nampak macam dah dye kemerahan paras tengkok pakai t shirt yang senteng sampai nampak sikit perut dia, putihhhhh. Tetek dia ni cool, pejal aje nampanya, pakai pulak skirt pendek warna hijau gelap. Gua nampak jelas sebab meja dia orang tak jauh dan beriring dengan meja gua.Seorang lagi tu macam anak mami sikit, rambut kat bahu, lebat, pakai t shirt pendek juga, ishh, tetek lagi best dari yang sorang lagi tu sampai macam nak terletak aje kat atas meja. Muka diaorang ni macam teenagers lagi paling tua pun 19 tahun.Gua ni muka kira ok juga pun ada mix mamak sikit, katala hindustani orait? Sebab ayah gua ni campur pakistani dan orang kashmir. So gua biasala jual muka, jarang orang tak respond.Gua panggil waiter, suruh dia hantar dua fruit punch kat girls tu. Gempak jugak dia orang tengok gua bila waiter tu hantar minuman, tapi mereka tak tolak..orait! pancing dah hampir mengena. Gua cuma raise gua punya glass aje kat dia orang, ada respond! Sorang yang macam anak mami tu senyum habis, sorang lagi tegelak kecil.Gua pun make a move la kemeja girls tu…"Hi, I'm Razlan…may I join you" dia orang gelak…tapi bila I hulur tangan disambut mesra so gua pun duduk ajela kat sebelah seorang tu yang nama nya Khaty, yang anak mami tu Adlene…nama samaranle tu.Kita orang pun sembanglah, rupanya diaorang ni college students kat Subang Jaya, ambik course MIS, sekarang ni dok lepak sebab dah habis exam. BF ada dan ramai pun tapi malam ni semua orang tu sengkek, so dia orang ni lepak sendirila.Sembang punya sembang, gua ajak dia orang round KL sebab diaorang came by cab aje so gua setuju hantar balik kat rumah sewa diaorang kat Subang Jaya sana, USJ1 kat apartment. Share 5 orang. Dia orang berdua ni memang sah 19+.Gua pun dengan gentlemenya hantar diaorang balik, masa tu dah nak pukul 1 pagi, lepas late supper kat Bangsar.Malam esok gua dah ajak Adlene dan Khaty dating bertiga.Keesokkanya gua pickup diaorang ni tepat jam 8.malam, Adlene pakai T shirt ketat warna putih, tulisan DKNY dengan skirt singkat warna hitam, Khaty pakai T shirt oren ketat dengan skirt pendek warna putih…huyoooo…..batang gua memang suka pandangan camtu, gua menegok air liur.Gua belanja diaorang makan kat Rama V di jalan U thant, mahal juga….dekat dengan 3 ratus hangus.Lepas tu gua ajak diaorang lepak kat aprtment gua di KL Plaza tower…gua tinggal sorang sebab nak privacy. Mula-mula diaorang apprehensive tapi gua kata yang gua cuma sorang, they all berdua. Tak sampai 1/2 jam kita orang sampai.Apartment gua tak messy sebab gua ni agak kemas orangnya, ada 29" TV, DVD player dsbnya so complete juga.Gua pasang Astro, diaorang lepak atas sofa panjang depan tv, gua ambil coke dalam fridge.Adlene ni macam nakal dan miang sikit bila cakap dan gurau tu dok asyik nak pukul-pukul orang aje, memang gua suka…Khaty pula kuat gelak, sampai macam bergerak-gerak tetek dia yang menggunung tu. Memang geram tengok diaorang ni.Gua memang ada tanya tentang pakwe diaorang tapi takde yang steady, ringan-ringan tu diaorang dah biasa buat.Gua pun untuk beralih topik cadangkan kita tengok filemCD yang panas sikit….diaorang gelak, Khaty langsung tersipu-sipu so gua cepat-cepat capai Cdnya dan pasang cerita Jepun. Memang ada jalan cerita tentang budak sekolah main dengan drebar bas…hardcore habis. Gua tengok Adlene asyik mengepit-ngepit pehanya sendiri dan Khaty macam sesak nafas aje. Nampak sangat dadanya berombak turun naik, kalau tak pakai bra tu memang sah nipple dia dah keras menonjol.Filem lebih kurang 20 mins, gua tengok Adlene dok mengelisah aje, pehanya kadang terbuka sikit dan tertutup tangan dia seakan meramas cushion sofa tu. Si Khaty dak duduk kat carpet dibawah sambil meniarap, pinggulnya kadang-kadang bergoyang. Gua bangun buat-buat nak ke toilet tapi on the way tepok bahu Adlene sambil buat insyarat dengan kepala gua suruh dia ikut, macam nak melompat gua bila Adlene bangun terus, Khaty dah tengah syok macam tak peduli. Gua pegang tangan Adlene sambil pimpin dia kedalam bedroom gua. Ada katil besar dengan tilam dreamland. Gua pasang aircond, namapaknya dah tak payah nak bercerita panjang lagi, gua terus mencium bibir Adlene yang bergintu gelap…manis sekali, dia membalas. Gua tanpa takut melorot skirtnya kerana zip dah gua tarik dari belakang, dia pakai undies merah! Dengan high waistline tapi low cut…gua kira syok habis. Tapak tangan gua gua lekapkan betul-betul kat vaginanya, langsung tak marah malah dia pulak dok bukak zip seluar gua. Batang gua yang panjang, batang hindustan pun keluar megah sebab gua ni memang tak pakai seluar dalam. Tanpa disuruh Adlene melutut dan menjilat-jilat kepala batang gua yang memang sudah laparkan pantat teenager tu.Kuluman Adlene sungguh berkesan, gua macam terangkat kaki dibuatnya. Habis batang gua di jilat licin macam budak kecil hisap ais krim magnolia lolipop.Gua terus menyingkap baju si Adlene ni, nampak bra dia warna merah juga….satu suit le tu, jenis mahal pulak. Gua tarik cangkuk belakang dia dan terus meleraikan bra tu dari badan Adlene. Dia cuma tersenyum lebar dan terus menghisap konek gua.Adalebih kurang 5 minit gua angkatdia bagun dan mendukung Adlene ke katil, teteknya memang seperti diduga, cantik and menongkat langit, nipple agak pink dan sudah keras. Gua merebahkan Adlene atas katil empok tu dan segera melorotkan undiesnya dan nampaklah medan permainan orang dewasa. Pantat Adlene bercukur! Tiada seurat bulu pun, bogel, macam pantat budak kecil, cuma saiz shaja berbeza. Gua pun membenamkan muka gua ke gua Adlene yang sudah menati, gua jilat dan gigit celah-celah bibir pantat dan biji mutiaranya, Adlene menguis kan kaki nya di tilam, mest stim habis dia ni. Airnya banyak keluar, rugi ni, membazir so gua jilat habis.Lepas tu gua bangun, dan membenamkam muka gua pula kat celah buah dada Alene yang meninggi, nipplenya gua gigit kecil, Adlene meramas dan memicit rambut gua tanda suka.Gua mengiringkan badan Adlene, membuka kakinya luas dan merapatkan batang gua ke permukaan pantatnya. Kemasukkan batang gua melalui jalan mengiring begini memang gua suka, terasa setiap rongga didalam liang pantang Adlene bila gua mengongkek begitu…Ibu jari kaki kananya gua hisap bila batang gua giat mengongkek, katil bergoyang dan Adlene menggeliat macam ulat kena panas.Kali ini gua memusingkan badan Adlene untuk main cara doggy. Pinggangnya gua paut kuat bila batang gua menekan tubi pantat Adelene yang ternyata bukan lagi virgin tetapi masih keperawanan, sebab ketat. Dia pula menolong gua dengan menonggekkan lagi punggungnya keatas. Betul-betul macam blue film tadi gua sontot habis pantat Adlene macam takde hari esok, Adlene cuma berkata fuck me, fuck me berulang kali.Dalam 10 minit doggy, gua rasamacam nak cum, jadi gua tekan dalam-dalam dan lepaskan pancutan air mani gua. Memang gua tak suka membazir.Lu tahu apa jadi? Bila gua sudah keluar dan Adlene tertiarap habis, gua nampak si Khaty rupanya dok intip kita orang!Muka dia nampak paling stim habis, mata macam nak tutup dan tanganya tengah dok gosok pantat dia dari luar skirt. Mungkin dia tak perasan kita orang dah habis. Kesiannnn Khaty, gua ni gentlemen so gua pelan-pelan turun dari katil dan cepat-cepat mendapatkan dia, gua tutup mulut dia dengan tangan takut menjerit…dia tergamam dan terlepas juga jeritan kecil tapi tangan gua lagi cekap sebab dah masukkan kedalam skirtnya dan dok tengah meraba pantat yang memang dah basah.Gua bawa dia kebilik sebelah yang gua biasanya sediakan katil yang lengkap untuk member yang datang overnight.Katil ni kecil sikit tapi will have to do. Batang gua ni jenis yang cepat recycle, so masa tu dok rasa macam nak menegang balik. Khaty macam takut-takut tapi gua cepat-cepat buka bajudia, bra hitam pulak! At the same time gua singkap skirt dia ni dan tarik kebawah undies dia, sah dia orang ni satu kepala sebab brand underwear pun sama jenis Triumph dan warna undies dia ni hitam macam bra dia juga. Gua macam nak tersenyum.Cepat-cepat gua tolak atau tekan Khaty ke dinding sambil berdiri, gua french kiss mulut dia dan disambut dengan malu-malu. Tangan kanan gua mengangkat peha dia keatas dan tangan kiri menghalakan batang gua ke medan perang. Gua tak tengok pun lagi rupa pantat dia tapi dah batang gua nak gasak.Cuma gua tahu dia dah basah dan licin so kemasukkan batang besar gua tak mungkin susah sangat. Tetapi lain jadinya,Gua rasa ada halangan! Khaty cuba menolak gua tapi gua sontot juga lubang dia, Khaty terlonjak keatas sebab gua terasa macam koyakkan sesuatu! Rupanya dia ni masih virgin lagi..yahoooooo! Gua dapat dara malam tu!Khaty cuba lagi menolak gua tapi si batang tu dah menongkat masuk kelubang tirus yang ketat. Lalu gua henjutla cukup cukup, Khaty pula mengadui lebih, lebih tapi lepas dua tiga kali henjut macam dia stim balik, so gua pulak bukak bra budak sorang ni, kami masih lagi berdiri, lenguh juga. Gua seret dia kat katil...rebahkan badan bai-baik dan mula balik acara mengongkek, air si Khaty ni pekat keluar, gua rasa campur darah sekali. Dia dah tak boleh kawal lagi terus peluk gua kuat-kuat dan gua lagi sekali pancut dalam lubuk untuk kali keduanya pada satu malam...tapi di lubuk yang fresh!<br />Posted by MyBlogspot at <a class="timestamp-link" title="permanent link" href="http://ceritaberahiku.blogspot.com/2009/04/bohsia.html" rel="bookmark">12:48 AM</a> <a class="comment-link" onclick="" href="http://ceritaberahiku.blogspot.com/2009/04/bohsia.html#comments">0 comments</a> <a title="Edit Post" href="http://www.blogger.com/post-edit.g?blogID=8359258394840380768&postID=3021187714925386965"></a><br /><a name="7266318785165617159"></a><br /><a href="http://ceritaberahiku.blogspot.com/2009/04/awek-langkawi.html">Awek Langkawi</a><br />Setelah sampainya dikampung aku di Utara Tanah Air iaitu Perlis. Akupun mengaturkan program cuti aku yang diberikan selama dua minggu itu. Aku menrancang untuk pergi berjumpa dengan awek aku yang menetap di Pulau Langkawi. Aku menalefon awek aku tu untuk temujanji aku dengan dia di Jati Kuah. Setelah aku tetapkan harinya aku pun pergi menemuinya di Pulau Langkawi. Setelah sampai di Jeti Kuah, aku melihat awek aku sedang menanti aku. Aku pergi mendekatinya dan aku pertanya, sudah lama menunggu. Awek aku kata baru sekejap saja. Aku pun dibawa berjalan-jalan disekitar Pulau Langkawi dengan menaiki motorsikal. Aku di Pulau Langkawi tak banyak aktivit yang berat-berat cuma yang ringan-ringan saja seperti pimpin tangan dan kucup yang ringan-ringan saja. Cerita yang berat-berat semasa awek aku datang ke tempat aku. Kira dia membalas lawatan aku ke tempatnyalah.Setelah aku disana 2 hari aku pun pulang semula ke Perlis dan mananti dia pula datang ke tempat aku. aKu pun menungggu awek tu di Jati Kuala Perlis untuk megambilnya. Setalah hapir setengah jam aku menunggu maka muncul awek kau tu ditengah-tengah kesebukan orang ramai. Aku pun menyapa dari jauh bagi dia mengenali aku. Setelah dia menghapiri aku, awek aku pun bertanya pada ku, dah lama tunggu? Aku jawab sudah setengah jam. Aku pun membawa dia menaiki kereta orang tua ku. Setelah berada dilam kereta aku pun bertanya kemana disinasi kita. Dia tak memberi apa-apa cadangan. Jadi aku mengajak awek aku pergi berjalan ke Alor Setar. Dia setuju. Setelah puas berjalan-jalan di sekitar Alor Setar aku pun mengajak Awek aku pulangke Perlis didalam masa perjalanan pulang ke Perlis barulah babak menarik ini bermula.Aku cuma meraba buah dadanya berisi itu. Aku amat berminat dengan buah dada awek aku ni sebab buah dadanya besar. Aku mula memainkan peranan yang baru bermula. Pelahan tangan aku merayap mencari gunung susu awek aku tu. Aku masa tu masih memandu kereta. Sebelah tangan saja yang memainkan peranan itu sebab sebelah tangan lagi aku memandu kereta. Tangan kiri aku apalagi bermaharajalelalah di atas baju awek aku tu, dia tak marah pun, dia diam saja. Jari aku telah tak ada halangan, apa lagi terus mencari putting susunyalah. Susah juga sebab buat kerja tu sebelah tangan saja. Lama juga aku mencari dan akhirnya aku dapat juga putingnya aku apa lagi mengentilnya dengan sebelah tangan saja pada buah dada kanannya. Aku lihat awek aku telah memejam mata kerana dapat kenikmatan dari usapan dan gentilan pada putting susu kanannya. Setelah puas aku pada buah dada kanan tangan aku merayap ke buah dadah kirinya pula begitulah mainan usapan dan gentilan aku disepanjang perjalan pulang aku ke Perlis.Oleh kerana aku melihat awek aku dah tak tahan kena usapan buah dadanya akupun memberhentikan kereta dan memberi satu kucupan yang membuat awek aku tu lebih pejamkan matanya. Dalam masa awek aku asyik melayan perasaan batinnya aku memulakan adegan yang lebih menarik lagi iaitu tangan kanan aku pula yang memainkan peranan, setelah tangan kiri aku penat mengusap dan mengentil putting susunya. Giliran tangan kanan aku pula yang merayap kegenap tubuh awek aku dan membuat dia lebih tak tentu arah jadinya. Tangan kanan aku meraba di sekitar perutnya dan turun ke bahagian pusat aku gentil pusatnya dan aku turunkan lagi tangan kanan aku tu menyeluk kedalam seluar nipisnya dibawah kainnya. Tangan kanan aku sampai di bulu ari-arinya aku dapat merasakan bulunya, aku usapkan pelahan-lahan dan jari hantu aku mencari lurah yang sempit di antara celah kelangkangnya. Akhirnya jumpa juga jari aku dengan lurah yang dicarinya. Setelah berjumpa apalagi mula permaianan gentilan dahulu sebelum meninjau labih jauh. Setelah puas mengentil apada biji mutiara kebanggaannya tu, aku dapat air mazinya begitu banyak keluar sehingga membasahi abis pada seluar dalamnya.Oleh kerana air yang terlalu banyak membuatkan jari akupun penuh dengan air mazinya dan memudahkan kerja-kerja aku. Jari hantu aku apalagi memulakan acara gali mengali dan korek-mengoret pada lurah sempitnya itu. Aku libat masa itu awek aku dah tak tahu kemana fikirananya melayang, suma kedengaran suara kenikmatannya terkeluar dari bibir yang merkah indah itu membuatkan aku sangat geram.Setelah selesai peristiwa pertama itu aku. Aku membawa awek aku balik kerumah untuk bermalam di rumah aku. Dan pada keesokan paginya awek aku datang pada aku menyatakan yang dia tak dapat tidur semalam. Aku masa itu masih lagi tidur aku pun menyuruh dia tidur di sebelah aku, dia tanpa banyak soalan tersu tidur di sebelah aku. Bila dia baringkan saja badannya disebelah aku, aku apalagi membulakan kembali perojek aku yang seperti didalam kereta semalam.Tangan aku yang ganas itu terus memaut teteknya dan terus meragut colinya dan baju yang dipakainya tanpa banyak soal. Tangan kiri projek di sebelah tetek dan tangan kanan pula projek di bahagian bawah. Tangan kanan menarik ikatan kain batiknya dan terus ku tarik seluar kecilnya kebawah dan muka aku terus menyembah pada celah selangkangnya yang berbulu nipis sebab ditrim. Lidah aku dengan ganasnya memainkan pada biji mutiaranya dan air mazi apalagi mencurah-curah keluar dari lubangnya. Sambil lidah aku memainkan peranannya, jari hantu kanan aku juga ingin mengikut peranan lidah. Jari hantu aku terus menjolok kedlam lubang yang basah itu. Dan terdangarlah suara yang enak itu dan nafas tak tentu arah dan lama samar-samar nafasnya aku terdengar dia berkata dia takut, jadi buat apa-apa tau. Aku kata padanya usah bimbang aku cuma nak menyedapkan nalurinya saja. Aku terus menyolok tarik jari hantu aku pada lubang sempitnya itu, rasanya panas sekali. Seharian aku dilama bilik aku mengerjakan tubuh awek aku itu dan segenap tempat di tubuh awek aku tu aku jilat, sedut, dan berbagai-bagai lagi aku ratah daging muntuk awek aku tu.Itu kisah aku masa aku muda dulu kini aku sudah berusia 29 tahun tetapi masih lagi segar dalam ingatan ku. Aku dengan Awek aku ni tak merasa lubang buriknya sebab aku tak suka konkek anak dara orang. Jadi aku punya projek main jolok dan sedut dengan mulut dan lidah aku saja lah. Kepada sesiapa yang ini bertukar cerita dengan aku, hantarlah E-mail kepada aku farizal_18@hotmail.com<br />Posted by MyBlogspot at <a class="timestamp-link" title="permanent link" href="http://ceritaberahiku.blogspot.com/2009/04/awek-langkawi.html" rel="bookmark">12:44 AM</a> <a class="comment-link" onclick="" href="http://ceritaberahiku.blogspot.com/2009/04/awek-langkawi.html#comments">0 comments</a> <a title="Edit Post" href="http://www.blogger.com/post-edit.g?blogID=8359258394840380768&postID=7266318785165617159"></a><br /><a name="7004753634792790141"></a><br /><a href="http://ceritaberahiku.blogspot.com/2009/04/hubungan-asmara-dengan-nurse-isteriku.html">Hubungan Asmara Dengan Nurse Isteriku</a><br />Aku adalah seorg yg berkerjaya, berusia 37 tahun mempunyai 3 org anak.Isteriku seorg doctor. Nak katakan kami ni kaya taklah sangat. Cuma mampulahjugak kalau dlm 2…3 kali seminggu tu makan kat restoran 5 bintang. Rumahtanggaaku pulak mmg bahagia kalau ada selisih faham tu biasalah kan. Mana adarumahtangga yg langsung tak ada ribut taufan sekali sekala. Kalau ada yg dakwarumahtangga dia tak pernah ada masalah, itu menipu namanye.Aku ngaku yg aku ni bukanlah seorg suami yg baik ataupun jujur ngan isteriku. Pernah jugaklah aku curang ngan isteri ku. Sememangnye aku punyai nafsu yg ….. (entahlah mungkin pada zaman ni tak pelik lagi kut) Aku lebih teransang padabini org. Kalau diberi pilihan antara biniprg atau anak dara….semestinye akuakan pilih biniorg. Bglah anak dara rupa mcm ratu cantik dunia sekali pun…akuakan tetap pilih biniorg…(biniorg tu mestilah yg oklah…..kalau tak ok sapa ygnak….kan?).Aku tak pernah kenal ngan nurse satu hospital ngan wife aku ni. Selama nikalau umah aku ada buat open house ke…mmg tak pernah pun dia dtg. Nak dijadikancerita, hari tu kereta bini aku ada kat workshop so terpaksalah aku kena ambikdia balik keje. Biasanye kalau aku tunggu wife aku ni selalu jugaklah aku masukdlm hospital tu. Ward gynaecology tu ramai jugaklah aku kenal…tapi nurse ni mmgaku tak pernah tengok. Tengah berbual ngan doktor2 dan nurse2 kat situ….akuterpandang sorang nurse ni. Mmg rupa…badan dia ni buat aku tak senang duduklah.Bernafsu. Tengah sembang2 tu aku pun buat2 senyumlah….ada sorang dr kat situmcm perasan sambil aku borak2 aku duk asyik pandang nurse tu. Tiba2 dr tupanggil nurse tu introduce kat aku. Kami pun salam2lah. Nama dia Zana (namatipu…takan nak bg tau nama betul kut). Lepas salam tu dia pun terus sambungkeje. Wife aku dtg dan kami pun baliklah. Aku Tanya wife aku nurse tu. Wife akukata dia baru join ..sebelum ni dia keje kat hospitalkerajaan. Umur dia 31 tahun anak 1. Rupa dia nak kata lawa sgt tu taklah sedapmata memandanglah katakana. Tapi aku suka body dia….agaknye dlm 36B 30 36. Akuni suka badan cam tu…berisi sikit. Bodi mcm model bukan taste aku. Sampai balikumah pun aku terbayang nurse tu….cara dia berjalan…ermmm mmg mengancamlah.Aku tanam niat camana nak kenal ngan nurse tu. Tapi aku buntu. Bukansenang….dahlah dia tu satu tempat keje ngan bini aku. Aku sebolehnye nak ngelakdr ada affair ngan bini org yg satu tempat keje ngan bini aku ni…..byk masalahakan timbul. Sebelum ni bukan takde yg aku berkenan….pernah dulu aku berkenankat dr sorang tu….lawa mmg lawa…anak mami, rupa mcm Amisha Patel. Sapa yg minatkt filem Hindustan taulah…kan? Tapi aku tak sanggup. Dgn nurse ni lain mcm sgtrasanye….rasa mcm tarikan dia tu kuat sgt….org putih kata ada chemistry. Puasaku fakir camana nak mulakan sampai aku tertidur. Sehinggalah dlm 4…5 hari akupun malas nak fakir sgtlah pasal nurse tu.Satu hari tu aku balik dr ofis dlm pukul 7.30pm. Bila masuk dlm umahterperanjat aku nurse Zana tu ada dlm umah aku. Kalau pembaca semua adalah masatu….mmg akan gelak sakan kat aku. Aku kaku berdiri dlm 2…3 min jugaklah. ….bayangkanlah… bila tengok dia tengah duduk atas sofa kat living room tu. Akutersentak bila wife aku cakap si Zana ni tumpang balik jap sementara tunggusuami dia dtg ambik. Suami dia tu pengurus kilang di keramat. Rumah aku plakkat bukit antarabangsa so tak jauhlah. Barulah aku tau dia dtg umah aku tubersama ngan bini aku. Kami makan mlm bersama. Tapi aku tak byk cakap. Tapi akuasyik duk perhatikan dia jer. Apa yg bini aku borak ngan dia aku tak ambikkisah sgt. Bila dah makan semua dia bangun nak cuci tangan aku duk perhati jebadan dia. Dia pakai track suit ngan sleeveless t shirt.ketat. Mata aku taklepas dr tenung buntut dan dada dia. Sejak dr hari tu dia boleh katakan hari2singgah umah aku dulu sementara tunggu suami dia dtg ambik.Sehinggalah satu hari tu, dlm kul 8 mlm, wife aku dpt call dr hospital adapatient yg terpaksa bersalin cara ceasar…ada complication. So wife aku punpegilah. Tinggallah aku, dia , maid aku dan anak2 aku. Sampai dlm kul 10 lebihanak2 aku naik tidur. Maid plak biasanye kalau takde apa dia berperaplah dlmbilik dia. Dia call suami dia, suami dia kata ada machine breakdown soproduction takleh jalan. So terpaksalah suami dia settlekan dulu masalah tu.Kat living room tu tinggalah aku ngan dia. Macam2 ceritalah kami borak. Sambilborak2 tu …aku ni mcm biasalah mata terpaku kat dada dia….kalau dia bangun jeraku tenung kat punggung dia bulat mcm Jlo. Lama2 aku tak tahan….dah rasa stimsemcm. Aku bangun nak ke dapur nak buat air dia…dia kata takpe dia buatsendiri….wife aku pun selalu cakap ngan dia…kalau rasa nak minum ke makan kerbuat mcm umah sendiri. Dia bangun ke dapur buat air. Aku ikut sekali ke dapurberdiri membelakangkan dia. Dia kata kat aku yg ikiut sekali kedapur tu tak percayakat dia ker. Aku kata takdelah camtu…Cuma kalau dia takjumpa cari gula ke susu ke senang aku tunjukkan… dlm pada tu aku cukupbernafsu. Aku dtg dekat ngan dia dr belakang. Entah macamana setan dah rasukabis dah. Aku betul2 berdiri belakang dia…..aku pegang bahu dia….gosok2…diaterkejut. Aku terus pegang bahu dia…sambil aku cium leher dia. Dia suruh akulepaskan dia kata jangan buat camtu. Aku terus cium leher sambil tangan akugosok2 lengan dia….mulut dia mmg terus berkata jangan….jangan…tapi setakatmulut jerlah….sambil biar je aku cium leher dia. Aku dpt rasa dia dah naikbiji2 kat lengan dia. Aku terus cium leher dia ….tangan aku mulalah pelukdia..sambil pelan2 ramas tetek dia.Dia dah tak tentu arah….aku tau dia stim tapi rasa serba salah. Aku teruskanlagi …ramas2 tetek dia dr belakang…..tiba2 jer terus dia pusing mengadapaku….belum dia cakap apa2 terus aku cium mulut dia…sambil tangan aku rababuntut dia pulak. Dia Cuma biarkan aje tapi aku tau dia dah teransang. Tanganmasuk dalm baju dia…selak bra dia. Putting tetek dia pun dah keras. Akugentel2….sambil terus beromen. Suara dia dah tak tentu arah. Aku tau masa tuaku tak sia sia kan…aku akan masukkan jugak btg aku dlm cipap dia. Sebelum akuterus nikmati seluruh badan dia sambil berdiri. Satu persatu pakaian dia akubukak….dia diam …biarkan aje. Aku terus isap putting dia…sambil tangan merayapkat celah kangkang dia….dia mmg dah stim….air cipap dia pun dah banyak. Aku akupusingkan dia membelakangkan tarik sikit buntut dia yg bulat tu….aku pun kuarkan btg aku masukkan dlm cipap dia kami main doggie sambil berdiri. Masa mainsorong tarik tu…aku suka cara dia mengeluh…mmg buat aku lebihhorny. Hinggalahdlm 30/…40 minit aku climax. Aku berborak ngan dia sambilberbogel kat dapur…borak punya borak….kami pun main lagi…kali ni aku duk ataskerusi makan…dia duk atas aku sambil mengadap….hinggalah dia climax 2 kali.Lepas dlm 1 jam kite org main utk 2nd time tu suami dia pun call nak ambik dia.Sejak dr ari tulah….aku selalu main ngan dia. Kalau susah sgt aku akan checkin kat hotel lepas keje. Pernah jugak main dlm kereta. Hubungan kami masih lagikekal sekarang ni.Sekian.<br />Posted by MyBlogspot at <a class="timestamp-link" title="permanent link" href="http://ceritaberahiku.blogspot.com/2009/04/hubungan-asmara-dengan-nurse-isteriku.html" rel="bookmark">12:42 AM</a> <a class="comment-link" onclick="" href="http://ceritaberahiku.blogspot.com/2009/04/hubungan-asmara-dengan-nurse-isteriku.html#comments">1 comments</a> <a title="Edit Post" href="http://www.blogger.com/post-edit.g?blogID=8359258394840380768&postID=7004753634792790141"></a><br />Thursday, April 16, 2009<br /><a name="6389093772633827939"></a><br /><a href="http://ceritaberahiku.blogspot.com/2009/04/faizal-adie-zamriensaiful.html">Faizal~ Adie~ Zamri~En.Saiful</a><br />“morning yasmeen” En.Saiful melintasi belakang aku sambil menepuk punggung aku.“moning…” aku tersenyum.Perlu ke aku marah? Tak… aku suka! :pFaizal bersedia dengan pda ditangan untuk membacakan satu persatu jadual En.Saiful pagi ini.“kita terus jumpa Tuan ***** lepas jumpa Dato’ Lim” En.Saiful angkat kening memandang aku.“u tak pernah jumpa bapak I kan? Lebih baik u tak payah jumpa” En.Saiful sengih-sengih memandang aku. Faizal turut tersengih. Aku tak faham tetapi turut tersenyum.Hari ni aku akan jumpa Tuan ***** tuan punya ****** Holding ini. Pastinya bapak borek anak rintik. Faizal berpesan. Kalau kena sentuh, jangan tepis-tepis tapi kalau dia ajak pegi jauh dari KL jangan ikut. Aku tak faham tapi aku angguk. Dan aku akan bertanya pada Rizal kemudian nanti.Tuan ***** simple orangnya. Dari raut wajah dia pun dah tau dia gatal. Dia suka menjilat-jilat bibir dia sambil tersenyum. Aku geli lelaki tua mcm tu. :p “yasmeen dah lunch?” Tuan ***** merapatkan bibirnya ditelinga aku. Eeee… geli betul. Macam babi perangai orang tua ni. Aku sabar menanti En.Saiful selesaikan tugasnya. Dan aku cepat-cepat nak berambus dari sini.Lepas kerja aku rush ke KLIA ambik Zamri. Zamri akan bersama aku malam ni. Zamri mungkin keletihan, lepas kami makan malam, dia tertidur. Dan aku terus berchatting dengan Adie, seorang rakan chatting yang aku kenal beberapa minggu lepas. Dia ada hantar gambar dia. Not bad! Tapi dia terlalu berterus terang. Dia nak berkenalan dengan aku kerana sex! Memang sebab sex! Dan aku teruja dengan cerita-cerita sex dia. Dia ada buat banyak cerita sex. Mungkin dia pun ada blog sendiri tapi dia tak nak bagi kat aku. Mungkin blog peribadi yg orang lain tak boleh tahu agaknya.So, bila aku boring-boring aku akan layan chatsex dengan Adie. Satu lagi yg aku suka tentang Adie, suara dia macho. Ada ciri-ciri JANTAN. Memang lelaki habis suara dia tu. Mungkin satu hari nanti aku akan jumpa dia. Tak taulah bila. Masa yang akan menentukan segalanya.window.google_render_ad();Posted at 12:04 am by Gadis Berahi<a class="comments" onclick="window.open('http://berahi.blogdrive.com/comments?id=71','comments','width=780,height=570,scrollbars=yes,resizable=yes').focus();return false" href="http://berahi.blogdrive.com/comments?id=71" target="_blank">jgn cakap tak pakai otak (4)</a> Tuesday, August 08, 2006officemate ghairah!Perkenalan kami bermula sejak aku berkerja di ****** Holding. Faizal seorang lelaki yg menarik. Aku rasa terbelai dengan cara Faizal. Cara dia melayan aku dan cara dia mengembil berat tentang aku. Minggu ni minggu kedua aku di ****** Holding. Tugas aku membuat aku rapat dengan Faizal. Aku selalu bodyguard En.Saiful dan Faizal adalah P.A En.Saiful. Mungkin itu cara Encik Saiful, mengambil perempuan yg feminine dan kelihatan lembut untuk dijadikan bodyguard dan mengambil lelaki gagah yg cukup ciri-ciri kelelakiannya sebagai P.A dia. Aku pun tak faham tapi mungkin itulah strategi dia.Malam semalam aku dan Encik Saiful ke sebuah kelab. Faizal turut bersama. Encik Saiful bergembira meraikan sebuah kejayaan ****** Holding yg baru saja disiarkan di TV3 malam tadi. En. Saiful terlebih minum. Dia mabuk teruk. Dah banyak dia minum tapi di amasih tak nak balik. Dia masih lagi nak berseronok denga Gro-Gro kat situ. Aku dan Faizal terpaksa menunggu. Aku dan Faizal menari menghabiskan masa menunggu En.Saiful puas berpoya-poya. Faizal mendakap aku erat dalam tarian. Punggung aku sering diramas. Dia gemar mengalun lentok pinggang aku. Dia suka menggesel dengan sengaja dada dia ke buah dada aku. Aku suka tengok style dia. Aku suka tengok butang baju dia yang sedikit terbuka. Bulu dada dia yg halus buat aku geram. Aku hampir terlupa bahawa aku bakal menjadi isteri orang hujung bulan ini. Oh ya sebelum aku terlupa, aku akan bernikah dengan ustaz Rochi pada 28 August ini. Hati aku berbelah bahagi dengan hadirnya pelbagai lelaki dalam hidup aku. Aku takut aku menyesal menikahi ustaz Rochi. Aku takut kalau aku tak berpeluang lagi menerokai batang konek lelaki lain. Sebab aku jenis yg cepat bosan dan tak boleh hidup tanpa konek.Dalam memikirkan ustaz Rochi, aku rupanya tenggelam dalam kucupan hangat Faizal. Dia meraba peha dan punggung aku dalam tarian hangat dan desertnya adalah kucupan. Aku terasa kehangatan indah itu terlalu cepat berlalu. Tatkala aku dapat menyentuh batang konek Faizal dari luar seluarnya, music terhenti. Aku rasa nak ajak Faizal sambung dirumah. Dan aku tak kisah kalau menyerah body padanya malam ni. Memang aku mahukan itu. Sex!En.Saiful memanggil kami. Dia mintak kami hantar dia balik dan seorang gro akan ikut dia balik :p Lepas hantar En.Saiful balik, Faizal kata nak hantar aku kat rumah sebab dia tak nak wife dia nampak aku hantar dia. :p wife? Baru malam ni aku tau yg dia dah berkahwin. :p<br />Posted by MyBlogspot at <a class="timestamp-link" title="permanent link" href="http://ceritaberahiku.blogspot.com/2009/04/faizal-adie-zamriensaiful.html" rel="bookmark">8:34 PM</a> <a class="comment-link" onclick="" href="http://ceritaberahiku.blogspot.com/2009/04/faizal-adie-zamriensaiful.html#comments">1 comments</a> <a title="Edit Post" href="http://www.blogger.com/post-edit.g?blogID=8359258394840380768&postID=6389093772633827939"></a><br /><a name="2321760184386297258"></a><br /><a href="http://ceritaberahiku.blogspot.com/2009/04/kisah-cinta-terlarang-aku-dan-zamri.html">kisah cinta terlarang aku dan Zamri</a><br />Sejak aku kerja ni, aku takde masa lagi nak tulis blog. Balik pun dah letih. Kadang-kadang layan En.Saiful kesana sini sampai pukul 2 pagi. Esoknya 8 pagi mesti ada kat office. Memang aku tak boleh tahan. Aku dah start ambik part time. Aku terpaksa abaikan nasihat semua pensyarah dan kawan-kawan yg nasihatkan agar aku habiskan semester akhir dulu. Tinggal 6 bulan lagi, kalau aku ambik part-time, ini bermakna aku terpaksa habiskan semester akhir aku selama 10 bulan. Aku tak fikir semua tu lagi. Aku Cuma perlukan wang saran untuk tampung kehidupan aku. Sampai bila aku nak harapkan orang tolong aku. Aku mesti buat sesuatu dan inilah yg dah aku pilih.Baru sehari Zamri datang sini, dia dah nak balik. Sebab aku tak ada masa untuk dia. Layan bos aku sampai aku lupa yg dia ada kat rumah aku. Balik pulak dah penat, dia ajak keluar, aku malas coz aku letih sangat. So, dia kata nak balik, tak nak ganggu aku.Aku tau dia kecik hati….Aku senyum…Aku mendekati Zamri perlahan-lahan… towel dipinggang dia aku tanggalkan…. Aku usap-usap batang dia yg cepat berdiri tu dengan penuh kelembutan. Batang dia makin menegang dan urat-urat makin timbul. Buat aku rasa nak gigit. Nak telan-telan. Zamri berpaling memeluk aku dari belakang. Koneknya digesel-geselkan pada celahan punggung aku. Leher, bahu dan belakang badan aku dikucup perlahan. Oh Tuhan… sungguh aku tak tahan. Konek Zamri memang pantang kene sentuh, bila dah berdiri, aksinya tiba-tiba menjadi aktif. Dia menjadi rakus dan setiap inci tubuh aku akan menjadi mangsa. Zamri sudah sedia maklum tentang kawasan kelemahan aku dan kawasan itu sering dijadikan jajahan. Mana lagi kalau bukan kelentit aku. Bila hujung jari Zamri menyentuh dan menggentel bijik kelentit aku, aku mula kebasahan. Pantat aku mula basah dan licin. Zamri bijak membelai buah dada aku dan puting aku menjadi mangsa gigitan lembut Zamri.Zamri membaringkan aku. Lidah Zamri menujah daging merah dicelah-celah pantat aku. Jilatan hangat dari bawah naik keatas membuat aku mengerang menahan kesedapan. Apa lagi bila hujung lidahnya melingkari lembut bijik kelentit aku. Aku kangkang seluas-luasnya memberi laluan bebas kepada Zamri. Breast aku membengkak keras menikmati kesedapan ini. Punggung aku terangkat-angkat bila Zamri terus menjilat dengan penuh rakus. Aku mula menggelupur bagai buaya termasuk jaring. Aku mengiring kekiri kekanan menahan kesedapan. Breast aku meliuk lentuk mengikut alunan. Zamri meramas-ramas breast aku. Sesekali ptting aku menjadi mangsa nyonyot. Bibir Zamri mengucup lembut leher dan seluruh badan aku. Jemarinya ligat menerjah bahagian sulit aku… jarinya bermain-main dengan kelentit kesayangan aku. Kelicinan pada bijik keras itu menambah kesedapan yg aku rasakan.Zamri mengangkat sebelah kaki aku keatas bahunya. Batang panjangnya bersedia untuk menusuk kedalam lembah keramat milik aku. Aku turut bersedia sebab aku dah tau sangat macam mana rasanya konek panjang itu. Besar konek Zamri selalu buat lubang aku rasa sendat dan panjang konek Zamri selalu buat aku rasa senak lebih-lebih lagi dalam keadaan kaki angkat sebelah begitu.Namun aku sangat sukakan kesedapan itu. Aku memejam mata menikmatinya. Aku dapat rasakan geseran konek Zamri pada kelentit aku. Zamri memegang pinggang aku dan goncangan demi goncangan dilakukan.“meen… kalau ko kawen nanti, aku boleh dapat mcm ni lagi tak?” aku dengar soalan Zamri tapi aku hanya diamkan diamkan diri sebab aku asyik menikmati kesedapan yg sedang dinikmati oleh pantat aku ni. Kalau benda ni tak sedap, tak ka nada orang yg terlajak sampai sanggup menjadi penghuni neraka dikemudian hari hanya kerana nak sedap sekali ini. Memang sedap sungguh aktiviti indah ini. Zamri memusingkan aku. Dan aku menonggeng. Punggung aku yg melenting membuat Zamri semakin tak tahan. Kelicinan air mazi aku yg meleleh sepanjang masa sejak jemari Zamri menyentuh kelentit aku memudahkan konek Zamri menikam masuk dengan hanya sekali tusukan. Aku juga sukakan doggy style ini sebab dengan carat u aku dapat rasakan konek Zamri tenggelam hingga ke pangkal konek. Apalagi bila dia menekan dalam-dalam hingga sedikit senak diperut terasa. Indahnya sayang… indahnya apa yang sedang aku rasakan.Dalam keadaan menonggeng begitu, breast aku beralum mengikut goncangan Zamri yg semakin lama semakin laju. Aku mendesah kuat tidak tertahan. Aku tidak peduli lagi jika ada sesiapa yg mendengar keluh kesah kami. Aku meraung menahan kesedapan. Aku jadi hilang akal bila dengar suara Zamri mengerang tatkala dia memancutkan muntah kanjinya. Ahhhhhhhhhh….. mana mungkin aku meninggalkan aktiviti seindah ini begitu saja. Sex adalah segala-galanya bagi aku.window.google_render_ad();<br />Posted by MyBlogspot at <a class="timestamp-link" title="permanent link" href="http://ceritaberahiku.blogspot.com/2009/04/kisah-cinta-terlarang-aku-dan-zamri.html" rel="bookmark">8:18 PM</a> <a class="comment-link" onclick="" href="http://ceritaberahiku.blogspot.com/2009/04/kisah-cinta-terlarang-aku-dan-zamri.html#comments">0 comments</a> <a title="Edit Post" href="http://www.blogger.com/post-edit.g?blogID=8359258394840380768&postID=2321760184386297258"></a><br /><a name="7250596098822292062"></a><br /><a href="http://ceritaberahiku.blogspot.com/2009/04/akhirnya-aku-disini-londonuk.html">Akhirnya aku disini, London,UK.</a><br />28 August berlalu sepi. Mungkin Ustz cuba menghubungi aku, mungkin tidak. Aku pun tak pasti. Aku sepatutnya menjadi isteri ustaz malam tadi. Tapi disaat ini aku baru saja tiba di London. Aku berkenalan dengan seorang abang sotong, student civil engineering dari Imperial College, London bernama Mahyudin tapi dia nak orang panggil dia Ayu. Kehkehkeh…"yasmeen, boyfriend kau tu very the vasss la badan dia, cek nek pun mesti vasss, boleh mak pinjam sehari dua?" Ayu ushar-ushar Faizal.Sebenarnya aku kenal Ayu ni melalui internet jugak. Dekat 2 tahun aku chat dengan dia. Aku tau dia nyah tapi gambar yg dia hantar tak pernah pun pakai kain kembang atau skirt, normal je dressing dia. Tapi bila aku jumpa depan-depan mcm ni barulah terserlah dia punya loghat nyah dia tu.Disini aku tinggal di Brompton Square. Serumah dengan En.Saiful, betina En.Saiful dan Faizal sekali la. Betina En.Saiful yang asyik terkinja-kinja tu memang merimaskan aku."malam nanti, kita akan dengar alunan perang" Faizal berbisik. Alunan perang? Mungkin itu salah satu dari acara yang menjadi kebiasaan kat sini. Aku pun tak tau sebab ini kali pertama aku menjejakkan kaki ke UK. Malam tu kami minum dan lepak-lepak di Crossroads di Beacon Street. Aku baru je rasmi baju Barnes & Nobles yang En.Saiful belikan ni. Kalaulah ini bukan urusan kerja, dan aku pula datang bersama seorang yang poket berat, memang aku dah ajak tour Europe, pergi paris…. Isk! Blablabla… tapi ape nak buat, kalau tak kerana aku ni bodyguard En.Saiful, jangan mimpi la aku nak dapat datang sini.Seperti yang Faizal katakan tadi, aku dapat dengar alunan perang itu dengan jelas dari bilik sebelah. Apa lagi kalau bukan aktiviti uh ah uh ah En.Saiful dengan betina garik tu! Aku keluar dari bilik aku. Kelibat Faizal kelihatan jelas depan mata aku. Dia tengah melancap. Hahaha!"hoi, u ni sorang pun jadi?" aku ketawakan Faizal."syyyyhh… diam sikit boleh tak? Jap lagi orang tua keluar, dia tarah u pulak baru tau""huh? Dia nak tarah aku? Yang kat dalam tu pun belum tentu dia larat" aku ketawa lagi…"Meen, pancutkan aku, Meen" Faizal memandang aku."kat sini?""anywhere…"AKu tarik Faizal masuk bilik aku. Cuaca sejuk menambahkan lagi kegatalan aku.AKu lurutkan boxer Faizal hingga tiada seurat benang pun ditubuhnya. Aktiviti ‘korekkolom’ dimulakan. Ayat korekkolom tu aku belajar dari Ayu Mahyudin yang suka mecarut tulah. Kebanyakkan bahasa nyah ni memang kelakar tapi aku selesa menggunakannya. Macam syok je bile sebut!Faizal tak boleh tahan kena kolom. Dia membalikkan aku pada posisi bawah dan angka 69 terbentuk. Pantat aku dijilat lembut dan penuh tertib. Ishhh sedapnya. Lama aku tak rase camnih… Hujung lidah Faizal bermain-main di kelentit keras aku yg basah licin. Koneknya ditekan sedalamnya hingga aku hampir tersedak. Boleh tahan besar jugak sampai lenguh mulut aku nak menganga.Breast aku mengeras. Aku tak boleh tahan lagi. Pantat aku tak cukup hanya sekadar dijilat begitu. Aku perlukan sesuatu yang keras, panjang dan besar untuk memuaskannya. Aku menantikan saat-saat pantat aku ditujah. Aku tak boleh tahan lagi. Aku tak boleh kawal diri. Aku mengangkang luas dan badan aku mengeliat melentik hebat. Aku sangat teruja. Aku merasa sangat berahi saat ini.Faizal bertukar posisi, dia bersedia untuk memacak aku. Oh Tuhan! Panjangnya… tujahan batang konek Faizal membuat perut aku menjadi senak. Aku mengerang kesedapan hingga aku tak dapat mengawal suara aku lagi. Aku mendesah dan sesekali terjerit menahan senak.Goncangan Faizal semakin laju. Aku tak tahan lagi. Aku mengerang hingga kakiku kejang. Pacakkan den pacakkan dari konek Faizal buat aku menggelupur tak keruan. Badan aku melentik-lentik menahan kesedapan. Aku tak tertahan lagi.Pengetahuan tentang lelaki yg telah aku perolehi dari pelbagai lelaki, sebenarnya kekuatan mereka bukan terletak pada saiz atau kegagahan fizikal yang boleh kita nampak, tetapai pada kehebatan dia memenuhi keperluan sex wanita. Memang aku kejar lelaki yang nampak gagah, konek besar dan panjang untuk kepuasan sex, tetapi cara seseorang lelaki itu melayan wanita dengan sentuhan kasih. Hanya itu yg boleh membuatkan wanita merasa puas.<br />Posted by MyBlogspot at <a class="timestamp-link" title="permanent link" href="http://ceritaberahiku.blogspot.com/2009/04/akhirnya-aku-disini-londonuk.html" rel="bookmark">8:17 PM</a> <a class="comment-link" onclick="" href="http://ceritaberahiku.blogspot.com/2009/04/akhirnya-aku-disini-londonuk.html#comments">0 comments</a> <a title="Edit Post" href="http://www.blogger.com/post-edit.g?blogID=8359258394840380768&postID=7250596098822292062"></a><br /><a name="3888066350759357593"></a><br /><a href="http://ceritaberahiku.blogspot.com/2009/04/projek-raye.html">projek raye!</a><br />selamat hari raya semua. kali ni aku nak citer pasal projek raye aku. hiks! bz tetap bz tapi projek harus on jugak. tahun ni mcm biase la aku balik raye kat Kuantan umah mak aku. Lepak dengan nenek aku dan cuci cicit semua berkumpul kat Kuantan. Walaupun dah takde suasana kampung, pasal nenek aku duduk kat kawasan perumahan, tapi nenek masih lagi angkut periuk besar dia letak belakang rumah rebus ketupat hehehe...Zamri balik bawak kawan dia. Katenye budak opis dia yang yatim piatu. Bukanlah sebatang kara, sedara mara ade tapi saje nak beraya tempat orang, lagipun dia anak tunggal, mak bapak pun dah takde, so kalo dia tak balik raye, takde sape nak pertikaikan pun. So, u all tau la kalo i jumpe Zamri kan. Petang tu (sebelum raya) aku sibuk tolong nenek kat dapur. Berlakon je konon-konon sibuk. Bukan aku masak pun. Kawan Zamri, Kamal debab tu perhatikan aku dari atas sampai bawah. Pandangan dia rakus menikam jantung aku. Aku bolayan. Bile mase plak aku penah taste dgn lelaki gemuk kan? Never! Hahaha...Dipendekkan cerita, malam raya tu aku buat dosa. Zamri ajak aku keluar coz kat umah ramai sangat sedara mara. Kami ke kawasan tangki air kat kawasan rumah nenek. Ka situ kami memadu kasih melepas rindu walaupun dalam keadaan yang tak selesa. Susah aku nak gambarkan projek sambil berdiri. Asalkan dapat pekena konek, oklah tu. Hahaha...Zamri sandarkan aku pada dinding tangki air besar tu. Kami berkucupan. Tangan Zamri nampaknya merindui breast aku. Dia gagah menakluki puting breast aku mengelus masuk kedalam baju dan menyelak bra aku. Aku memang tak puas kalau projek tak dapat bukak baju dan tak dapat berbaring. Susah sikit la nak mengangkang. Kempunan aku nak suruh Zamri jilat aku. Rindu sangat dengan jilatan dia. Dah lama aku tak rase.Silap aku pakai seluar jeans. Kalau aku tau dia nak ajak projek, aku dah pakai skirt labuh dah. Senang sikit nak selak. Aku tak tentu arah. Aku tak boleh tahan kena romen macam ni. Aku tenggelam dalam kucupan Zamri. Aku sangat rindukan dia. Zamri memaut erat pinggang aku. Dada aku terpaut rapat dibadan sasa Zamri. Aku rasa bahagia dan nikmat berdakapan dengannya. Bibir Zamri mengucup lembut sekitar leher dan dada aku. Aku tak dapat bayangkan sekiranya kami kini berada di atas ranjang dan berasamara dalam keadaan yg selesa.Zamri memusingkan aku kebelakang. Seluar jeans aku diturunkan hingga separas lutut. Aku menonggeng dan Zamri menujah pantat aku yang kebasahan. Satu kekurangan dlm projek kali ini Zamri tak gesel-gesel kelentit aku seperti biasa. Dalam keadaan yang tak selesa macam ni, kami tak berkesempatan untuk foreplay lama-lama. Zamri terus menujah dan menujah. Aku sededapan. Tangan Zamri ligat memaut pinggang sambil menujah koneknya dari belakang. Aku separuh menonggeng bertahan pada dinding tangki air. Malam ini sedikit kepanasan. Aku segera ingin menamatkan permainan ini sebab aku dah mula rasa tak selesa. Zamri menunggang dengan pantas. Sedikit terasa senak dalam kesedapan. Yang penting malam itu kami dapat melampiaskan nafsu dan melepaskan rindu masing-masing.<br />Posted by MyBlogspot at <a class="timestamp-link" title="permanent link" href="http://ceritaberahiku.blogspot.com/2009/04/projek-raye.html" rel="bookmark">8:15 PM</a> <a class="comment-link" onclick="" href="http://ceritaberahiku.blogspot.com/2009/04/projek-raye.html#comments">0 comments</a> <a title="Edit Post" href="http://www.blogger.com/post-edit.g?blogID=8359258394840380768&postID=3888066350759357593"></a><br /><a name="1326552087482075755"></a><br /><a href="http://ceritaberahiku.blogspot.com/2009/04/cerita-kat-kampong.html">Cerita Kat Kampong</a><br />Hasil Nukilan <a href="mailto:rahman119@bulebottle.com">rahman119@bulebottle.com</a>Aku dibesarkan bersama datuk dan nenek sejak kecil, sebab itu agaknya aku ni manja orangnya (mudah juga merajuk). Aku saja cucunya yang dipelihara walaupun cucu-cucu yang lain ramai. Sejak kecil agaknya umur lima atau enam tahun aku dah lali dengan cipap perempuan (sebab nenek aku ni bidan part time) sementara menantikan bidan sebenar sampai dia yang kena buat dan akulah orang kanan yang membantunya. Malah aku masih boleh kerat pusat bayi dengan hanya pakai sembilu buluh (pisau dulu-dulu) dan qualified untuk menyunatkan budak-budak pompuan (budak jantan tak reti). Jadi membesarlah aku dalam keluarga datukku itu seramai empat orang termasuk mak saudaraku anak dara pingitan yang come lote. Jangan salah faham bukan kisah mak saudara aku yang hendak aku ceritakan (dia baik dan bahagia bersama familynya).Kalau dia orang mandi (mak saudara dan seorang lagi sepupu) aku jadi tukang escort dia orang (dulu-dulu mandi di telaga). Selalu juga aku ternampak bentuk tubuh dia orang bila kain mandi dia orang basah dan kadang-kadang tu masa nak salin kain dia orang londeh semua sekali telanjang bulat (maklumlah dia orang anggap aku budak kecik) menampakkan kulit yang putih melepak cuma cipap sahaja yang berbulu. Sepupu aku masa tu masih muda benar, kalau tak salah aku baru lima belas atau enam belas tahun umurnya. Bulu cipapnya juga masih nipis tapi tundun dia fulamak punyalah tembam. Mak saudara aku punya pulak agak sederhana tembam sebab susuk badannya macam Julia Robert.Satu hari seperti biasa aku ikut dia orang membasuh dan mandi umur aku masa ni dah nak masuk 11 tahun. Kemudian mak saudara aku tergesa-gesa balik sebab nenek aku bising-bising entah pasal apa (tak ingat lagi). Tapi sebelum beredar dia berpesan kepada sepupuku supaya memandikan aku kerana dia tak sempat. Dalam bilik perigi tu tinggal aku berdua sahaja, kami mandi bersama dia pakai baldi ayan dan aku pakai timba upeh. Dia sabunkan aku (aku telanjang macam selalu) tapi tiada apa-apa kelainan yang aku rasa agaknya pasai dah biasa tengok dia orang. Kemudian dia tanggalkan kain basahannya untuk bersalin tetapi sebelum itu dia duduk mencangkung lalu kencing. First time aku lihat perempuan dah anak dara kencing. Aku nampak jelas cipapnya terbuka dan air kencing berlari laju…..tiba-tiba kote aku naik tegang aku rasa cukup keras. Aku malu sendiri tapi tak tahu nak buat macam mana. Sepupu aku terpandang kote aku dan dia juga agak terkejut kerana selalunya kalau aku nampak cipap dia orangpun tak pernah kote aku keras begitu.Dia menghampiriku lalu bertanya kenapa kote aku keras, aku jawab tak tahu tapi tadi aku nampak cipap dia tengah kencing boleh jadi itu sebabnya. Dia datang hampir lalu memegang kote aku, tengah dia membelek-belek tu critt…… ada air yang terpancut keluar lalu kena kat mukanya tapi tak salah aku air tu belum pekat lagi dan masih cair. Dia cuma tersenyum lalu mengesat mukanya sambil berkata mulai hari ini aku tak boleh mandi bersama dia orang lagi kerana kote aku dah naik tegang bila nampak cipap perempuan dan aku kena mandi sorang-sorang katanya lagi. Frust juga aku tapi katanya lagi kalau aku nak tengok dia mandi boleh dengan syarat aku beri dia main dengan kote aku. Aku tamatkan episod mukadimah ini bimbang engkau orang boring cuma aku nak tegaskan dalam usia semuda itu kote aku dah keras dan mampu memancutkan air mani walaupun belum betul-betul pekat.Aku melangkahkan kaki ke sekolah menengah dengan perasaan sama seperti budak-budak lain untuk maju dalam pelajaran. Tapi di sekolah aku selalu kena buli sebab kata dia orang muka aku ni macam perempuan (aku merawarisi paras mak saudaraku yang cun melecun tu) jadi tak heranlah kalau dia orang ingat aku macam perempuan, apa yang dia orang tak tahu kote aku kat celah peha ni dah boleh rabakkan cipap anak dara kalu diberi peluang. Oh ya lupa nak beritahu, mak saudara aku tu sebenarnya cikgu kat SM tu, guru muda lepasan Kirkby cakap orang putih jangan cerita le….berabuk kalah mek saleh aku ingat. Akupun baiklah dengan cikgu-cikgu di sekolah tu sebab mak saudaraku itu tambahan pula dengan rakan-rakan cikgu wanita lagilah dia orang suka aku ni cute kata dia orang, patutnya jadi budak pompuan bukan lelaki.Dalam ramai-ramai tu ada seorang guru SRT, dia ni dah berumur sikit aku ingat awal tiga puluhan. Rumah dia sebelah sekolah sahaja jadi tempat lepak guru-guru wanita terutama yang bujang atau yang suaminya tiada (masa tu ramai juga guru wanita yang suami mereka sambung belajar di London. Cikgu Syidah (bukan nama sebenar) sangat baik orangnya, pandai masak, bergaya, lawa, bontot menggiurkan tapi jarang senyum. Walaupun dah berumur masih cantik dan single. Mak saudaraku cakap dia tu dah kahwin tapi entahlah aku tak faham cakap dia orang. Aku selalu juga lepak-lepak kat rumah dia kerana aku di sesi petang dan kebanyakan mereka mengajar di sesi pagi. Selalunya rumah dia kosong tak ada orang.Satu hari Cikgu Syidah memanggil aku lalu menyuruh aku menantinya di bilik SRT, bila dia nampak aku kat situ dia menghulurkan aku sepiring karipap yang sungguh sedap rasanya. Dia cakap kat aku kuih tu sebenarnya budak-budak tengah ambil peperiksaan jadi dia simpan sikit untuk aku. Kemudian katanya kalau aku tak buat apa-apa Sabtu dan Ahad nanti dia hendak aku datang ke rumahnya tolong dia mengecat dinding bahagian dalam rumahnya. Cat dan perkakasannya telahpun dibeli pagi tadi. Aku kata nanti aku beritahu jawapannya selepas mendapatkan consent mak saudaraku.Anywhere, Sabtu sampai dan aku juga sampai ke rumahnya. Aku dapati dia sorang sahaja kat rumah aku tanya mana yang lain-lain. Dia jawab kena jaga periksa dan terus balik kampung kemudian dia tanya mana mak saudaraku, aku jawab nanti lepas zuhur baru dia sampai. Dia menghulurkan baju lama (nampak macam blouse) dan kain batek lusuh kepadaku, aku kata nak buat apa lalu dia jawab nak mengecat kenalah pakai yang buruk lepas kena cat boleh buang terus. Akupun menyalin pakaian berkenaan dan memulakan kerja-kerja mengecat. Banyak juga yang dapat aku cat sehingga sampai waktu makan tengahari aku disuruhnya berhenti pergi mandi dan makan.Aku mengambil tuala yang diberikannya lalu masuk ke bilik mandi, sebentar kemudian aku keluar untuk menyalin pakaian. Tiba-tiba dia ketawa aku kaget, dia cakap aku mandi macam mana, cat kapur tu masih bertepek kat kepala. Lalu dia menarik tanganku masuk semula ke bilik mandi dia suruh aku duduk telanjang dan dibersihkan segalan cat kapur yang terlekat di kepalaku. Sambil tu dia beritahu yang dia tahu aku selalu dimandikan oleh mak saudaruku aku jawab benar malah semua tentang diriku dia yang uruskan. Setelah selesai aku berdiri sambail dilapkan badan oleh cikgu Syidah.Tanpa sengaja tangannya tersentuh koteku lalu ia mula mengembang dan mengeras, cikgu Syidah nampak tapi buat-buat tak tahu sahaja. Setelah selesai aku nak keluar dari bilik mandi tapi kote masih keras lagi lalu dia tanya kalau kote aku naik tegang selalu aku buat macam mana. Aku jawab aku biar sahaja lama-lama dia turun balik atau kalau sepupu aku ada kat rumahnya aku suruh dia pegang dan usap-usap tak lama nanti ada air keluar lepas tu boleh turun. Dia senyum saja. Cikgu Syidah suruh aku bersalin pakaian di biliknya selepas tu boleh makan nasi dan aku menurut sahaja. Tanpa ku duga dia mengekori aku ke biliknya, sebaik sampai tuala yang ku pakai direntapnya dan koteku diramas-ramas mesra. Aku terkedu menahan rasa terkejut dan sedap yang mula menyelinap ke tubuhku.Dia suruh aku berbaring atas tilam sambil dia menanggalkan pakaiannya satu persatu. Cuma tinggal bra dan panties sahaja, dia datang hampir kepadaku lalu berkata yang ni nak lucut tak sambil jarinya menunjuk kepada bra dan pantiesnya aku cuma menganggukkan kepala. Jari-jarinya membuka cangkuk bra dan melepaskannya ke lantai…..tersembul dua bukit indah milik cikgu Syidah, walaupun tak begitu besar tapi padan dengan dirinya. Tetek cikgu Syidah masih mengkar tak jatuh macam orang lain yang dah berumur….masih terpacak di dadanya. Kote aku berdenyut-denyut menahan rasa berahi….dan yang ni awak kena bukak sendiri kalau nak tengok dia memberi isyarat kepada pantiesnya. Perlahan-perlahan akan memegang tepi seluar dalam tu lalu melorotkannya ke bawah melepasi punggungnya dan menampakkan bulu pantatnya yang lebat tapi kemas. Kemudian dia sendiri melucutkan terus panties berkenaan melambak ke lantai. Nampak jelas cipap cikgu Syidah yang begitu tembam, berbulu hitam lebat, labia majoranya bagai ulas limau penuh menutupi labia minoranya. Cikgu Syidah merebahkan dirinya atas tilam lalu meminta aku menatap sepuas-puasnya tubuhnya. Dia mahu aku menyentuh apa sahaja yang terdapat pada tubuhnya, aku memegang, mengusap dan menguli teteknya dengan putingnya tegak berdiri, aku terus meraba seluruh perut, pusat, ari-ari lalu sampai ke cipapnya. Aku tertagak-tagak untuk menyelak bulu-bulu cikgu Syidah sebab bulu cipap mak saudaraku agak nipis berbanding dengan cikgu Syidah.Lalu jari-jarinya menyelak bulu hitam itu dan kelihatan biji kelentit di bahagian atas cipapnya, dia mahu aku menguis-guis dan mengulit biji berkenaan dengan jariku dan seterusnya meraba-raba keseluruhan cipapnya yang tembam tu. Sambil tu tangannya terus meramas koteku dan…tiba-tiba sahaja dia bangun duduk dab mulutnya terus mengulum koteku. Aku mengeliat kegelian dan kesedapan, kali pertama kena kulum aku rasa nak terpancut tapi cikgu Syidah mengemam kepala koteku dengan bibirnya hingga hilang rasa nak terpancut tu. Dia meminta aku mencium dan menjilat cipapnya, aku ragu-ragu sebab tak biasa tapi akhirnya aku akur juga. Aku lihat cipap cikgu Syidah dah berair aku kuak bulunya lalu mula menyonyot biji kelentitnya, aku lihat dia terangkat-angkat badannya bila kelentitnya aku sedut, aku dah tak kisah lagi aku sedut puas-puas kelentitnya dan bibir cipapnya lalu aku bukak cipapnya dengan jariku ku lihat bahagian dalamnya berwarna pink dan masih rapat. Aku menjolok jariku masuk ke lubung cipap yang aku kira bukan dara lagi kerana nampak jelas lubangnya lebih besar sikit berbanding lubang sepupuku yang masih perawan….tapi cikgu Syidah belum beranak lagi dan kehangatan lubang cipapnya terasa pada jariku.Dia lantas menolak badanku naik ke atas tubuhnya dan membawa koteku betul-betul bertentangan dengan cipapnya. Koteku digesel-geselkan pada cipapnya dan kemudian meletakkan kepala koteku pada lubang cipapnya. Dia meminta aku menolak masuk, aku ragu-ragu lalu dipautnya punggungku….clupp terus masuk sampai habis (maklumlah masa tu kote akupun bukanlah sebesar dan sepanjang la ni) jadi senang saja masuk. Secara spontan aku melakukan sorong tarik berdecup-decap ia keluar masuk. Aku kira bab ni tak payah ajar naluri manusia ia tahu sendiri apa nak buat seterusnya. Cikgu Syidah mengajarkan berbagai cara bersetubuh baring, duduk, menungging, meniarap, mengiring, mengatas, membawah tapi yang paling sedap bila dia merapatkan lurus kakinya di mana lubang pantat menjadi begitu ketat dengan kote rasa tersepit buat para isteri kalau belum pernah buat, cuba main cara ini aku jamin mata suami awak boleh juling jadinya). Setiap kali aku menarik nafas untuk terpancut dia akan menyepit kote aku dengan kuat dan rasa ngilu nak terpancut tu akan reda jadi aku dapat meneruskan dayungan keluar masuk. Aku tak pasti dah berapa lama aku main sampai peluh kami dah menyimbah keluar membasahi cadar (kami pakai cadar tapi ada kes aku dengar pakai tilam bolen aje – betul ke tidak waulah waalam).Cikgu Syidah dah tak keruan lagi….mulutnya menceceh sedap-sedap, nak lagi, tekan habis, aku menghentak sekuat yang termampu…..tak lama lepas tu aku dengar dia menyebut I'm cuming…I'm cuming….lalu pinggangku dikepit badanku dipeluk kuat dan koteku terasa disedut-sedut. Dia menggelepar dan mendengus dengan kuat dan barulah aku tahu itu rupanya bila pompuan klimak. Aku melajukan hentakan dan akhirnya badanku menjadi kaku lalu memancutkan sesuatu ke dalam pantat cikgu Syidah. Pancutan kali ini agak lama berbanding selalunya dan aku terasa pedih dihujung koteku mungkin kali pertama memancutkan air mani ke dalam cipap perempuan. Cikgu Syidah tergolek puas, akupun puas dan selepas berehat seketika aku menarik keluar koteku yang aku kira habis lusuh dikerjakannya. Tapi awang tu nampak gagah lagi berkilat-kilat bekas air cipap yang melekat padanya. Cikgu Syidah menciumku sambil mengucapkan terima kasih. Kami berdiri sambil berpelukan…. untuk menuju ke bilik air tapi aku melihat seraut wajah yang biasa ku lihat aku cemas sambil memandang cikgu Syidah. Tiba-tiba ku lihat wajah tu tersenyum "well anywhere you are man, sooner or later you will be fucking around but make sure you keep your mouth shut" dan menyambung "Idah kau belasah anak sedaraku cukup-cukup" sambil tangannya memegang koteku……..cikgu Syidah hanya mampu tersenyum……mak saudaraku berbisik kepadaku, "You fucked that older woman pussy like nobody business, so you must return back the favour to me, young man". Aku hanya dapat mengatakan "Yes" dan tak tahu what's going to happen next……..Pengalaman pertama senggama telah membuatkan aku selalu ketagih sex, setiap peluang yang ada akan ku gunakan untuk mendapatkannya daripada Cikgu Syidah. Ada masa kami melakukannya di bilik Sick Bay yang terdapat dalam dapur SRT. Walaupun begitu secara diam-diam Syidah telah mengiklankan diriku kepada teman-teman rumah yang lain dan perkara ini di luar pengetahuanku.Satu hari aku diminta menghantar buku-buku latihan yang perlu disemak oleh cikgu bahasa ke rumah Syidah, waktu tu kalau tak salah aku waktu rehat jadi akupun pergilah ke rumahnya. Sesampai sahaja ke rumah itu aku memanggil namanya tetapi tiada orang yang menjawab, disebabkan pintu rumahnya tidak berkunci (selalunya begitulah di waktu siang) akupun masuklah ke dalam dan meletakkan buku-buku berkenaan di atas sebuah meja besar. Aku berkira-kira hendak keluar dari rumah berkenaan akan tetapi aku terdengar suara pompuan batuk-batuk kecil dari dalam sebuah bilik. Mohon untuk menyimpang sedikit. Rumah Syidah mempunyai tiga buah bilik, dia tinggal seorang dalam bilik utama manakala dua bilik lagi dihuni oleh Cikgu Kathy, Rohaya, Swee Lin dan Salma. Cikgu Kathy dan Rohaya telah berkahwin dengan Kathy telah mempunyai dua orang anak sedangkan Rohaya seorang masih bayi lagi menurut kata auntieku. Mereka dua orang ini suaminya berada di England melanjutkan pelajaran dan anak-anak mereka dijaga oleh ibu bapa atau mertua di kampung. Cikgu Swee Lin dan Salma pula masih bujang dan kedua-duanya guru sandaran yang menggantikan guru bersalin serta kursus panjang.Cikgu Kahty besar tinggi orangnya, berkulit sawo matang, suka melawak dan selalu ketawa besar. Dia ni serba serbi besar, tetak besar, punggung besar, peha besar tapi tidak gemuk dan sangat lawa kalau dia pakai kebaya yang ketat aku cakap aa.…boleh meleleh air liur tengok dia punya benjol-benjolan tu. Cikgu Rohaya pula kecil molek orangnya, rendah sahaja aku agak tingginya kira-kira 5' 1" atau 5' 2'' sahaja malah di SM tu budak-budak panggil dia cikgu ketot. Namun ketot-ketot dia ni jambu orangnya, bukan nak puji dan yang paling aku suka dirinya ialah giginya yang aku difahamkan orang panggil gigi mentimun. So kalau dia senyum terpancut air mani dibuatnya. Tapi awas dia ni yang paling garang (semasa) di kelas aku diberitahu oleh sepupu lelakiku yang juga merupakan pelajar harapan sekolah di Form Five. Cikgu Swee Lin dan Salma aku tak berapa kenal walaupun dua tiga kali bertembung kerana mereka ni jarang ada di rumah Syidah dan setiap kali hujung minggu mesti balik ke rumah mak bapak dia orang kira-kira 16 batu dari situ. Swee Lin ni biasalah typical chinese karektur malah budak-budak pagi gelarkan dia "bibik" (Queen pada daun terup) sebabnya aku kira dia ni flat chested. Salma pula agak manis bagi seorang india muslim (mamak – sama ada kutty tak kutty aku tak tahu) tapi kulitnya agak gelap walaupun muka hidungnya comel.Aku beri gambaran ini bukan apa kerana mereka ni semua ada pertalian dengan aku so lain kali aku tak perlu nak ulangi lagi rupa bentuk dia orang sebab kau orang dah dapat bayangkan rupanya. Sungguhpun begitu cikgu yang paling cun adalah cikgu bahasa inggeris (morning session) yang memang tertoleh-toleh tak puas pandang. Kau ingat-ingat siapa, mestilah tak lain tak bukan auntie akulah tu.Berbalik pasal suara yang kedengaran tadi aku meninjau-ninjau rupanya suara itu datangnya dari bilik Kathy dan Rohaya tapi aku tak pasti siapa. Lalu aku menjenguk ke dalam sebab pintu bilik separuh renggang. Ku lihat cikgu Kathy sedang berbaring mungkin tidur agaknya. Aku mengetuk pintu lalu memanggil namanya, selepas dua tiga kali brulah matanya tercelek dan memandang ke arahku. Semasa dia mengalihkan kaki, kainnya terselak luas menampakkan dengan jelas pangkal pehanya, aku kira dia tidak berseluar dalam, berderau juga darah mudaku. Ku beritahu bahawa buku-buku berkenaan telah ada atas meja so aku minta diri untuk balik ke sekolah.Tiba-tiba dia menggamitkan jarinya memanggil aku menghampirinya. Dia menggambil sesuatu dari bawah bantalnya lalu memberikan kepadaku. Dia meminta aku menyerahkan wang berkenaan kepada cikgu Syidah. Aku mengambil wang berkenaan dan bertepatan waktu itu aku memandang ke bawah (dia duduk di pinggir katil) terserlah lurah teteknya yang besar tersergam. Aku memandang tak berkelip mata serta kaku berdiri. Aku cuma tersedar apabila tanganku ditarik-tarik dan aku tersipu-sipu. Cikgu Kathy bertanya apa aku tak pernah tengok tetek perempuan, aku jawab pernah tapi belum pernah tengok yang besar dan solid macam dia punya. Dia tergelak lalu menyuruh aku menutup pintu bilik. Bila aku berpaling semula ku lihat Kathy telahpun menanggalkan bajunya dan menampakkan dengan jelas dua buah gunung aku kira, besar solid dan agak jatuh sikit. Puting teteknyapun besar dengan kawasan gelap sekelilingnya melebar. Tapi bagi perempuan yang dah beranak dua, buah dada Kathy still ok. Aku hanya berdiri diam tapi koteku dah mula seram-seram sejuk.Cikgu Kathy menarik aku duduk di sebelahnya sambil tangannya mengurut-ngurut manja tangan dan bahuku. Kemudian satu persatu butang bajuku dibukanya selesai diikuti dengan seluarku pula (masa tu bebudak sekolah petang pakai seluar pendek jadi senang aje nak bukak seluar). Tinggal seluar dalamku sahaja, tiba-tiba dia memaut badanku hingga rebah lalu dia menghimpit dadaku dengan teteknya yang besar tu. Jari-jariku dibawanya mengusap putting teteknya sambil mulutku dikucupnya bertalu-talu. Kini jari jemarinya telah meramas butuhku yang telah berdiri sambil dilurutkan seluar dalamku kemudian Kathy menanggalkan kainnya hingga menampakkan pantatnya yang lebar dan menembam macam apam yang baru dikukus. Pantat Kathy licin tak ada bulu nampak jelas baru dicukur, ini memberi peluang buat aku menatap sepuas-puasnya pantat pompuan beranak dua ini. Sungguhpun kulit luarnya agak gelap tapi labia minoranya begitu merah merekah bak delima masak. Aku tak berani bertindak cuma menanti serangan apa yang bakal dilakukannya.Kathy menolak aku ke atas badannya sambil meminta aku menghalakan koteku betul-betul di mulut cipapnya. Koteku mencecah bibir pantatnya lalu dengan sekali dorong sahaja ciapp….terus masuk sampai ke pangkal. Sungguhpun lubang pantatnya agak longgar tapi cukup panas ku rasakan. Dia membiarkan aku merendamkan kote agak lama dalam pantatnya sebelum meminta aku menyorong tarik, air pantat meleleh keluar dan proses keluar masuk kote begitu licin, aku tak peduli lagi yang pasti aku mesti balun cukup-cukup dia puas ke tidak ke bukan urusanku. Tetiba saja pundakku dikepit dengan pehanya yang besar sampai tak boleh bergerak lagi, nafasnya kian kencang dan aku terasa dilambung-lambung, habis punggungku dipecal-pecal sambil kepalanya digeleng ke kiri ke kanan dengan rambutnya mengerbang tak menentu. "Lagi-lagi, kuat lagi…..aah…aah sikit lagiiiii…..hah…hah….hah aku sampai dahhhh, huh sedap sungguh, lama betul tak merasa pelir". Selepas dia tenang kembali dia merenung aku sambil bertanya yang aku dah pancut ke belum, aku jawab belum lagi sebab takut tengok dia begitu ganas. Kathy tersenyum kemudian dia mengiringkan badannya lalu memegang butuhku dan di letakkan betul-betul pada lubung duburnya. Dia melumurkan duburnya dengan air pantat yang keluar menjadikan lubang itu licin, lalu meminta aku menekan masuk. Aku tak pernah main bontot sebelum ini jadi aku tak tahu tapi aku terus menekan walaupun agak susah nak masuk ketat sungguh sampai bengkok kote aku menekan.Aku merasakan kepala kote dah mula masuk aku tekan lagi masuk sikit lagi lalu aku henyak sekuat mungkin, berderut rasanya bila keseluruhan batang koteku menyelinap masuk ke lubang dubur Kathy yang ketat. Dia memberi isyarat supaya aku pelan-pelan sebab takut rabit katanya. Setelah itu aku meneruskan acara keluar masuk tapi temponya lebih perlahan berbanding dengan lubang pantatnya. Muka Kathy aku lihat berkerut sambil mulutnya terbuka kemudian dia berbisik kalau aku nak pancut, pancut saja dalam bontotnya tak apa katanya. Aku melajukan hentakkan bila merasakan air telah mula nak keluar, Kathy memberi ruang dengan membuka sudut kangkang yang lebih luas, bila airku betul-betul nak terpancut aku hentak terus sampai habis critt….critt…..crittt…. maniku terpancut dalam dubur Kathy sambil kurasakan lubangnya mengemut dengan kuat sekali rasa nak putus kote aku. Setelah itu aku mencabut keluar dan serta merta Kathy membalut koteku dengan tuala kecil dan berkata "Lepas sejuk nanti biar cikgu cuci sebab main kat belakang ni kekadang ada najis ikut sekali, mesti cuci betul-betul takut dapat gatal-gatal". Ku lihat lubang duburnya terbuka sedikit lalu ada cecair meleleh keluar warnanya tak menentu bercampur antara kuning dengan sikit kehijauan.Kami berpimpin tangan ke bilik air di mana Kathy telah membasuh koteku dengan sempurna sebelum dia membasuh cipap dan duburnya. Dia juga memberi tahuku inilah kali pertama dia membenarkan orang memainkan duburnya walau suaminya sendiripun tak pernah dapat, dia takut aku tak dapat memancutkan air sebab mungkin lubang cipapnya agak besar dan kerana itu digantikan dengan lubang dubur yang ketat. Dia juga beritahu aku, bila main pompuan, lama ke sekejap ke mesti diakhiri dengan pancutan mani tak kira kat luar atau kat dalam kalau ditahan nanti buah zakar boleh bengkak dan rosak. Nasihatnya ini aku pakai sampai la ni, sebab tu kekadang bini aku tak tahan dah beround-round tapi aku pulun juga lagi hingga dah terpancut baru aku berhenti kekadang tu sampai kokok ayam baru selesai. Esoknya dia dah tentu mc sebab tak larat nak angkat matapun. Hubungan aku dengan Kathy berjalan macam biasa juga kekadang tu mereka kongsi aku cuma yang jelas Kathy cepat keluar air (klimaks) dan Syidah agak lama. Kalau nak rasa puas main dengan Kathy dulu kemudian baru balun Syidah pulak………………Masa terus berjalan dan aku semakin biasa dengan rumah Syidah boleh keluar masuk macam rumah ku sendiri. Syidah dan Kathy dah macam bini aku pulak bukan sahaja dia yang mintak tapi aku juga boleh demand kalau aku nak main dengan depa. Auntie aku tahu tapi dia buat-buat tak tahu aje, lantak demalah katanya. Cuma dia pesan dengan aku never fall in love with any of them, yes I fully understand jawabku sambil tanganku meraba-raba cipap auntieku, ia membiarkan sebentar tapi menghalangnya takut terlihat oleh datukku. You can have it when a moment is right but from now on until then you musn't figured it on your mind, do you understand young man (auntie aku sering memanggil aku young man) yes indeed aku jawab.Satu pagi aku ke rumah Syidah seperti biasa, aku bukak pintu dan masuk untuk menghabiskan kerja rumah yang berbaki, setelah meletakkan beg sekolah aku di tepi meja aku terus ke dapur untuk melihat sama ada baki kuih atau air yang ada boleh juga mengalas perutku. Aku tak pernah ambil breakfast early in the morning melainkan segelas air masuk sejuk (amalan paling baik untuk perut). Bila aku melintas bilik cikgu Kathy aku nampak seseorang sedang tidur, aku ingat Kathy atau Rohaya sakit dan tak dapat ke sekolah, lalu aku mendekatinya. Aku tak begitu pasti tapi sah dia ni bukan any one of them. Dia berpakaian baju tidur jarang tapi memakai bra berwarna pink muda dengan kain batek, masalahnya ialah kain batek tu terselak hingga menampakkan buritnya yang dipenuhi bulu hitam nipis (kesan selalu digunting) sah dia tidur tak pakai panties (tidur pakai pantiespun tak baik juga tak masuk angin). Koteku mula mencanak naik bila terlihat burit pagi-pagi ni tapi aku tak berani nak start sebab tak kenal siapa dia. Last tu aku masuk ke bilik Syidah dan mengambil sedikit cream (dia memberitahu ku ini cream special hanya digunakan untuk bersetubuh dan sapu bibir bila kering sahaja katanya) lalu melumurkan kepada batang dan kepala koteku.Aku melucutkan pakaian sekolahku dan hanya bertuala sahaja bila menghampiri pompuan berkenaan, aku kemudiannya mencangkung menghadapi kangkangnya sambil menolak turun kainnya perlahan-perlahan, pantatnya jelas kelihatan dengan rekahannya terbuka sedikit bila kakinya merenggang, kulitnya agak gelap dan pantatnya tidak begitu tembam berbanding milik Syidah dan Kathy, aku juga perasan ada taik lalat di labia majora kirinya. Aku terus menghampiri sehingga kepala koteku sudah menyentuh mulut pantatnya, tetiba sahaja aku memegang kedua-dua pehanya lalu aku henjut kote memasuki pantatnya sekuat mungkin, aku rasa masuk sikit tapi tak boleh gi jauh, aku huja sekali lagi rutt..rasanya bila batangku mula tenggelam, ia mula bergerak bila terasa cipapnya dimainkan orang, aku tak kisah lalu ku henjut sekali lagi dan mungkin kerana batang koteku telah licin jadi brusss…terus masuk sampai habis. Dia terjerit aduii…lalu terjaga, matanya terbeliak bila melihat ada budak jantan celapak di celah kangkangnya dengan kotenya telah terbenam dalam pantatnya. Aku tak peduli terus sahaja memainkannya seperti biasa yang ku lakukan dengan Syidah dan Kathy. Aku lihat pantatnya berdarah dan dia mula menangis, aku panik juga sebab selama ini tak pernah tengok pantat Syidah dan Kathy berdarah bila kena main, dia cuba menolak aku tapi aku telah terlebih dahulu memeluknya dengan kemas sebab masa tu aku rasa air maniku dah nak memuncat keluar. Tak lama batangku memuntahkan laharnya ke dalam cipap pompuan berkenaan, lepas habis keluar aku mencabutkan batangku keluar dan memandang mukanya yang sangat sukar aku bayangkan romannya ketika itu.Dia tergesa-gesa bangun hingga kelihatan air mani yang bercampur darah meleleh turun ke pehanya, ia tergesa-gesa berpakaian, bertudung lalu berlari ke sekolah. Aku terus ke bilik air mencuci koteku lalu memakai semula pakaian sekolahku. Tak lama aku lihat Syidah, Kathy, Rohaya dan auntieku bergegas balik, aku selamba aje menyiapkan kerja-kerja rumah yang tak sempat aku mulai. Syidah memegang tanganku lalu membawa aku ke biliknya dengan dituruti oleh mereka semua dan akhirnya pompuan yang baru ku tenggek sebentar tadi, ia masih menangis. Syidah bertanyakan kenapa aku mengusik Salwa (barulah ku tahu namanya Salwa dan barulah ku perasan yang Salwa ni cantik ada iras-iras Saira Banu cuma kulitnya agak lebih gelap) aku kata aku tak tahu, aku ingatkan cikgu Kathy sebab dia tidur di bilik Kathy, aku juga beritahu perihal ia tidur dengan kakinya tahan tuak (melukah) hingga menampakkan cipapnya, aku naik setim bubuh cream kat kote terus tujah sampai habis dan mati-mati aku ingat itu Kathy (selebihnya alasan aje sebenarnya memang aku tahu yang ku tenggek tu bukan Kathy. Mereka semua terduduk dan barulah aku tahu yang sebenarnya Salwa ni adalah ustazah petang yang baru dan dia juga adalah kakak kepada cikgu Salma.Aku panik, takut dan malu terus meluru kepada auntieku sambil memohon protection (anak sedara manja gitulah), semuanya menyepi dan akhirnya aku dengar Syidah bersuara agar peristiwa itu disenyapkan sahaja jangan sampai ketahuan oleh orang lain selain mereka yang berada di biliknya itu. Syidah dan Kathy mula story pasal hubungan depa dengan aku dan dia minta maaf banyak-banyak dengan Salwa supaya jangan membawa ke tengah kejadian pagi itu sebabnya kalau terbongkar semua orang susah dan selebihnya aku tak faham maksudnya butir percakapan dia orang. Auntieku kemudian membawa aku kepada Salwa lalu menghulurkan tanganku kepadanya tanda memohon maaf. Salwa memandang aku kemudian mendepangkan tangannya lalu memeluk tubuhku sambil berkata saya maafkan dia tak tahu apa-apa sambil mencium pipiku. Aku lihat semua orang menarik nafas lega dan tak lama semuanya balik semula ke sekolah tinggallah aku berdua semula bersama Salwa.Salwa menyuruh aku menghabiskan kerja-kerja rumahku dan setelah habis ia memanggil aku masuk ke bilik, aku lihat Salwa sudah telanjang bulat dengan buah dadanya meruncing penuh, pinggangnya ramping dengan pehanya yang lebarnya dia meminta aku membuka semula pakaian sekolahku telanjang bulat juga. Aku datang dan berbaring di sisinya, tak lama kami mula bercumbu, dia mencium seluruh badanku hinggakan habis koteku, telurku malah duburkua juga dijilatnya. Katanya alang-alang dah kena main baik main puas-puas, kami berpusing 69 dan aku terpaksa menyonyot pantatnya yang dah banyak berair, setelah dia puas ia meminta aku memasukkan koteku secara mengatas, aku meletakkan kepala koteku betul-betul sambil jari-jarinya memegang batang kote dan srup…batang kote menyelinap masuk membelah pantat yang baru pecah daranya sebentar tadi, kemudian dia mengiring lalu meminta aku mainkannya secara celapak, tak lama aku rasa dia mengejang dan tahulah aku dia orgasm dan mungkin itu yang pertama baginya. Kemudian dia menonggeng dan minta aku mainkannya dari belakang pula, cara ni payah sikit sebab kote aku belum begitu panjang untuk sampai sepenuhnya ke lubang pantatnya.Sambil main cara doggie tu aku perhatikan opening lubang duburnya juga basah dengan air pantatnya yang meleleh keluar, akupun apa lagi meletakkan kepala kote betul-betul di mulut duburnya lalu terus menikam kuat hingga dapat masuk sikit, aku tekan lagi masuk sikit lagi, hey lubang tu tak boleh tiba-tiba dia menjerit, aku tak peduli terus ram sampai habis batangku menyusup masuk ke lubang dubur daranya ketat sungguh ku rasakan. Dia berpaling nampak wajahnya gusar semula, ni..siapa yang ajar ni…aku cakap Syidah dan Kathy yang ajar aku main kat bontot sebab lubangnya lebih ketat dan ada masa-masa tertentu dia tak beri aku pancut kat lubang buritnya jadi dia orang suruh aku pancut dalam lubang bontot. Aku terus memainkan duburnya dan tak lama aku rasa duburnya menyepit koteku dan aku terus memancutkan air maniku ke dalam duburnya, setelah habis airku keluar aku menarik koteku keluar perlahan-perlahan. Salwa memelukku sambil berkata lubang belakang tak boleh main kotor katanya, itukan tempat najis keluar aku hanya mampu mendiamkan diri tetapi apa yang dia tak tahu lubang dubur ni kemut keliling sedangkan cipap kemut sebahagian saja tapi benar juga katanya itu tempat najis keluar pasal apa nak main kat situ entahlah akupun tak tahu sebab selama ini Syidah dan Kathy yang ajarkan aku main bontot. Sehingga menjelang ke sekolah hari itu entah berapa kali lagi kami main hingga aku rasa dah tak ada air lagi yang keluar bila aku klimak, air maniku dah terpancut dalam buritnya, dalam duburnya malah dalam mulutnya juga. Kami kemudiannya mandi bersama dan dia memandikan aku sebaiknya, kami bersiap-siap untuk ke sekolah dan aku memberitahunya untuk ke sekolah dulu…nanti kejap katanya lalu meminta aku masuk semula ke bilik, aku lihat dia dah memakai bra dan berkain dalam…londehkan seluar tu kejap saya nak tengok sekali lagi…aku menurunkan seluarku dan memperlihatkan koteku kepadanya. Dia datang menghampiriku lalu terus mengulum batang koteku sambil jari-jarinya meramas manja telur kecilku. Batangku keras semula dan dia berbaring semula atas tilam, ia terus menyelak kain dalamnya sah masih tak pakai panties lagi kemudian membuka kangkangnya lalu meminta aku memainkannya sekali lagi. Aku terus saja menujah masuk ke pantatnya dengan sekali huja sampai habis ku benamkan koteku, aku terus mengerjakannya menikam dengan laju hingga terhinggut-hinggut badannya…dia mendesah sambil bersuara lagi…lagi…masukkan lagi…ahh…ahh…sedapnya…sedapppp lalu kedua-dua kakinya memeluk pundakku sehingga aku tak mampu bergerak lagi tersepit habis, Salwa klimak lagi aku lihat dia tercungap-cungap tapi aku dah tak boleh nak klimak lagi lalu terus mencabut kote dan memakai semula seluar tanpa sempat membasuh koteku. Salwa menarik tanganku sambil berbisik ingat hingga di sini saja hubungan kita…lepas ni tak boleh main-main lagi…kita lupakan yang kita pernah berbuat perkara ini faham…awak kena anggap serta terima yang saya ni ustazah awak dan perlu menumpukan perhatian kepada apa yang ajarkan bukan membayangkan hubungan sulit kita ni. Aku hanya mampu mengganggukkan kepala. Sayangnya ustazah Salwa tidak lama di sekolah aku, kira-kira tiga bulan selepas itu dia bertukar ke sekolah lain yang agak jauh dan aku tak pernah lagi mendengar berita mengenainya. Pernah aku bertanyakan kepada auntieku sebab dia mohon tukar, auntieku jawab dia sakit kena buatan orang jadi perlu ke tempat yang orang tak tahu mengenai dirinya…aku tak faham apa maksudnya….Kenangan bersama ustazah Salwa menjadikan aku begitu serik untuk bertandang ke rumah Syidah lagi terutama bila teringatkan buritnya yang berdarah terus mematikan selera seks ku terhadap pompuan. Aku memberitahu auntieku agar memberitahu Syidah yang aku tidak lagi datang ke rumahnya kerana kejadian bersama Salwa benar-benar menakutkan aku, malah kalau bertembung dengan merekapun aku akan melarikan diri supaya tidak perluberdepan atau bercakap dengan mereka. Ustazah Salwa juga tidak lama mengajar kami selalu ambil cuti dan akhirnya terus berpindah ke sekolah lain, bagaimanapun aku taat mengikuti ajarannya dan mengamalkan mana-mana yang disuruhnya walaupun kekadang tu teringin juga hendak bermesra seperti dulu dengannya tapi bila mengingatkan peristiwa cemas tempohari aku terus jadi kecut.Aku kini sudah di tingkatan dua dan suasana di sekolah telah banyak berubah, guru-guru telah banyak bertukar ganti dan kawan-kawanpun dah semakin ramai termasuk rakan-rakan wanita. Bagaimanapun Syidah dan teman serumahnya masih kekal mengajar di sekolah cuma aku dah jarang-jarang bercakap dengan mereka. Oh, ya lupa nak beritahu yang auntieku juga telah bertunang dengan jejaka idamannya sejak di England dulu, akupun kurang arif dia tu kerja apa cuma yang dapat aku baca pada sampul suratnya tertulis perkataan advocate and solicitor tapi datukku beritahu tunang mak saudaraku adalah seorang loyer. Mereka akan kahwin dalam cuti persekolahan akhir tahun nanti dan aku dapat bayangkan betapa seronoknya masa itu nanti, sanak sedara berhimpun, kerbau dan lembu disembelih serta seribu macam keseronokan yang lain.Musim buah menjelang lagi, dusun kami sungguh menjadi tahun itu, semua pokok durian berbuah begitu juga dengan manggis, pulasan, duku, langsat dan rambai. Rambutan masa tu masih rambutan kampung sebab anak rambutan kawin masih belum ada lagi. Satu hari auntieku meminta aku mengumpul buah-buahan yang ada untuk dijadikan jamuan kepada cikgu Syidah dan rakan-rakan serumahnya. Buah durian memang telah dikumpulkan oleh datukku sejak pagi lagi. Aku turut memetik buah manggis dan pulasan serta di bawa pulang ke rumah. Duku dan langsat belum masak lagi jadi itu sahajalah yang dapat kami sediakan. Datuk dan nindaku tak balik ke rumah sebab durian tengah gagat gugur jadi kena full time di dusun durian. Aku kena gantikan mereka apabila mereka pulang untuk memasak atau datukku ke masjid, kalau hari tak sekolah aku dan datuk tidur di pondok durian yang agak selesa untuk bermalam.Menjelang tengahari merekapun sampai dengan dua buah kereta, Renault putih yang dipandu oleh Syidah dan sebuah lagi Fiat Coupe merah kepunyaan Rohaya. Aku membelahkan durian-durian yang ada untuk mereka tapi aku tak mahu bercakap sepatahpun, mereka makan semua buah yang ada dan selepas mencuci tangan aku lihat auntieku bersiap-siap untuk keluar. Young man, I'm going out for a while to visit a friend, she just delivered identical twin. Mereka semua menaiki kereta yang dipandu oleh Syidah dan Rohaya berkata ia akan menyusul kemudian nanti. Rohaya kemudian ke bilik air sambil aku mengemaskan kulit-kulit durian untuk dibuang, aku kemudiannya mencuci tangan dan masuk ke bilik untuk menggantikan pakaian dengan pakaian baru dan bercadang untuk ke dusun durian selepas Rohaya berlalu.Tiba-tiba Rohaya dah tercegat di pintu bilikku dan tanpa aku pelawa terus sahaja masuk ke bilik serta menutup pintu bilik. Dia memandangku dengan senyuman yang amat manis pernah ku lihat dari bibirnya merekah bak delima. Rohaya ni memang cantik walaupun agak rendah tapi potongan badannya menggiurkan sekali, perempuan yang baru beranak satu ini meliuk-liukkan badannya di hadapanku. Tidak semena-mena ia mula melucutkan pakaiannya, ia berpakaian satu sut baju kurung berbunga merah yang menampakkan lagi seri dengan kulitnya yang putih melepak tu. Ia membuka baju dan kain serta juga kain dalam apa yang tinggal hanyalah bra dan panties yang juga berwarna merah. Koteku yang dah lama bercuti terus mencanak naik menongkah tuala yang ku pakai, Rohaya nampak jelas kawasan membengkak tu dan ia cuma tersenyum aje. Dia terus menanggalkan bra yang dipakainya dan sebaik terlucut sahaja tersembul dua buah bukit payudara miliknya yang segar dengan putingnya kelihatan tegang. Rohaya tidak berhenti di situ sahaja malah perlahan-perlahan ia melorotkan panties merah yang dipakainya, aku memerhatikan dengan mata yang tak berkelip. Rohaya berdiri telanjang bulat di hadapan ku, cipapnya sungguh tembam walaupun agak kecil berbanding Syidah dan Kathy namun bonjolannya begitu jelas, bulu cipapnya juga tidak begitu lebat tetapi menutupi seluruh kawasan pubic di celah kangkangnya. Rohaya kemudiannya terus berbaring di atas katilku sambil jari-jarinya memberi isyarat meminta aku menghampirinya.Aku membuang bajuku dan tuala yang sedang ku pakai dan terus menerkam kepada Rohaya yang sedang menanti dengan kangkangnya yang terbuka luas. Aku terus menenyehkan kepala butuhku ke mulut cipapnya dan terus menekan masuk, aku tekan berulang-ulang kali sehingga batang koteku terbenam habis. Aku keluarkan semula dan ku benam sekali lagi, keluar dan benam lagi, aku tak peduli apa riaksi Rohaya tapi aku terus mengerjakannya, aku tak tahu mengapa kali ini aku menjadi ganas sehingga ku terdengar Rohaya bersuara, please be patient young man, please be gentle with me…I'm not going to run away so please not too hard. Aku tak peduli rayuan Rohaya, nafsuku dah mencapai ke langit aku henyak, aku tujah dan aku tala cukup-cukup hingga aku terasa air mani nak memancut keluar, aku terus benamkan sedalam mungkin batang koteku dan srutt…srutt air maniku memancut dalam pantat Rohaya. Agak banyak airku keluar kalau silap-silap boleh buncit pompuan ni. Setelah itu barulah aku mencabut keluar batang koteku yang masih keras, Rohaya ku lihat termengah-mengah dan terus menangis. Aku panik sambil melihat ke lubang pantatnya, aku dapati tak ada darah yang keluar tapi mengapa dia menangis.Cikgu, mengapa cikgu menangis…Rohaya memandangku dan berkata…why are you behave like that, why rape me, I try to give the best to you but why….aku menghampirinya lalu berkata aku tak tahu apa yang telah terjadi, aku dah lama tak merasa cipap perempuan sejak kali terakhir dengan Salwa jadi bila melihat cipapnya serta merta nafsuku melonjak naik dan tak boleh ditahan-tahan lagi. So please forgive me my pretty teacher, ia mendongak dan mula tersenyum aku menghampirinya dan mula mencium bibirnya. Barulah aku terasa betapa sedapnya bibir ulas limau ni, dia membalas kucupanku dengan bernafsu sekali, aku terus mencium pipinya, matanya, dahinya dan dagunya. Rohaya kegelian serta berahinya kian tinggi, dia kemudiannya mengulum koteku, kepala kote dijilat-jilatnya serta lidahnya melilit disekitar takuk, aku kegelian hampir sahaja aku terpancut lagi tapi dia sempat sedar lalu mengepit kepala kote dengan bibirnya sehingga gesaan itu hilang, batangku menujah-nujah lelangit serta pangkal tekaknya setelah puas dia menyuakan pantatnya pula untuk giliran aku melakukannya, aku sedut habis labia majora dan labia minoranya, biji kelentitnya walaupun kecil cukup keras dan ku sedut dengan kuat sehingga ia tersentak-sentak menahan berahi. Rohaya akhirnya berbisik please fuck me, fuck me now.Aku meletakkan kepala kote betul-betul di mulut cipapnya yang sedikit terbuka lalu dengan sekali dorong sahaja menjunam masuk sehingga habis semuanya tenggelam dalam lubang pantatnya. Dia menolak-nolak ke atas sehingga aku terasa pangkal rahimnya bersentuh dengan kepala koteku, sedap…sedap…sedap katanya, inilah batang pertama selepas besalin yang merasa barang saya, sungguhpun dah melahirkan tapi aku masih dapat merasakan kemutan cipapnya menyepit batang pelirku yang kini bertambah laju keluar masuknya. Rohaya kemudiannya merangkul tubuhku dengan kuatnya seraya mendengus dengan kuat…I'm cuming…I'm cuming katanya, aku memperkemaskan dayunganku untuk mengejar klimaks yang sedang mendatangi Rohaya, aku memberikan hentakan yang padu seraya membenamkan seluruh batang kote ke dalam pantatnya serentak dengan itu ia klimaks tersengut-sengut badannya sambil tangannya berpaut pada pangkal leherku. Setelah tenang ia mencium pipiku…thanks a lot, you are so good, where do you learn youngman sambil ia membelek-belek batang koteku yang kini telah bertambah besar dan panjang serta pubic hair telah mula menghitam di ari-ariku. Tanpa berkata apa-apa aku memusingkan badannya supya menonggeng lalu ku balun cipapnya secara doggie pula, fuh sungguh sedap rasanya aku terus memainkan dari belakang dengan menujah selaju yang ku mampu, kemudian aku merasaka otot-otot punggungnya yang solid itu mengemut dengan kuat dan ia terjerit-jerit kecil…I come again.Batang kote ku cabut keluar dari lubang pantatnya yang berlengas itu, aku memalitkan jari-jariku dengan bendalir licin yang keluar dari cipapnya lalu menyapukannya pada mulut dubur Rohaya. No..no...you are not...don't fuck my ass, nobody ever try it not even my hubby so please don't fuck me there. Aku tak peduli, setelah aku merasakan opening duburnya cukup licin aku mula mengulit kepala koteku pada lubang duburnya sambil menekan sedikit demi sedikit, Rohaya meronta-ronta tak membenarkan aku memaku lubang bontotnya, aku mencekak pinggangnya dengan kuat agar ia tidak dapat lari sambil terus menujah lubang yang ketat tu, kepala kote telah dapat melepasi anal ringnya lalu terbenam hingga melepasi takuk. Aku mengumpulkan tenaga sambil menarik nafas ku henjut sekuat mungkin srutt..srutt batangku masuk ke dalam duburnya yang pertama kali diterokai, aduh…aduh, aku terdengar ia bersuara, aku menarik keluar kemudian dengan laju membenamkannya semula, setelah merasakan duburnya dapat menerima batang pelir aku memulakan adegan sorong tarik, ku lihat mukanya memerah, jari hantu ku jolokkan ke dalam lubang cipapnya sambil biji kelentitnya ku gentel-gentel, Rohaya menggigil menahan berahi yang teramat ia kini membuka terus lubang dubur agar memudahkan batang koteku keluar masuk, tak lama lepas itu aku merasakan air mani telah mula berkumpul semula di pangkal kote, aku berbisik air nak keluar ni…nak pancut kat mana, please not there..let me help you katanya, aku mencabut keluar dari lubang duburnya ia berpaling lalu memegang koteku lalu mengurut-ngurut manja, Rohaya kemudiannya terus mengulum batangku sambil memainkan lidahnya aku mengejang dan terus memancutkan air maniku ke dalam mulutnya, ia menelan setiap pancutan hingga licin tak berbaki malah terus memicit-micit kepala koteke untuk saki baki yang masa ada. Rugi kalau tak ambik air mani anak muda…nanti kalau saya nak lagi young man boleh kasikan katanya kepadaku, aku hanya menganggukkan kepala. Setelah habis barulah batangku dilepaskannya dan kami sempat bercium sebentar bau mani di mulutnya begitu kuat, aku melepaskan bibrnya lalu berkata baik kita mandi sekarang takut nanti tak sempat pula.Rohaya bergegas ke bilik mandi, memakai semula pakaiannya, mengambil ikatan pulasan yang telah ku sediakan, mencium pipiku lalu menghidupkan engin keretanya berlalu pergi, ia melambai-lambaikan tangannya. Aku membalas lambaian dan bergegas ke pondok durian untuk menggantikan datukku mengutip buah-buah yang gugur……<br />Posted by MyBlogspot at <a class="timestamp-link" title="permanent link" href="http://ceritaberahiku.blogspot.com/2009/04/cerita-kat-kampong.html" rel="bookmark">8:05 PM</a> <a class="comment-link" onclick="" href="http://ceritaberahiku.blogspot.com/2009/04/cerita-kat-kampong.html#comments">0 comments</a> <a title="Edit Post" href="http://www.blogger.com/post-edit.g?blogID=8359258394840380768&postID=1326552087482075755"></a><br />Wednesday, March 18, 2009<br /><a name="2887711311036856495"></a><br /><a href="http://ceritaberahiku.blogspot.com/2009/03/aku-yang-curangkisah.html">AKU YANG CURANG</a><br />Kecuranganku ini berlaku sekitar april 1997…Segala-galanya bermula apabila aku berpindah ke Shah Alam setelah mendapat pekerjaan baru. Aku menyewa di sebuah apartment yang di setiap tingkatnya mempunyai 4 pintu (rumah ler tu) Setelah hampir 1 minggu aku mula mengenali jiran² di tingkat aku iaitu 3 keluarga melayu termasuk aku dan 1 keluarga cina.Macam biasalah, kesemua mereka ini bekerja – ibarat kata pepatah; pergi pagi balik petang, dapat gaji bayar hutang…hehehe…gurau sikit. Dalam ramai² jiran aku, ada seorang jiran ni yang agak unik dan sering menarik perhatian aku. Dia ni kecil molek dan amat manis orangnya, mempunyai sebuah senyuman yang menawan, kekadang bertudung kekadang tidak, umur dalam lingkungan 23 tahun, mempunyai seorang baby perempuan berumur kurang setahun dannn seorang suami – berbangsa cina dan berumur dalam lingkungan lewat 40 tahun, kalau aku tak silap lah…tapi tua lah. Ni lah yang aku tak puas hati dan rasa amat tercabar, ngapalah diserahkan pusaka ibu miliknya itu kepada orang tua…tergamak dia, tapi dah jodoh nak buek camno, tak dapeklah den nak nolong ehh. Setiap petang selalunya balik kerja akan sampai rumah lebih kurang pukul 5.30 dan time itu jugalah selalunya dia akan balik dan hampir setiap hari kami bertembung, bertentang mata dan tersenyum simpul antara satu sama lain tanpa berkata² sebab aku ni memanglah pemalu sikit orangnya (malu-malu kucinggggggg). Babak Warm-Up…Kisah stim aku yang pertama bermula hampir 5 bulan selepas itu (bulan Mac, dan masa ini aku dah tau nama dia Anisah) pada petang tu, seperti biasa aku balik dan sedang aku nak parking kereta aku, tetiba aku nampak Anisah berada di dalam keretanya dan sedang siap² nak keluar. Oleh kerana di sebelah kanan keretanya ada beberapa parking lot yang kosong, aku pun parkingkan kereta itu di sebelah kanan keretanya dengan jarak 3 parking lot. Kemudian aku berpaling memandang Anisah dan di kala itu dia sedang membuka pintu untuk keluar. Sedang dia hulurkan kakinya untuk keluar, tetiba ntah dari mana datang angin yang agak kuat bertiup dan secara langsung telah menyelakkan skirt labuh 'lepas' nya. Oleh kerana belahan skirtnya sampai ke pinggang dan posisinya yang agak mengangkang, maka skirt labuhnya itu telah terselak luas dek tiupan angin itu sehingga menampakkan pangkal pehanya yang putih bersih dan telah memukau pandangan mataku. Anisah yang perasan aku merenungnya dengan pantas menutup pehanya kembali dan memandangku dengan raut wajah kemalu-maluan. Kemudian dengan satu jelingan manja yang terselit seribu pengertian, dia melangkah masuk ke rumahnya. Sejak itu perasaan aku jadi tidak keruan, hatiku meronta-ronta untuk melihat, menilik dan seterusnya menikmati 'rahsia' pusaka ibu miliknya itu. Walaupun sudah beristeri dan mempunyai seorang anak, tapi untuk melepaskan perasaan ghairah yang tak tertahan, kekadang tu terpaksalah aku melakukan aktiviti gusti 5 lawan 1 (melancap lerr…) sambil fikiran aku berkhayal wajah dan tubuh bogel Anisah yang aku pasti sungguh menggiurkan….dadanya yang montok, putingnya yang kenyal, buntutnya yang menonjol-nonjol dan pastinya pantatnya yang sempit, berkemut-kemutan serta meleleh-leleh air lazatnya….peehhhhh… Aku terus menanti dengan sabar bilakah saat yang indah itu akan tiba walaupun kesabaranku makin lama makin berkurangan dan makin hari aku merasakan harapanku semakin tipis… namun…kata orang kesabaran itu pasti ada balasannya…dan pada hari yang bersejarah itu…. Babak StimHari itu adalah hari kesepuluh selepas kelahiran babyku yang kedua, dan macam biasalah, aku telahpun menghantar anak bini aku ke kampung…jadi bujanglah aku dalam sebulan ni…hehehe…Pukul 10.00 malam, aku kembali dari gerai berhampiran setelah pekena teh tarik dan roti canai. Ntah mengapa hujan turun dengan lebat-selebatnya. Aku pun keluar dari kereta sambil berpayung. Sambil berjalan aku meninjau² kereta Iswara Anisah dan tiba-tiba…dalam kesuraman malam dan kelebatan hujan, aku melihat ada seseorang dalam kereta itu dan seolah-olah sedang melambai ke arahku. Akupun terus merapati kereta Anisah dan mendapati Anisah dan babynya sedang berlindung dalam keretanya dek kerana hujan yang lebat. Dengan suara yang terketar² kesejukan memberitahu babynya demam dan tidak boleh kena hujan. Anisah meminta aku untuk menolong memayungkannya hingga ke pintu rumah. Oleh kerana saiz payung yang kecil dan untuk mengelakkan dari terkena hujan (tapi kena juga…) sambil berjalan akupun terpaksa merapatkan tubuhku dengan tubuh Anisah dan tanpa disedari aku telah memeluk pinggangnya. Apabila sampai ke pintu rumah, ku lihat pipi Anisah kemerahan mungkin kerana menahan malu. Oleh kerana Anisah sedang memangku baby, akupun mengofferkan diri untuk membuka kunci pintu rumahnya. Mungkin kerana mengenangkan jasaku, Anisah mengajak aku masuk ke dalam rumahnya sebentar untuk minum kopi buat memanaskan badan lagipun dia kata bini aku bukan ada kat rumahpun…(terkejut aku camna dia boleh tau hal ini…tapi mungkin sebab dia ni seorang jiran prihatin kot…). Setelah manghantar babynya ke bilik, Anisahpun menjenguk aku di ruang tamu. Lantas aku pun bertanya tentang suaminya. Anisah dengan suara yang agak sayu memberitahu yang suaminya outstation ke Cameron Highland selama 2 minggu kerana urusan pembelian dan penerokaan tanah balak bagi pihak syarikatnya. Dah seminggu dia keseorangan bersama babynya dan tadinya dia baru balik dari klinik, tak sangka pula hujan akan turun dengan lebatnya. Semasa bercakap² itu barulah aku perasan yang Anisah memakai blouse satin cream yang amat nipis. Oleh kerana tempias dek hujan dan basah, blousenya menjadi transparent dan melekap pada tubuhnya serta menyerlahkan buah dada di sebalik coli half-cupnya. Aku terkedu dan menelan air liur. Menyedari mata aku seolah-olah sedang menelanjangi tubuhnya, Anisah lantas menuju ke dapur sambil berkata dengan manja "Hai cik abang oiii, janganlah tengok orang macam tu, awakkan sedang berpuasa".Tubuhku yang agak sejuk serta merta menjadi panas dek gelodak nafsu yang kurasakan bagai badai yang melanda tiba². Kini aku serahkan diriku kepada nasib…dengan perlahan aku bergerak ke dapur dan kulihat Anisah sedang membancuh kopi sambil membelakangiku. Kulihat tubuh Anisah sungguh menggiurkan dan kejantananku rasa cukup tercabar….aku nekad… Dengan perlahan dan hati yang gementar aku merapatkan tubuhku hampir ke belakang Anisah. Merasakan ada dengusan nafas yang kuat di belakangnya, dengan pantas Anisah memusingkan badannya dan tanpa sengaja melanggariku hingga hampir hilang keseimbangan. Aku pun lantas mendakap tubuhnya dari jatuh. Anisah meronta dalam dakapanku. Aku pun berkata dengan suara tersekat² " Please Anisah, please sayang…please be calm and listen to me…I'm not gonna hurt you. I love you and I'm waiting for this moment since first time we met." Anisah terpampan setelah mendengar kata²ku. Aku merenung tajam ke dalam matanya dan dengan perlahan aku merapatkan bibirku ke bibirnya yang sedikit terbuka tapi kaku….hmmm sweetnya kurasakan. Dan inilah pertama kali aku merasai kemanisan & keghairahan mengucup bibir isteri org. Perhhhh, tu baru bibir…belum kucup pantat dia lagi…hhhesshhhhh Babak Foreplay…Ternyata kucupan pertamaku telah berjaya menghangatkan gelodak nafsu Anisah. Aku dapat merasakan betapa Anisah begitu menginginiku so badly…yelahkan, babynya baru beusia 2½ bulan dan pastinya dia dan suaminya masih berpuasa sepertiku…dan dalam diam² aku tau betapa Anisah juga menyukaiku…sebab kalau nak dibanding ngan suami dia, pastilah aku lebih hensem & lebih uummpphhh..hehehe…Ciuman kami menjadi semakin rakus. Kami saling hisap-menghisap, sedut-menyedut, kulum-mengulum bibir dan lidah masing-masing. Setiap inci ruangan mulutnya lidahku jelajahi. Kami semakin hilang kawalan…sambil berkucupan, tanganku dengan kasar meraba seluruh tubuh hangat Anisah…leher, belakang, dada, pinggang dan pehanya…yang masih berbalut pakaian. Desiran suara kami begitu mengasyikkan… "sseerrrrrrr…uuuhhhhh….ppessssss….hhehhhhhhhh" begitu ghairah menikmati kelazatan beromen antara 2 insan…. Kemudian, aku mengangkat tubuh Anisah ke atas kabinet. Aku memandang wajah layu Anisah dan berkata, " Sayang, may I…?" Anisah mengangguk lemah…lantas aku pun dengan perlahan menyingkap baju Anisah dan seterusnya coli half-cup pinknya…tu dia…terserlah di hadapan ku bukit indah yang sering kuimpikan. Dengan perlahan aku mencium dada Anisah. Ku menikmati setiap aroma yang terbit dari tubuhnya…sungguh memberansangkan. Lidahku menjalari setiap ruangan dada Anisah, memusing-musing di sekitar buah dadanya, sambil kedua tanganku meramas-ramas lembut buah dadanya…memang mengasyikkan…Anisah berusaha menggerakkan buah dadanya supaya putingnya bersentuhan dengan lidahku untuk disedut…hhmmm, akupun tidak menghampakan harapannya dengan menyedut-nyedut putingnya yang agak besar dan tegang itu. Terlentik-lentik badan Anisah menahan keghairahan yang melanda dirinya dek sedutan lidahku. Kemudian, setelah puas bermain disekitar dadanya, lidahku meneruskan penerokaannya ke bahagian perut & pusat Anisah. Di kala ini, tangan aku mula menyingkap skirt hitam labuh yang dipakainya ke atas hingga terserlah pantiesnya yang berwarna pink dan berbunga² lagi…hehe. Sambil lidahku bermain² di sekitar perutnya hingga ke ari-ari, kedua-dua tanganku mengusap rakus peha, lutut dan betis Anisah. Tidak tahan dengan rasa geli yang melanda, Anisah mengepit kedua kakinya ke pinggangku. Maka, batangku yang sememang dah stim gila dalam kurungannya menjadi semakin stim apabile bertembung dengan pantat Anisah yang juga masih dalam kurungannya. Aku merasakan saat yang dinanti telahpun tiba. Aku pun dengan gelojohnya membuka bajuku dan campakkan ke lantai, begitu juga dengan blouse dan coli Anisah. Kemudian, tanpa berlengah aku unhookkan skirt labuh Anisah dan melorotkan ke bawah. Kini hanya tinggal pantiesnya saja…dan aku biarkan buat sementara waktu. Seolah-olah mengerti kehendakku, Anisah membuka butang seluarku dan seterusnya unzipkannya…nah tu diaaaa…pusaka tok gajah ku terus terpantul keluar. Ayat pertama yang keluar dari mulu Anisah ialah " Eh! Abang tak pakai seluar dalam yea?" Aku hanya tersenyum agak malu sikit sebab rahsiaku telahpun terbongkar..hehe… Then, aku kembali mencium mulut Anisah. Tanganku mula tak sabar untuk merasai pantat Anisah, so, tanpa berlengah, akupun meraba-raba pantat Anisah yang masih berbalut itu. Tertanya rabaan dan gosokkan tanganku membuatkan Anisah 'hilang' sebentar. Aku yang semakin ghairah terus menurunkan kepalaku ke celah kelangkang Anisah dan mulutku dengan pantas menggigit manja pantat anisah yang temban itu. Kemudian, aku melurut panties Anisah ke bawah. Puuhhhhh, cantik dan indah betul pantat Anisah ni. Bulunya ditrim halus mungkin sebagai persediaan untuk dirasmikan oleh suaminya kut nanti…hehe…Sebelum aku menjilat pantat Anisah, aku mendekatkan hidungku dan menyedut dalam-dalam….hhuiiyoooo, aromanya sungguh mempersonakan dan menyetimkan….Tanpa berlengah akupun menjilat-jilat pantat Anisah…bermula dari pangkal dubur hingga ke atas…Apabila melalui lurah pantatnya yang masih sempit itu, aku menusukkan lidahku sedalam-dalamnya. Apabila berjumpa dengan kelentitnya, aku sedut semahu-mahunya…Suara Anisah dikala ini tak payah nak citer ler…meraung-raung (tak der lah kuat sangat…secukup rasa) "Abangggggggggggggg….aduiiiiii banggggggggg…issshhhhhhhhhhhhhhh…hahhhhh….hahhhhhh…babbanggg..tolonggg…bang" sambil tangannya meramas-ramas rambutku…sakit juge siut…hehe….tugas jilatku selesai apabila Anisah mencapai klimaks yang pertama…dan dengan suara lemah dan tersekat-sekat berkata " banggg, cukup banggg…cukup…nisah dah tak tahan dah nii…." Aku pun menegakkan badanku sambil membiarkan Anisah memulihkan semangat kembali. Anisah meminta aku menurunkannya ke bawah. Then, Anisah duduk berlutut dan kepalanya betul² mengadap batangku yang sedang mencanak tu. Sambil menggenggam batangku Anisah mendongak kepala memandangku dengan tersenyum…dan sekelip mata kemudian kulihat batangku telah ditelan ke dalam mulutnya….Oohhhhhhhhhhhh…sungguh indah dunia ini kurasakan…Anisah mengulum batangku dengan rakusnya dan sesekali aku terjingkit-jingkit menahan kengiluan apabila batangku terkena gigi Anisah. Setelah hampir 10 minit Anisah mengulum, menjilat, menyedut-nyedut dan menggigit² manja batangku, aku rasa dah tak dapat bertahan lagi…aku merasakan kenikmatan semakin menuju ke puncaknya. Air maniku semakin berkumpul dan kini mula bersiap-sedia untuk melakukan tujahan…dan akhirnya dengan tubuh yang kejang dan suara terketar² macam lembu kene sembelih, aku pancutkan air mani yang pekat ke dalam mulut Anisah…Anisah terperanjat dan terus menarik mulutnya dari batangku sambil mengemam air maniku. Sambil tersenyum malu dan memukul pehaku, Anisah berlari ke sinki untuk membuang dan mencuci saki baki air mani dan mulutnya. Aku memandang Anisah dan bertanya "Laaaaaaaaaaaaaaa…ngapa tak ditelan semuanya…boleh buat awet muda tau" Anisah tersenyum menjeling….."abang ni….teruk laa"Kemudian, aku memeluk Anisah, mencium mulutnya dan berkata, " Thanx sayang…" "Nisah pun sama juga" balasnya. Setelah berpelukan, akupun mendukung Anisah ke bilik tidurnya…untuk meneruskan babak seterusnya…. Babak Pertarungan…Kini hidangan lazat untuk jamahan seterusnya terbentang di depan mata…aku agak gementar kerana inilah pertama kali aku akan bersetubuhan dengan perempuan selain dari isteriku…dah lah tu bini orang pula…aarrgghhhhhhhhhh…kan tadi aku dah tekad… Dengan perlahan aku membaringkan Anisah di katilnya…kemudian aku menghidupkan lampu bilik yang tadinya samar-samar…sememangnya aku suka melakukan seks dalam suasana yang terang…Anisah terlentang sambil memandangku dengan penuh bernafsu tapi masih terasa malu & gementar… Kemudian, aku merangkak naik ke katil dan terus menindih badan Anisah…kami berpelukan erat dan terus berkucupan panjang…nafas kami berdengusan menahan gelora nafsu. Aku tau di saat ini masing² tidak sabar lagi untuk berlayar ke lautan madu…sambil menjilat dan menyonyot buah dada Anisah, aku mula menggesel-gesel batangku yang mula keras itu ke alur pantat Anisah. Anisah mula mendesah-desah sambil menggoyangkan punggungnya melawan geselan nikmat batangku. Pantatnya mula basah kuyup kembali dan semakin tak sabar untuk menelan dan mengemut batangku ke dalam… Aku kini bersedia untuk menusuk senjata keramatku ke dalam pantat Anisah. Anisah dengan relahati mengangkang kedua kakinya untuk memudahkan kemasukan batangku ke dalam pantatnya. Aku menarik nafas dalam dan sambil sebelah tangan memandu batangku, aku menusuk dengan perlahan ke dalam pantat Anisah…aduuuhhhhhhhhh sungguh nikmat kurasakan. Ternyata lubang pantat Anisah masih ketat macam anak dara…cuma selaput daranya saja yang tak de…setelah setelah separuh kemasukan, Anisah sambil berdengus dalam mengangkat punggungnya untuk mempercepatkan kemasukan batang hingga ke pangkal. "Abangggg, sedapnya bang…masuk lagi bang…aduiii bang…nisah nak bangggg" rayu Anisah. Aku pun mula mendayung dengan perlahan-lahan sambil menikmati rasa sensasi yang amat hebat. Begitu juga halnya dengan Anisah. Meraung-raung kecil Anisah menahan serangan demi serangan dariku…setelah hampir 10 minit, Anisah semakin ganas, tangannya menjadi semakin tak tentu arah, sekejap menarik-narik cadar, sekejap merangkul leherku dengan kuat, sekejap mencakar-cakar belakangku…menandakan dia mula hendak mencapai klimaksnya. Sambil mengeleng-geleng kepalanya ke kiri kanan, mulutnya mengomel-ngomel " abang, laju lagi bang, laju lagi bang…sedap bang…sedpanya bang…ohhh godddd..sedapnya…." Aku semakin bersemangat dan melajukan hentakan batangku ke dalam pantat Anisah…hinggalah akhirnya Anisah berdengus panjanggg.."ARRrgggggggggggggggggggggghhhh bangggggggggggggg…. Aarrggggggggggggggg..duiii…aargggghhhh abanggggg…aarrggghhhhh" Ternyata Anisah telah klimaks dan terdampar kelayuan. Aku memberhentikan sebentar hentakanku untuk memberi ruang untuk anisah bernafas. Kemudian aku mulakan kembali hentakan yang lebih bersemangat kerana sebentar lagi aku juga akan merasai sensasi yang sama…Anisah yang telah menikmati kepuasan mula memberikan layanan yang lebih hebat dengan kemutan yang lebih padu. Akhirnya aku tak mampu lagi menahan rasa kenikmatan di batangku…dan "Anisahhhh… I', cumminggggg….aaarrghhhhhhhhhhhhhhhhhhh" akhirnya batangku memancutkan maninya yang hangat ke dalam lubuk rahim Anisah…aku tak peduli samada benihku akan bercambah atau tidak, yang ku ingini ialah rasa sensasi yang hebat apabila batang yang telah menembak akan dikemut-kemut oleh pantat Anisah yang sempit itu…Ku lihat badan Anisah juga kejang di saat aku mencapai klimaks ku…ternyata kami melalui saat² klimaks bersama walaupun untuk kali kedua buat Anisah. Setelah masing² hilang bunyi dengusan ibarat lembu kena sembelih, kami terdampar kepenatan. Aku mengucup dahi Anisah tanda mengucapkan terima kasih. Anisah mengucup pipiku sambil memberikan senyuman manis. Selepas lap kemaluanku dan Anisah, kami terlena dalam pelukan sambil berbogel. Kami terjaga lebih kurang pukul 3.30pagi apabila terdengar suara tangisan baby Anisah kerana terjaga dari tidur. Anisah berkejar ke arah babynya. Setelah babynya terlelap semula, aku mendapatkan Anisah….dan kami bersetubuh sekali lagi….sebelum aku kembali ke apartmentku. Itulah kali pertama dan terakhir aku melakukan seks dengan Anisah kerana sejak hari itu, aku agak rasa bersalah/malu terhadapnya…walaupun aku merasakan Anisah masih mengingini layanan seks dariku. Aku takut jika perbuatan kami akan dapat dihidu oleh jiran atau yang paling teruk oleh suaminya….pasti musnahlah kehidupan rumahtanggaku juga rumahtangganya. Kebetulan seminggu selepas kejadian tersebut, terdapat sebuah rumah teres yang kosong untuk disewa, so dengan cepat aku buat keputusan untuk berpindah ke rumah tersebut walaupun agak mahal tapi yang pasti kejadian aku bersama Anisah pasti tak akan berulang kembali dan yang penting rahsia kami akan tetap tersimpan sekurang-kurangnya di dunia ini, begitulah harapanku……hingga ke saat ini… Sekianlah secebis kisah dariku…RAIDERShttp://www.blogger.com/profile/12674960758995664677noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-4233821845464032072.post-11492092313058388632009-10-12T09:51:00.000+07:002009-10-12T09:52:15.433+07:00Sedikit latar belakang yang mendasari peristiwa ini dapat anda baca di cerita dengan judul “Penemuan Lubang Kenikmatan”Ketika itu rumah memang sedang sepi, hanya Oom Win dan aku saja yang ada di rumah. Kedua orang tuaku sedang berlibur ke Bali dan kakak-kakakku yang sudah berkeluarga sudah pindah ke lain kota. Pembantu-Pembantu pun tidak ada karena memang saat itu hari lebaran.Sambil malas-malasan, aku menonton televisi sendirian karena Oom Win juga belum pulang malam itu, jadi sekalian saja menunggu Oom Win (yang katanya akan membawa temannya malam itu). Sebetulnya aku agak kesal dengan berita itu karena aku berharap Oom Win dapat melakukan kegiatan “rutin” kami yang biasa kami lakukan sejak aku berumur 16 tahun.Bunyi bel di pintu memecah konsentrasiku pada acara televisi, dan aku pun sudah menebak bahwa itu pasti Oom Win beserta temannya yang ada di luar pintu.“Malam, Oom”“Malam Anna, ini kenalkan teman Oom Adeel”Teman Oom Win ternyata adalah seorang keturunan Pakistan-Cina dengan tampang yang notabene diatas rata-rata. Tubuhnya tegap, dadanya bidang dan perawakannya yang lumayan tinggi telah mendapatkan simpatiku.“Anna, Adeel ini jago pijat lho”“Anna kagak capek kok Oom, jadi kagak usah dipijat” sahutku sambil memasang tampang kesal di depan kedua orang itu.“Anna, kamu jangan gitu dong sama teman Oom. Dia sengaja Oom undang malam ini untuk memijatmu karena Adeel bukan pemijat biasa, dia ahli kecantikan”Setelah mendengar kata-kata kecantikan yang ternyata cukup ampuh untuk mengubah pikiranku, aku pun setuju untuk dipijat oleh Adeel.“Adeel, kamu mandi dulu deh setelah itu giliranku”Dan selama Adeel mandi, Oom Win menerangkan kepadaku bahwa Adeel adalah seorang pemijat professional yang dapat mempercantik pasien-pasien nya, dan kepiawaiannya telah banyak terbukti.“Ok deh, Oom. Anna mau dipijat oleh Adeel dengan syarat nanti malam Oom mau melakukan kegiatan “rutin” kita”“Iya, Anna, Oom janji”Setelah selesai mandi, Adeel hanya mengenakan celana training sambil bertelanjang dada.“Adeel, kamu mulai saja pijatnya. Aku mandi dulu,” kata Oom Win.Dengan tampang masih kesal aku pun menuju ke kamar Oom win yang ternyata telah secara diam-diam dipersiapkan untuk pijat malam ini. Kamar itu telah dilengkapi dengan lilin-lilin yang ditata rapi berjajar diseluruh dinding ruangan; tidak lupa juga minyak tradisional untuk keperluan pijat.Lumayan juga selera Oom Win, begitu pikirku. Kami pun masuk dan membiarkan pintu sedikit terbuka karena memang tidak ada orang lain lagi di rumah itu yang akan menganggu kegiatan kami. Adeel merengkuh pinggangku sambil menuntunku ke tempat tidur Oom Win yang cukup lebar.“Anna, saya hanyalah seorang pemijat, dan kalau kamu tidak keberatan, saya akan pijat kamu dalam keadaan bugil”Adeel pun meninggalkan aku memberi aku waktu untuk bersiap-bersiap sementara dia menunggu di luar kamar Oom Win. Dengan perasaan heran tapi demi memenuhi janji Oom Win dan membayangkan bahwa aku akan mendapat kepuasan dari Oom Win malam ini, aku pun cuek saja dan langsung melepaskan semua pakaianku dan mengambil handuk untuk menutupi bagian pinggulku ketika berbaring tengkurap.Karena menunggu Adeel terlalu lama, aku pun tertidur (karena suasana ruangan yang gelap temaram itu juga mendukung kantukku).Setelah Adeel memijatku beberapa lama, tenyata tanpa kusadari Oom win yang setelah selesai mandi hanya mengenakan kimono saja, duduk di kursi sambil melihat Adeel yang sedang memijatku. Ketika aku terbangun, kurasakan lembutnya tangan Adeel memijat-memijat kepalaku dan memang kuakui pijatannya professional sekali. Minyak yang digunakannya juga terasa segar di tubuh dan berbau enak.Adeel mengatur posisi tubuhku yang tengkurap sehingga kedua tanganku direntangkan ke arah samping. Setelah memijat kepalaku, Adeel pun memijat leherku dan beranjak ke tanganku yang dimulai dari ujung-ujung jari. Kemudian tak beberapa lama, konsentrasinya beralih ke bagian samping tubuhku yang memang menantang karena tanganku terentang ke samping. Pertama-Pertama dituangkan nya minyak ke bagian samping bahuku sehingga cairan yang dingin menuruni susuku menuju kea rah putingnya memang membuatku tersentak. Karena licinnya minyak itu, kadang-kadang tangannya mengena pentilku, dan itu membuatku semakin terangsang.Setelah selesai dengan pungguku, Adeel pun beralih ke ujung-ujung jari kakiku, dan pelan-pelan naik ke pahaku. Ketika disingkapkannya handuk yang menutupi bagian pinggulku, aku pun mengalami rangsangan yang terasa sangat erotis, mungkin karena dengan begitu aku bisa memamerkan memekku ke orang yang baru kukenal. Pijitannya di pahaku dilakukannya tanpa menyentuh memekku yang sudah mulai basah itu, dan itu membuatku sedikit kecewa.Tetapi hal yang tak kusangka-kusangka terjadi ketika dia mulai sedikit demi sedikit menuangkan minyak ke belahan pantatku, otomatis aku menggelinjang dan meregangkan selangkanganku. Sebelum aku sempat untuk berpikir lebih jauh, Kedua tangannya yang bertumpuk satu sama lain telah mencakup semua memekku dan memijat-memijat nya. Kedua tangannya masuk lebih dalam untuk memijat perutku sehingga otomatis pergelangan tangannya yang memang penuh minyak itu mengurut-mengurut memekku dan kelentitku. Perasaan yang kurasakan luar biasa karena gerakan itu sekaligus membuat pusarku geli dan memekku seperti diusap-diusap.Pelan namun pasti, Adeel membalikkan badanku, dan langsung saja tangannya menuju ke payudaraku dengan pentil-pentil nya yang sudah mencuat tanda aku memang sudah terangsang hebat. Gerakan tangannya yang berputar-berputar itu ternyata tidak menyentuh pentilku sama sekali, dan itu membuatku semakin memajukan dadaku ke arahnya berharap agar Adeel segera menyentil puncaknya yang sudah tidak dapat menunggu lebih lama lagi untuk disentuh. Adeel pun tersenyum karena aku yakin bahwa dia pun tahu kalau aku ingin pentilku disentuhnya. Tak lama kemudian, harapanku menjadi kenyataan, tetapi bukan dengan jari-jari nya, Adeel meletakkan telapak tangannya yang sudah licin itu tepat diatas kedua pentilku.Dengan gerakan memutar-memutar, Adeel “memijit” pentilku, semakin lama gerakannya semakin cepat dan semakin menekan susuku. Dengan berakhirnya gerakan itu pula aku melepaskan eranganku yang pertama tanda aku mencapai orgasmku yang pertama. Bukannya menghentikannya, Adeel malahan menyentil-menyentil pentilku dengan ujung-ujung jarinya, dan setelah pentilku menjadi keras kembali, Adeel memasang alat perangsang berbentuk lingkaran di kedua pentilku. Ternyata alat itu dapat membuatku terangsang terus-menerus terlebih ketika aku bergerak-bergerak, terasa alat yang seperti cincin itu memberikan kegelian yang sangat di ujung pentilku sehingga kedua puncak itu tetap mencuat keras.Pelan namun pasti, pijatannya beralih kea rah perutku dan Adeel mulai menjilat-menjilat pusarku yang ternyata amat merangsang birahiku. Kembali kurasakan cairan hangat mengalir melalui memekku yang pasti telah berkilat-berkilat karena banyaknya lendir yang keluar. Lama kelamaan, pijatannya turun ke bagian dibawah pusar dengan gerakan memutar, dan gerakan itu menambah banyaknya cairan yang keluar sampai akhirnya aku mencapai orgasme yang kedua. Betapa hebatnya pijatan-pijatan Adeel ini yang ternyata tanpa disetubuhi pun aku bisa mendapatkan orgasme sampe dua kali.Ketika aku belum reda dengan orgasmeku yang kedua kalinya, Adeel membuka selangkanganku lebar-lebar dan merekahkan kedua bibir memekku dengan tangan kirinya. Kemudian dengan telapak tangan kanannya (ke empat jari-jarinya), dia mulai menepuk-menepuk pussyku yang terpampang lebar di depannya. Gerakan-Gerakan itu bermula dengan pelan, dan setiap kali “tamparan” nya mengenai bibirku yang sudah basah itu, aku tersentak-tersentak antara rasa kaget dan erotis.Akhirnya, pukulan-pukulan kecil itu bertambah keras dan cepat seiring dengan aku mendapatkan sensasi yang luar biasa di rondeku yang ketiga. Aku orgasme hebat diselingi erangan-erangan ketika tamparannya mengenai memekku dengan cairan kentalnya yang mengalir deras sampai ke bongkahan pantatku.Kemudian Adeel memasangkan suatu alat yang aneh sekali di pinggangku, berupa sabuk dengan penis buatan yang berukuran sedang dengan permukaannya yang dipenuhi tonjolan-tonjolan yang tidak sama besarnya maupun tingginya. Keseluruhan alat itu berbentuk seperti ikat pinggang dengan celana dalam yang dilengkapi dengan penis mencuat kea rah dalam. Setelah agak reda, Adeel memberiku segelas air putih sambil menunggu sampai aku agak tenang kembali, dan pelan-pelan memasukkan penis itu ke dalam lubang memekku dan memasangkan strap-strapnya ke pinggangku. Adeel juga mengganjal pinggangku dengan tumpukan bantal sehingga penis itu yang telah dilumuri lubricant, dapat dengan mudah masuk ke lubang memekku.Alat yang aneh itu ternyata memiliki remote control yang tidak terhubung dengan kabel sehingga tidak merepotkan pemakainya. Setelah dirasanya cukup siap, Adeel melebarkan kakiku dengan memekku yang telah tertancap penis palsu itu. Kemudian, dia menekan tombol di remote control yang ternyata menyebabkan alat itu bergerak memutar pelan-pelan seakan-seakan menggaruk rahimku. Dan oleh gerakan itu, maka seluruh dinding rahimku kegelian.“Argh, argh, hmph hmph..”“Enak kan, Anna?”“Oh, alat biadab, oh, oh, oh”Di tengah-tengah permainan itu, Adeel menambah getaran-getaran kecil di alat itu sehingga aku merasa melambung dibuatnya. Alat itu ternyata dapat pula mengeluarkan cairan dari bagian ujungnya, sehingga rahimku terasa disemprot-disemprot oleh cairan yang seolah-seolah terasa seperti cairan air mani.“Oh, oh, Adeel, Anna sudah mau keluar”Dan seketika itu Adeel menghentikan alat itu, dan tampak sekali di wajahku rasa kecewa yang amat sangat.“Please Adeel, Anna mau, Anna nggak tahan Adeel, gerak-gerak in lagi Adeel”Bukannya menurutiku, Adeel hanya senyum-senyum sendiri melihatku, dan aku pun tidak tahan akhirnya hanya memegang-memegang kelentitku saja. Tiba-Tiba Adeel mengulurkan tangannya, dan mengajakku untuk berdiri.“Aku akan turuti permintaanmu jika kamu mau melakukan syaratnya”“Please, Adeel apa aja akan aku lakuin”“Kamu harus berjalan-berjalan di luar kamar ini dengan alat itu”“Siapa takut, tapi please Adeel, sudah tanggung tadi”Karena cincin yang masih terpasang di pentil-pentil ku bergoyang-bergoyang setiap kali aku bergerak, maka aku pun mulai terangsang lagi. Kemudian aku pun melangkah keluar kamar dan mulai berjalan-berjalan. Tiba-Tiba kurasakan alat itu kembali beroperasi mengorek-mengorek isi rahimku, kakiku pun menjadi lemas karena sensasi yang kurasakan lebih hebat dengan posisi tubuhku yang berubah-berubah dan kedua kaki ku yang tetap kupaksakan melangkah menambah rangsangan di kelentitku dan memekku.“Adeel, Anna tidak kuat berjalan lagi, oh please” sambil berjalan terseok-terseok aku pun merintih-merintih.“Ayo kamu teruskan atau alat itu kuhentikan”Akhirnya aku hanya dapat menuruti kemauan Adeel untuk terus berjalan-berjalan dengan alat yang semakin dasyat mengorek-mengorek rahimku dengan tonjolan-tonjolan nya itu. Ketika aku mencapai orgasmeku, Aku pun terjatuh lemas di sofa.Kemudian, Adeel menghentikan alat itu tepat ketika aku mencapai orgasmeku dan dengan hati-hati dia membereskan alat itu melepaskan nya dari pinggangku. Aku pun terkulai lemah untuk beberapa saat sebelum Adeel akhirnya membopongku ke dalam kamar Oom Win dan merentangkan kedua pahaku untuk siap dimainkan oleh penis asli milik Oom Win yang sudah berdiri tegak mencuat itu.“Thank you banget, Adeel, aku sangat menikmati permainan ini. Sekarang kamu boleh pulang,” kata Oom Sam sambil memberi Adeel sejumlah uang.“Oom, Anna sudah nggak kuat lagi Oom,” dengan tampangku yang sudah pasrah demi melihat kemaluan Oom Win yang sudah berdiri.“Oom hanya memenuhi janji Oom, Anna”Malam itu, akhirnya aku tertidur kecapaian setelah mendapatkan empat kali orgasme lagi dengan Oom Win dari berbagai posisi. Keesokan harinya, aku terbangun dengan posisiku yang mengangkang lebar menantang. TamatRAIDERShttp://www.blogger.com/profile/12674960758995664677noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-4233821845464032072.post-29727426235439015542009-09-23T10:25:00.001+07:002009-09-23T10:25:33.417+07:00Pada suatu hari ustazah norzalina dan cikgu ali dikunjungi pak dollah. Pak dollah yang berumur 63 tahun adalah ayah mentua kepada ustazah norzalina. Suami isteri ini sangat gembira dengan kedatangan pak dollah. Pak dollah telah bercerai dengan isterinya 6 tahun yang lalu. Cikgu ali dan ustazah norzalina megajar disebuah sekolah yang berhampiran dengan rumahnya. Pasangan ini baru berkahwin 4 bulan. Pada hari terakhir pak dollah dirumah anaknya, terjadilah satu titik hitam. Ianya bermula pada hari cuti pasangan itu. Namun hari tersebut suaminya mempunyai satu kelas tambahan disekolah. Seperti biasa ustazah norzalina menyiapkan sarapan pagi untuk suaminya dan pak dollah. Selepas menghantar suaminya ke muka pintu ustazah sempat berborak dengan pak dollah. Selepas itu ustazah kebilik air membasuh baju. Pak dollah yang kebetulan ketandas terlihat sesuatu. Rupa-rupanya ustazah norzalina terlupa merapatkan pintu, ustazah norzalina yang leka memberus baju tidak menyedari sepasang mata sedang memerhatikannya. Seingat pak dollah, dia tidak pernah melihat keadaan seperti itu kerana menantunya terkenal dengan sifat sopan santun dan sangat menitikberatkan tentang soal penjagaan aurat. Malahan didalam rumah sekalipun menantunya tidak pernah menanggalkan tudung melainkan ketika bersama suaminya sahaja. Kain kemban menantunya yang basah semasa membilas pakaian, membuatkan pak dollah semakin tak tahan. Ustazah norzalina yang merasakan kelibat orang diluar tergamam melihat bapa mentuanya sedang membuka daun pintu. Ustazah norzalina yang ketakutan terus bangun dan berusaha menutup pintu tetapi gagal. Pak dollah terus masuk dan mengunci pintu dari dalam. Ayah buat apa ni?! Tanya ustazah norzalina dengan terketar-ketar. Pak dollah hanya tersenyum sinis sambil matanya meliar kesegenap tubuh menantunya. Pak dollah menanggalkan pakaiannya satu persatu. Kelihatan lah batang pak dollah yang hitam dan besar. Keadaan ini menakutkan lagi ustazah norzalina yang terus merayu supaya dilepaskan. Pak dollah mendekati menantunya, ustazah norzalina yang tidak rela diperlakukan begitu cuba menolak. Keadaan bertukar menjadi bertambah buruk apabila ikatan kain kemban ustazah norzalina telah ditarik pak dollah sehingga terburai ke lantai. Terpampanglah tubuh ustazah norzalina yang hanya dibaluti coli dan seluar dalam. Ustazah norzalina yang pasrah dan malu tubuhnya ditatapi bapa mentuanya, hanya mampu memalingkan tubuh membelakangi pak dollah sambil menangis. Jangan buat saya macam ni!, teriak ustazah norzalina. Pak dollah yang telah lama tidak merasai kehangatan burid terus mendekati tubuh ustazah norzalina dari belakang lalu membuka cakuk colinya. Terlepaslah coli yang menutupi buah dada ustazah norzalina. Tersembul tetek ustazah norzalina yang merah putingnya. Lantas diraba pak dollah dari belakang. Kulit tangan bapa mentuanya yang kasar dapat dirasai ustazah norzalina ketika putingnya digentel serta diusap pak dollah Ustazah norzalina yang tidak berdaya mempertahankan tubuhnya dari pak dollah hanya mampu mengharapkan suaminya lekas pulang. Buah dada bersaiz 36b menantunya dinyonyot sehingga tegang putingnya. Kemudian pak dollah masukkan tangannya kedalam seluar dalam menantunya sambil mengusap-usap kelentit. Kemudian pak dollah menarik seluar dalam menantunya sehingga terkoyak. Ustazah norzalina hanya mampu memejamkan mata kerana tersangat malu diperlakukan begitu. Punggung dan kemaluan menantunya yang tembam dijilat-jilat sehingga ustazah norzalina merengek-rengek menahan kesedapan yang teramat sangat. Pak dollah merebahkan ustazah norzalina, lalu mengangkangkan kakinya sambil menggenggam batangnya lalu ditekan kedalam burid ustazah norzalina. Jangan buat ina macam ni! Ina kan menantu ayah, tepis ustazah norzalina sambil menutup buah dada dan burid dengan tangannya. Ustazah norzalina takut kalau-kalau dia akan mengandungkan anak pak dollah jika batang pak mentuanya berjaya menguasai dirinya. Ustazah norzalina yang telah terlentang telah dipegang kedua belah tangannya secara paksa. Keadaan kaki ustazah norzalina yang terbuka memudahkan batang pak dollah memasuki buridnya. Sedikit demi sedikit batangnya disorong tarik dalam burid ustazah norzalina. Lama kelamaan ustazah norzalina tidak mampu lagi menahan keghairahan yang telah menguasai dirinya lalu orgasme emmmm..urrrghh..aaahhhhhh, meleleh-leleh air buridnya. Pak dollah yang nafsunya masih tidak puas, memaksa ustazah norzalina berdiri dan menonggeng. Tangan pak dollah memegang sisi punggung menantunya lalu menekan batangnya kedalam burid. Punggung ustazah norzalina yang besar dan putih membuatkan pak dollah semakin bernafsu. Sakkkiiitttt ahhh.., jerit ustazah norzalina bila buridnya dikasari dengan tujahan batang pak dollah. Ayakan pak dollah menjadi semakin laju sehingga batangnya merapati kemaluan ustazah norzalina. Wajah ustazah norzalina kelihatan sangat bernafsu ketika didogy-style pak dollah. Ustazah norzalina yang merasakan pak dollah akan mencapai klimaks, telah menjerit ’jangaannn lepaskan didalamm yahh’. Baiklah ina tapi dengan satu syarat, kata pak dollah. Ina kena hisap batang ni sampai keluar air kalau tidak ayah lepas kat dalam rahim ina. Baiklahhh, jawab ustazah norzalina. Pak dollah sebenarnya ingin memperdayakan menantunya itu. Lantas batangnya dihalakan ke mulut ustazah norzalina. Walaupun jijik dimata ustazah norzalina namun terpaksa dilakukannya juga. Kuluman demi kuluman hanya meletihkan ustazah norzalina, malah pak dollah belum menunjukkan tanda-tanda ingin memancutkan air maninya. Pak dollah terus meramas buah dada menantunya itu. Akhirnya ustazah norzalina kepenatan. ‘jangan lepaskan kat dalam’, rayu menantunya. Pak dollah tersenyum sambil menonggengkan kembali tubuh ustazah norzalina lalu menjunamkan batangnya kedalam burid. Lantas membuat ayakan-ayakan yang laju lalu melepaskan air maninya yang berhamburan ke permukaan rahim ustazah norzalina. Akhirnya pak dollah meninggalkan rumah dan terus pulang ke kampung. Ustazah norzalina yang malu telah merahsiakan kejadian itu daripada pengetahuan suaminya. Dua bulan berlalu dan ustazah norzalina disahkan mengandung. Suaminya gembira mendapat berita itu tanpa mengetahui perkara sebenarnya. Selepas 7 bulan melahirkan anak ustazah norzalina hidup bahagia disamping cahaya mata dan suaminya. Sehinggalah pada malam yang malang, suaminya mendapat panggilan telefon daripada pak dollah yang on the way ke rumah mereka. Kebetulan pada malam itu isterinya tidur awal lebih kurang pukul 9. Suaminya yang tak sampai hati mengejutkan isterinya, terus keluar berseorangan menjemput pak dollah distesen bas. Pak dollah bertanya, mana ina? Ina tidur awal malam ni, mungkin letih kot. Semasa sampai dirumah lebih kurang pukul 9.30, cikgu ali mendapat panggilan telefon dari kawan karibnya, yang ingin berjumpa direstoran yang terletak tidak berapa jauh dari rumahnya. Saya nak jumpa kawan. Kejap lagi saya balik, kata cikgu ali. Pak dollah hanya tersenyum. Pak dollah meninjau bilik menantunya dengan berhati-hati. Pak dollah merasa sungguh berahi bila melihat menantunya sedang tidur dengan keadaan kain batiknya terselak sehingga menampakkan betisnya yang putih. Pak dollah menanggalkan pakaiannya dan memadamkan lampu. Pak dollah terus naik keatas katil dalam keadaan telanjang dan memeluk ustazah norzalina yang sedang tidur. Ustazah norzalina yang tersedar merasakan itu adalah suaminya. Pak dollah terus menanggalkan coli ustazah norzalina sambil meramas buah dadanya. Ustazah norzalina merasa sedikit hairan dengan perilaku suaminya yang menghalakan batang kemulutnya, terpaksalah ustazah norzalina mengulum batang suaminya yang dirasakan agak berbeza dari biasa. Selepas itu pak dollah terus menyonyot teteknya kiri dan kanan sampai meleleh susu. Ustazah norzalina merengek kesedapan, ‘abannngg saya dah tak tahan ni..’ pak dollah terus membuka ikatan kain batik menantunya, lalu dijilatnya kemaluan ustazah norzalina tanpa menanggalkan seluar dalam. Ustazah norzalina yang mencapai perasaan berahi yang tidak terperi telah mengalirkan air burid yang agak banyak. Seluar dalam dilurutkan lalu batangnya menjelajahi bibir burid ustazah norzalina.yang telah mengemut tak henti-henti. Ayakan yang berterusan membuatkan ustazah norzalina mengerang kesedapan, ’ahhh ahhh aahhh laju lagi bannggg aahh’ seolah-olah dia sedang berasmara dengan suaminya sendiri. Peluang itu dimanfaatkan pak dollah dengan mendukung ustazah norzalina sambil mengayak buridnya secara berdiri. Ini agak menyakitkan kemaluan ustazah norzalina, sudahlah banggg sakittt, rengeknya. Lalu ustazah norzalina ditonggengkan, ustazah norzalina bertanya, ‘abang tak pernah lakukan persetubuhan dengan cara begini?’ pak dollah tidak menjawab lalu mendogystyle ustazah norzalina dengan agak ganas. Ustazah norzalina yang mencapai tahap orgasme telah mengerang, ‘abangggggggggggg, dah nak keluarrrrrrr niii…uhh..ahhhhh..aaahhh’. Kemudian disusuli dengan lepasan air mani pak dollah yang mencurah ke dalam rahimnya. Mereka terbaring bersama selama 30 minit. Pak dollah yang kembali bernafsu mencium mulut ustazah norzalina sambil mengulum lidahnya. Kelainan yang dirasai ustazah norzalina membuatkan dia mengesyaki sesuatu lalu terus bangun sambil menutup tubuh dengan pakaian dan menyalakan lampu. Alangkah terkejutnya ustazah norzalina bila melihat pak dollah sedang mengurut batangnya yang kembali menegang. Ustazah norzalina menyangka tubuhnya disetubuhi suaminya tetapi yang nyata tubuhnya telah diperkosa bapa mertuanya untuk kali kedua. Pak dollah mengejar dan menarik pakaian ustazah norzalina. Bajunya direntap lalu terkoyak sehingga menyembul buah dadanya. Cikgu ali yang kebetulan baru pulang dari berjumpa kawannya terkejut melihat buah dada isterinya sedang dimamah pak dollah secara paksa. Cikgu ali yang marah terus mencapai senapang gajah, lalu melepaskan tembakan kearah batang pak dollah sehingga berkecai.RAIDERShttp://www.blogger.com/profile/12674960758995664677noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-4233821845464032072.post-85187516305036305432009-09-23T10:21:00.000+07:002009-09-23T10:23:50.084+07:00Tukang KebunPada suatu pagi telefon di bilikku berbunyi, dengan malas aku paksakan diri untuk mengangkatnya. Ternyata telefon itu dari Pak Alang, tukang kebun dan penjaga Rumah Rehat kami. Dia menyuruh aku supaya segera datang ke Rumah Rehat, katanya ada masalah yang harus dibincang di sana. Sebelum sempat aku tanya lebih lanjut hubungan telefon terputus. Hatiku mulai tidak tenang saat itu, apakah masalahnya, apakah kecurian, kebakaran atau apa. Aku juga tidak tahu nak bertanya pada siapa lagi waktu itu kerana kedua orang tuaku berada di luar negara. Aku segera bersiap untuk kesana. Tidak lupa aku ajak sama Rina, sahabatku yang sering pergi bersamaku kesana. Sesampainya di sana, kami disambut oleh Pak Alang, seorang lelaki setengah baya berumur 60-an, rambutnya sudah memutih, namun perawakannya masih sehat dan gagah. Dia adalah penduduk orang asli yang tinggal dekat Rumah Rehat ini. Sudah 4 tahun sejak ayahku membeli Rumah Rehat ini Pak Alang diupah untuk menjaganya.Kami sekeluarga percaya padanya kerana selama ini belum pernah Rumah Rehatku ada masalah. Pak Alang mengajak kami masuk ke dalam dulu. Di ruang tamu sudah menunggu seorang lelaki lain. Pak Alang memperkenalkannya pada kami. Orang ini bernama Pak Abu, berusia 50-an, tubuhnya agak gemuk pendek, dia adalah teman Pak Alang yang juga merupakan seorang penduduk orang asli disitu. Tanpa membuang waktu lagi aku terus bertanya mengenai masalah apa sebenarnya aku disuruh datang. Pak Alang mengeluarkan sebuah bungkusan yang dalamnya berisi foto, dia mengatakan bahawa masalah inilah yang hendak dibincangkan dengan aku. Lalu aku dan Rina melihat foto yang ditunjukkan. Betapa terkejutnya kami bak disambar petir di siang hari, bagaimana tidak, ternyata foto-foto itu adalah foto erotis kami yang diabadikan ketika cuti tahun lalu, ada foto bogelku, foto bogel Rina, dan juga foto persetubuhan kami dengan boy friend masing-masing. “Pak Alang, dapat dari mana barang ini..?” tanyaku dengan tegang. “Hhmm.. begini Cik Ana, waktu itu saya sedang membersih bilik, saya terjumpa filem negatif Cik Ana bersama Cik Rina sedang berasmara, lalu saya bawa untuk dicuci.” jawabnya sambil sedikit tertawa. “Pak Alang sangat kurang ajar, Pak Alang digaji untuk menjaga tempat ini, bukannya mengusik barang saya..!” kataku dengan marah dan menudingnya. Aku sangat menyesal kerana lalai membiarkan negatif itu tertinggal di Rumah Rehat, bahkan aku ingat negatif itu sudah dibawa oleh boy friendku atau boy friend Rina. Wajah Rina juga ketika itu juga nampak resah dan marah. “Wah.. wah.. jangan marah Cik, saya tidak sengaja, Cik sendiri yang lalai kan?” mereka berdua tertawa memandangi kami. “Baik, kalau begitu serahkan negatifnya, dan kamu boleh pergi dari sini.” kataku dengan marah. “OKlah Pak Alang, kami bayar berapapun asal kamu kembalikan negatifnya.” tambah Rina memohon. “Oo.. tidak, kita ini bukan peras ugut, kita cuma minta..” Pak Abu tidak meneruskan perkataannya. “Sudahlah Pak Alang, cakap saja apa yang kamu endak..!” bentak Rina.Perasan aneh mulai menjalari tubuhku disertai peluh dingin membasahi dahiku kerana mereka mengamati tubuh kami dengan tatapan liar. Kemudian Pak Alang mendekatiku membuat degup jantungku makin kencang. Beberapa inci di depanku tangannya bergerak mengenggam tetekku. “Hei.. kurang ajar, jangan keterlaluan ya..!” bentakku sambil menepis tangannya dan menolaknya. “Bangsat.. berani sekali kamu, tak sedar diri hah..? Dasar orang kampung..!” Rina mengherdik dengan marah dan melemparkan foto itu ke arah Pak Alang. “Hehehe.. cuba Cik berdua bayangkan, bagaimana kalau foto-foto itu diterima orangtua, atau teman-teman di kampus Cik? Wah silap-silap Cik berdua ini boleh jadi terkenal.!” kata Pak Abu dan disusul gelak tawa Pak Abu. Aku terpegun sejenak, fikiranku kalut, kurasa Rina pun merasakan hal yang sama denganku. Nampaknya tiada pilihan lain bagi kami selain mengikuti kehendak mereka. Kalau foto-foto itu tersebar bagaimana reputasiku, keluargaku, apalagi Rina yang bekerja sebagai model sambilan, kariernya boleh hangus gara-gara masalah itu. Pak Alang kembali mendekatiku dan meraba bahuku, sementara itu Pak Abu mendekati Rina lalu mengelilinginya, mengamati tubuh Rina. “Bagaimana Cik, apa sudah berubah fikiran..?” tanyanya sambil membelai rambutku yang separas bahu. Kufikir-fikir untuk apa lagi jual mahal, kami pun sudah bukan perawan lagi, hanya kami belum pernah bermain dengan orang-orang yang tegap dan kasar seperti mereka. Akhirnya dengan berat hati aku hanya dapat menganggukkan kepala saja. “Ha.. ha.. ha.. akhirnya boleh juga orang kampung seperti kita merasakan gadis kampus, ada foto model lagi..!” mereka tertawa penuh keghairahan.Aku hanya dapat menyumpah didalam hati, “Bangsat, dasar tua-tua keladi..!” Pak Alang memelukku dan tangannya meramas-ramas tetekku dari luar, lidahnya bermain dengan liar di dalam mulutku. Bibirnya yang hitam lebam menggigit-gigit bibir nipisku yang lembut. Perasaan geli, jijik dan nikmat bercampur aduk dengan berahiku yang mulai timbul. Tangannya kini semakin berani menyusup ke bawah baju ketat lengan panjang yang aku pakai, terus bergerak menyusup ke dalam coliku. Degup jantungku bertambah kencang dan nafasku semakin sesak ketika kurasakan tangan kasarnya mula merayap didadaku, apalagi jari-jarinya turut mempermainkan putingku. Tanpa ku sedari lidahku mulai aktif membalas permainan lidahnya, air liur kami bercantum lalu menitis di pinggir bibir. Nasib Rina tidak jauh beza denganku, Pak Abu mendakapnya dari belakang lalu tangannya mulai meramas tetek Rina dan tangan satunya lagi menaikkan skirt paras lututnya sambil meraba-raba peha Rina yang jinjang dan mulus. Satu-persatu kancing baju Rina dilucutkan sehingga nampaklah colinya yang berwarna merah muda, belahan dadanya, dan perutnya yang rata. Melihat tetek 36B Rina yang membusut itu Pak Abu makin bernafsu, dengan kasar coli itu ditariknya turun maka tersembul tetek Rina yang montok dengan puting kemerahan. “Whuua.. ternyata lebih cantik dari foto” katanya. Pak Abu menghempaskan diri ke sofa, dikangkangnya lebar-lebar kedua belah kaki Rina yg berada di pangkuannya. Tangannya yang kasar mula bergerak ke kelangkangnya, jari-jari besarnya menyelinap ke dalam panties Rina. Wajah Rina menunjukkan rasa pasrah tidak berdaya menolak perlakuan seperti itu, matanya pejam dan mulutnya mengeluarkan desahan. “Eeemhh.. uuhh.. jangan Pak Abu, tolong hentikan.. eemhh..!” Kemudian Pak Abu mengangkat tubuh Rina, mereka menghilangkan diri kedalam bilik meninggalkan kami berdua di ruang tamu. Setelah menaikkan baju dan coliku, kini tangan Pak Alang membuka zip seluar panjangku. Dia merapatkan tubuhku pada tembok. Aku memejamkan mata berusaha menikmati perasaan itu, aku bayangkan yang sedang menikmati tubuhku ini adalah boy friendku, Farid. Si-tua bangka ini ternyata pandai membangkitkan nafsuku. Jilatan lidahnya pada putingku menyebabkan benda itu semakin mengeras.Kemudian kurasakan tangannya mulai menyelinap masuk ke dalam pantiesku, diusap-usapnya permukaan kemaluanku yang ditumbuhi bulu-bulu halus itu. “Sshh.. eemhh..!” aku mulai meracau tidak keruan ketika jari-jari kasarnya memasuki vaginaku dan memainkan klitorisku, sementara itu mulutnya tidak henti-hentinya menghisap tetekku, aku mula merasai nikmat oleh permainannya. “Hehehe.. Cik mulai terangsang ya?” ejeknya dekat telingaku. Tiba-tiba dia menghentikan aktivitinya dan dengan kasar ditolaknya tubuhku hingga terjatuh di sofa. Sambil berjalan mendekat dia menanggalkan pakaiannya satu persatu. Setelah dia membuka seluar dalamnya ternampak olehku kemaluannya yang sudah menegang dari tadi. Gila, ternyata penisnya besar, lebih besar dari boy friendku punya dan dihiasi bulu-bulu yang tebal dan beruban. Kemudian dia menanggalkan seluar dan pantiesku yang tinggal hanya baju lengan panjang dan coliku yang sudah terangkat. Dikangkangnya kedua belah pehaku di depan wajahnya. Tatapan matanya sangat mengerikan ketika melihat mahkotaku, seolah-olah seperti monster lapar yang siap untuk membaham mangsanya. Pak Alang membenamkan mukanya pada kelangkangku, dengan penuh nafsu dia melahap dan menyedut-nyedut vaginaku yang sudah basah itu, lidahnya dengan liar menjilati dinding vagina dan klitorisku. Sesekali dia mengorek-ngorek lubang kemaluan dan anusku. Perlakuannya sungguh membuat diriku serasa terbang, tubuhku menggelinjang-gelinjang diiringi erangan nikmat. Tidak lama kemudian akhirnya kurasakan tubuhku mengejang, aku mencapai orgasme pertamaku.Cairan wanitaku membasahi mulut dan jari-jari Pak Alang. “Sluurrpp… sluurpp.. sshhrrpp..” demikian bunyinya ketika dia menghisap sisa-sisa cairan wanitaku. Disuruhnya aku membersihkan jari-jarinya yang berlumuran cairan itu dengan mengulumnya, maka dengan terpaksa kubersihkan jari-jari kasar itu dengan mulutku. “Cipap Cik Ana sedap sekali,� puji Pak Alang sambil menyeringai. “Sekarang giliran Cik Ana menghisap batang saya pula..!” katanya sambil melepas baju dan coliku yang masih melekat. Sekarang sudah tidak ada apapun yang tinggal di tubuhku selain kalung dan cincin yang kukenakan. Dia menaikkan mukaku lalu menyuapkan batangnya padaku. Tiba-tiba telefon berbunyi memecah suasana. “Angkat telefonnya Cik, ingat saya tahu rahsia Cik, jadi jangan cakap macam-macam,” ancamnya. Telefon itu ternyata dari Farid, boy friendku yang mengetahui aku sedang di Rumah Rehat dari pembantu di rumahku. Dengan alasan yang dibuat-buat aku menjawab pertanyaannya dan mengatakan aku di sini baik-baik saja. Ketika aku sedang bercakap mendadak kurasakan sepasang tangan mendekapiku dari belakang dan dekat telingaku kurasakan dengusan nafas. Tangan itu mulai nakal meraba tetekku dan tangan satunya lagi pelan-pelan menjalar turun menuju kemaluanku, sementara pada leherku terasa ada benda hangat dan basah, ternyata Pak Alang sedang menjilat leherku. Penisnya yang tegang saling berhimpit dengan pantatku.Aku sebenarnya mau memberontak tapi aku takut boy friendku tahu. Aku hanya dapat menggigit bibir dan memejamkan mata, berusaha keras agar tidak mengeluarkan suara-suara aneh.Malang bagiku, Farid mengajakku berbual panjang lebar sehingga membuatku semakin menderita dengan siksaan ini. Sekarang Pak Alang menyusu dariku, tidak henti-hentinya dia mengulum, menggigit dan menghisap putingku sampai kemerahan. Akhirnya setelah 15 minit Farid menutup bualan, saat itu Pak Alang tengah menyusu sambil mengorek-ngorek kemaluanku, aku pun akhirnya dengan lega mengeluarkan erangan yang dari tadi tertahan. “Aahhh, sopanlah sikittt.! Bukankah tadi saya sedang berbual ditelefon…!” marahku sambil melepas pelukkannya. “Ohhh.. maaf Cik, saya kan orang kampung jadi kurang tau sopan santun, eh.. itu tadi boy friend Cik ya? Senang saja, lepas merasa batang saya pasti Cik lupa boy friend Cik..!” ejeknya dan dia kembali memeluk tubuhku. Disuruhnya aku duduk di sofa dan dia berdiri di hadapanku, batangnya diarahkan ke mulutku. Penis coklat kehitaman penuh urat yang besar dan tegang. Berbeza dengan kepunyaan Farid yang sederhana dan tidak berurat. Atas perintahnya ku kocok dan ku urut batang itu, pada awalnya aku hampir muntah mencium batangnya yang agak berbau itu, namun dia menahan kepalaku hingga aku tidak dapat melepaskannya. “Hisap, hisap yang kuat Cik, jangan cuma masukkan ke mulut..!” suruhnya sambil tolak tarik batangnya didalam mulutku. Sayup-sayup aku dapat mendengar erangan Rina dari dalam kamar yang pintunya sedikit terbuka itu. Lama kelamaan aku sudah dapat menikmatinya, tangannya yang bergerak lincah mempermainkan tetekku dan memutar-mutar putingnya membuatku semakin bersemangat mengulum dan menjilati batangnya. “Yaaa.. begitulah Cik, aahhh..!” desahnya sambil menarik rambutku.Selama 15 minit aku menghisapnya dan dia mengakhirinya dengan menarik kepalaku. Setelah itu dibaringkannya tubuhku di sofa, dia lalu membuka lebar-lebar kedua pehaku dan berlutut di antaranya. Aku memejamkan mata sambil menanti detik ketika batangnya menerobos mahkotaku. Rupanya orang asli ini masih sabar. Dibelainya cipapku dengan tangan kasarnya, klitorisku dipicit-picit, bibir cipapku yang telah basah diusap-usap. Aku geli bercampur nikmat. Tidak habis disitu, lidahnya kemudian menjilat klitoris dan bibir vaginaku dengan rakus. Lidah kasar orang asli itu membuat aku terbuai kelazatan. Dalam hati aku terfikir, apakah Pak Alang melakukan hal yang sama kepada isterinya. Akhirnya Pak Alang tak tahan lagi menahan nafsunya. Diacunya kepala penisnya ke muara vaginaku. Ditekannya perlahan dan kepala penisnya meluncur masuk sampai menyentuh rahimku. Aku mengerang setiap kali dia menyodokkan penisnya. Gesekan demi gesekan, sodokan demi sodokan sungguh membuatku ghairah dan semakin menikmati perkosaan ini, aku tidak perduli lagi orang ini sesungguhnya adalah orang asli pembantu yang menjaga Rumah Rehatku. Sambil menyetubuhiku bibirnya tidak henti-hentinya mengerjakan bibir dan tetekku, tangannya pun sentiasa meramas tetek dan pantatku. Erangan panjang keluar dari mulutku ketika mencapai klimaks, sekujur tubuhku mengejang beberapa saat sebelum lemas semula. Peluh bercucuran membasahi tubuhku sehingga kelihatan berkilat. Tanpa memberiku kesempatan berehat dia menaikkan tubuhku ke pangkuannya. Aku hanya pasrah saja menerima perlakuannya. Setelah batangnya memasuki cipapku, aku mulai menggerakkan tubuhku turun naik. Pak Alang menikmati goyanganku sambil menghisap tetekku yang tepat di depan wajahnya, tetekku dikulum dan digigit kecil dalam mulutnya seperti bayi sedang menyusu.Terkadang aku melakukan gerakan memutar sehingga cipapku terasa seperti diadun. Aku terus mempercepat goyanganku kerana merasa sudah hendak terkeluar, makin lama gerakanku makin liar dan eranganku pun makin tidak keruan menahan nikmat yang luar biasa itu. Dan ketika klimaks sampai aku menjerit histeria sambil mempererat pelukanku. Benar-benar dahsyat nikmat yang kuperoleh walaupun bukan dengan lelaki muda dan tampan. Kali ini dia membalikkan badanku hingga menungging. Disetubuhinya aku dari belakang, tangannya bergerak bebas meraba lekuk-lekuk tubuhku. Harus ku akui sungguh hebat lelaki asli yang berumur ini, dapat bertahan begitu lama dan membuatku orgasme berkali-kali, atau mungkin sebelumnya dia sudah minum obat kuat, tongkat ali atau jamu sejenisnya, ah.. aku tidak perduli hal itu, yang penting dia telah memberiku kenikmatan luar biasa. Sudah lebih dari setengah jam dia mengerjakanku. Tidak lama setelah aku mencapai klimaks berikutnya, dia mulai mengeluh panjang, sodokanya makin kencang dan kedua tetekku diramasnya dengan ganas sehingga aku berteriak merasa sakit bercampur nikmat. Setelah itu dia menarik keluar batangnya dan naik ke dadaku. Di sana dia menyepitkan batangnya di celah kedua tetekku, lalu dikocoknya sampai air maninya memancut dengan deras membasahi wajah dan dadaku. Aku sudah kehabisan tenaga, kubiarkan saja air maninya bertaburan di tubuhku, bahkan ada yang mengalir masuk ke mulutku. Sebagai ‘hidangan penutup’, Pak Alang menempelkan penisnya pada bibirku dan menyuruhku membersihkannya. Kujilati penis itu sampai bersih dan kutelan sisa-sisa maninya. Penis yang mengeras mula mengecut dan memendek. Selepas itu dia meninggalkanku terbaring di sofa, selanjutnya aku tidak tahu apa-apa lagi kerana sudah tidak sedarkan diri. Aku terlena puas di sofa…<br />Posted by MyBlogspot at <a class="timestamp-link" title="permanent link" href="http://ceritaberahiku.blogspot.com/2009/02/tukang-kebun.html" rel="bookmark">3:50 AM</a> <a title="Edit Post" href="http://www.blogger.com/post-edit.g?blogID=8359258394840380768&postID=8238277202783293970"></a>RAIDERShttp://www.blogger.com/profile/12674960758995664677noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-4233821845464032072.post-31656334407665435082009-09-23T10:19:00.000+07:002009-09-23T10:21:17.361+07:00Aku adalah seorg yg berkerjaya, berusia 37 tahun mempunyai 3 org anak.Isteriku seorg doctor. Nak katakan kami ni kaya taklah sangat. Cuma mampulahjugak kalau dlm 2…3 kali seminggu tu makan kat restoran 5 bintang. Rumahtanggaaku pulak mmg bahagia kalau ada selisih faham tu biasalah kan. Mana adarumahtangga yg langsung tak ada ribut taufan sekali sekala. Kalau ada yg dakwarumahtangga dia tak pernah ada masalah, itu menipu namanye.Aku ngaku yg aku ni bukanlah seorg suami yg baik ataupun jujur ngan isteriku. Pernah jugaklah aku curang ngan isteri ku. Sememangnye aku punyai nafsu yg ….. (entahlah mungkin pada zaman ni tak pelik lagi kut) Aku lebih teransang padabini org. Kalau diberi pilihan antara biniprg atau anak dara….semestinye akuakan pilih biniorg. Bglah anak dara rupa mcm ratu cantik dunia sekali pun…akuakan tetap pilih biniorg…(biniorg tu mestilah yg oklah…..kalau tak ok sapa ygnak….kan?).Aku tak pernah kenal ngan nurse satu hospital ngan wife aku ni. Selama nikalau umah aku ada buat open house ke…mmg tak pernah pun dia dtg. Nak dijadikancerita, hari tu kereta bini aku ada kat workshop so terpaksalah aku kena ambikdia balik keje. Biasanye kalau aku tunggu wife aku ni selalu jugaklah aku masukdlm hospital tu. Ward gynaecology tu ramai jugaklah aku kenal…tapi nurse ni mmgaku tak pernah tengok. Tengah berbual ngan doktor2 dan nurse2 kat situ….akuterpandang sorang nurse ni. Mmg rupa…badan dia ni buat aku tak senang duduklah.Bernafsu. Tengah sembang2 tu aku pun buat2 senyumlah….ada sorang dr kat situmcm perasan sambil aku borak2 aku duk asyik pandang nurse tu. Tiba2 dr tupanggil nurse tu introduce kat aku. Kami pun salam2lah. Nama dia Zana (namatipu…takan nak bg tau nama betul kut). Lepas salam tu dia pun terus sambungkeje. Wife aku dtg dan kami pun baliklah. Aku Tanya wife aku nurse tu. Wife akukata dia baru join ..sebelum ni dia keje kat hospitalkerajaan. Umur dia 31 tahun anak 1. Rupa dia nak kata lawa sgt tu taklah sedapmata memandanglah katakana. Tapi aku suka body dia….agaknye dlm 36B 30 36. Akuni suka badan cam tu…berisi sikit. Bodi mcm model bukan taste aku. Sampai balikumah pun aku terbayang nurse tu….cara dia berjalan…ermmm mmg mengancamlah.Aku tanam niat camana nak kenal ngan nurse tu. Tapi aku buntu. Bukansenang….dahlah dia tu satu tempat keje ngan bini aku. Aku sebolehnye nak ngelakdr ada affair ngan bini org yg satu tempat keje ngan bini aku ni…..byk masalahakan timbul. Sebelum ni bukan takde yg aku berkenan….pernah dulu aku berkenankat dr sorang tu….lawa mmg lawa…anak mami, rupa mcm Amisha Patel. Sapa yg minatkt filem Hindustan taulah…kan? Tapi aku tak sanggup. Dgn nurse ni lain mcm sgtrasanye….rasa mcm tarikan dia tu kuat sgt….org putih kata ada chemistry. Puasaku fakir camana nak mulakan sampai aku tertidur. Sehinggalah dlm 4…5 hari akupun malas nak fakir sgtlah pasal nurse tu.Satu hari tu aku balik dr ofis dlm pukul 7.30pm. Bila masuk dlm umahterperanjat aku nurse Zana tu ada dlm umah aku. Kalau pembaca semua adalah masatu….mmg akan gelak sakan kat aku. Aku kaku berdiri dlm 2…3 min jugaklah. ….bayangkanlah… bila tengok dia tengah duduk atas sofa kat living room tu. Akutersentak bila wife aku cakap si Zana ni tumpang balik jap sementara tunggusuami dia dtg ambik. Suami dia tu pengurus kilang di keramat. Rumah aku plakkat bukit antarabangsa so tak jauhlah. Barulah aku tau dia dtg umah aku tubersama ngan bini aku. Kami makan mlm bersama. Tapi aku tak byk cakap. Tapi akuasyik duk perhatikan dia jer. Apa yg bini aku borak ngan dia aku tak ambikkisah sgt. Bila dah makan semua dia bangun nak cuci tangan aku duk perhati jebadan dia. Dia pakai track suit ngan sleeveless t shirt.ketat. Mata aku taklepas dr tenung buntut dan dada dia. Sejak dr hari tu dia boleh katakan hari2singgah umah aku dulu sementara tunggu suami dia dtg ambik.Sehinggalah satu hari tu, dlm kul 8 mlm, wife aku dpt call dr hospital adapatient yg terpaksa bersalin cara ceasar…ada complication. So wife aku punpegilah. Tinggallah aku, dia , maid aku dan anak2 aku. Sampai dlm kul 10 lebihanak2 aku naik tidur. Maid plak biasanye kalau takde apa dia berperaplah dlmbilik dia. Dia call suami dia, suami dia kata ada machine breakdown soproduction takleh jalan. So terpaksalah suami dia settlekan dulu masalah tu.Kat living room tu tinggalah aku ngan dia. Macam2 ceritalah kami borak. Sambilborak2 tu …aku ni mcm biasalah mata terpaku kat dada dia….kalau dia bangun jeraku tenung kat punggung dia bulat mcm Jlo. Lama2 aku tak tahan….dah rasa stimsemcm. Aku bangun nak ke dapur nak buat air dia…dia kata takpe dia buatsendiri….wife aku pun selalu cakap ngan dia…kalau rasa nak minum ke makan kerbuat mcm umah sendiri. Dia bangun ke dapur buat air. Aku ikut sekali ke dapurberdiri membelakangkan dia. Dia kata kat aku yg ikiut sekali kedapur tu tak percayakat dia ker. Aku kata takdelah camtu…Cuma kalau dia takjumpa cari gula ke susu ke senang aku tunjukkan… dlm pada tu aku cukupbernafsu. Aku dtg dekat ngan dia dr belakang. Entah macamana setan dah rasukabis dah. Aku betul2 berdiri belakang dia…..aku pegang bahu dia….gosok2…diaterkejut. Aku terus pegang bahu dia…sambil aku cium leher dia. Dia suruh akulepaskan dia kata jangan buat camtu. Aku terus cium leher sambil tangan akugosok2 lengan dia….mulut dia mmg terus berkata jangan….jangan…tapi setakatmulut jerlah….sambil biar je aku cium leher dia. Aku dpt rasa dia dah naikbiji2 kat lengan dia. Aku terus cium leher dia ….tangan aku mulalah pelukdia..sambil pelan2 ramas tetek dia.Dia dah tak tentu arah….aku tau dia stim tapi rasa serba salah. Aku teruskanlagi …ramas2 tetek dia dr belakang…..tiba2 jer terus dia pusing mengadapaku….belum dia cakap apa2 terus aku cium mulut dia…sambil tangan aku rababuntut dia pulak. Dia Cuma biarkan aje tapi aku tau dia dah teransang. Tanganmasuk dalm baju dia…selak bra dia. Putting tetek dia pun dah keras. Akugentel2….sambil terus beromen. Suara dia dah tak tentu arah. Aku tau masa tuaku tak sia sia kan…aku akan masukkan jugak btg aku dlm cipap dia. Sebelum akuterus nikmati seluruh badan dia sambil berdiri. Satu persatu pakaian dia akubukak….dia diam …biarkan aje. Aku terus isap putting dia…sambil tangan merayapkat celah kangkang dia….dia mmg dah stim….air cipap dia pun dah banyak. Aku akupusingkan dia membelakangkan tarik sikit buntut dia yg bulat tu….aku pun kuarkan btg aku masukkan dlm cipap dia kami main doggie sambil berdiri. Masa mainsorong tarik tu…aku suka cara dia mengeluh…mmg buat aku lebihhorny. Hinggalahdlm 30/…40 minit aku climax. Aku berborak ngan dia sambilberbogel kat dapur…borak punya borak….kami pun main lagi…kali ni aku duk ataskerusi makan…dia duk atas aku sambil mengadap….hinggalah dia climax 2 kali.Lepas dlm 1 jam kite org main utk 2nd time tu suami dia pun call nak ambik dia.Sejak dr ari tulah….aku selalu main ngan dia. Kalau susah sgt aku akan checkin kat hotel lepas keje. Pernah jugak main dlm kereta. Hubungan kami masih lagikekal sekarang ni.RAIDERShttp://www.blogger.com/profile/12674960758995664677noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-4233821845464032072.post-37764589641228277172009-09-05T08:38:00.001+07:002009-09-05T08:38:08.111+07:00Cerita saya ini hanyalah fiktif belaka, bila ada kesamaan, itu hanyalah kebetulan. Saya cowok yang masih single. Saya bekerja seruangan dengan seorang cewek cantik. Dia atasan saya, orangnya cantik dan montok menggoda. Dia suka membuat kemaluan saya naik terus, karena memang dia punya hobby melakukan hubungan seks. Dan kebetulan, saya juga punya hobby yang sama, tetapi tidak semaniak dia. Hampir tiap hari dia bermain seks dengan cowok yang disenanginya, bahkan saya sendiri sering diajak bermain dengan dia. Disamping saya senang dan menikmati tubuhnya yang aduhai itu, saya juga tidak berani menolak perintahnya. Pokoknya asal ibu senang. Dan saya dijanjikan naik pangkat, dan tentu saja gaji naik juga dong plus bonus tubuhnya yang montok itu.<br />Dia orangnya cantik, meskipun umurnya jauh di atas umur saya. Karena dia selalu suka memakai rok ’super’ mini warna putih transparan, maka saya tahu kalau dia tiap hari tidak pernah memakai celana dalam. Yang saya heran, ketika dia ada di luar ruang kerja, dia selalu memakai rok biasa bahkan pernah pakai celana. Tetapi ketika ada di ruang kerja kami, dia selalu memakai rok ’super’ mini itu. Jadi kalau ada sesuatu yang dia butuhkan, dia selalu minta tolong saya yang mengurusnya.<br />Meja kerjanya berada persis di depan meja kerja saya, jadi saya bisa melihat apa yang dikerjakannya. Tiap menit dia selalu memancing nafsu saya. Dia sering pura-pura lihat suasana di luar jendela, padahal dia ingin memperlihatkan kemontokan pantatnya yang super montok itu. Lalu dia pura-pura melihat hasil kerja saya sambil mendekati saya, terus dia menundukkan kepalanya, lalu yah terlihat jelaslah payudaranya yang tergantung bebas tanpa halangan dari BH. Dia goyangkan badannya, maka bergoyanglah payudara itu kiri-kanan-kiri. Tapi yang paling parah, dia pura-pura menjatuhkan pena di lantai, terus dia jongkok membelakangi saya. Ketika dia menunduk, roknya tersingkap ke atas, jadi terlihatlah pantatnya yang montok putih dan kemaluannya yang putih kemerahan dengan bulu yang tampak menantang untuk dijamah.<br />Ketika dia sudah mengambil penanya, eh… dijatuhkannya lagi, terus nungging lagi. Lagi-lagi dia goyangkan pantatnya maju-mundur, bawah-atas. Lalu dia merenggangkan kakinya, sehingga kemaluannya yang lezat itu merekah bagai bunga ‘mawar’ dan begitu seterusnya. Hingga saya tidak tahan akan kelakuannya itu. Langsung saja saya mendekatinya, terus saya raba-raba kemaluannya. Dan ternyata, ohhh… dia menikmati sentuhan-sentuhan yang saya berikan.<br />Saat ini saya bekerja dengan lidah saya. Saya jilati sedikit kacangnya dan di “suck” agar basah. Tidak sampai dua menit sudah tampak ada cairan bening di liang senggamanya. Karena kejantanan saya sudah tidak tahan, lalu saya masukkan batang kemaluan saya ke liang kewanitaannya. Dia mendesis, meronta, mengerang nikmat (3M), demikian juga saya. Hangat dan lembab saya rasakan di sekitar kemaluannya yang ranum itu.<br />Lalu saya mulai goyang kiri dan kanan, maju-mundur dan kadang-kadang saya putar. Dia benar-benar hebat dalam merangsang birahi saya. Setelah saya agak pasif dalam gerakan yang saya lakukan karena sudah hampir terasa menuju klimaksnya, dia dengan perkasa menggoyang tubuhnya maju-mundur, kanan-kiri dan berputar dengan garang.Sementara saya semakin berat menahan orgasme, akhirnya, “Bu boleh keluarin di dalam..?” kata saya meminta persetujuannya.“Boleh aja sayang, emang sudah hampir, ya..?” katanya sambil terus menggenjot pantatnya maju-mundur.“Ya, Bu..” kata saya sambil meringis menahan nikmatnya permainan kami.“Kita sama-sama ya, hmmm… ohhh..” desisnya.<br />Dengan sisa tenaga yang ada, saya menggoyangkan lagi tubuh saya sampai terasa enak, karena orgasme saya sudah sampai ke dekat pintu helm “NAZI” saya. Lalu saya peluk dia dari belakang sambil saya remas dadanya.Dan, “Cret… cret… cret cret…” air mani saya muncrat di dalam lubang senggamanya.Dan dia pun merintih, “Ohh yes..!” dan lalu mencengkeram kursi dengan erat serta badannya bergetar dan menegang, rupanya dia klimaks juga.Dengan kemaluan kami yang masih bersatu, saya tetap memeluk dia dari belakang. Dia tersenyum puas, lalu melumat bibir saya. Dia bilang batang kemaluan saya enak sekali dan dia kangen kalau tidak dimasuki kemaluan saya sehari saja.<br />Tidak lama dengan posisi itu, saya kemudian memeluk pinggangnya kuat-kuat dari belakang sambil merintih, “Akhhh… akhhhggg…” dan lalu di dinding kewanitaannya saya berikan rasa hangat karena semprotan sperma saya tadi.Tidak ada tandingan rasa enak yang lain yang dirasakannya saat itu kata dia, tapi dia harus buru-buru merapikan baju dan mencuci kemaluannya. Setelah permainan itu lemas sekali tubuh saya dan tidak bisa kerja lagi. Soalnya sambil berdiri sih. Enak juga lho making love di kantor. Apalagi kalau lembur, jangan dibilang lagi dech, bisa-bisa di meja kerja, di WC, di lift, di lantai atas gedung atau juga di dalam mobilnya juga bisa, rasa takut ketahuan itu selalu ada, tapi kenikmatannya lain dari pada yang lain, pokoknya sensasinya lain.<br />Malamnya saya diajak ke pub. Setelah jam dua belas malam, saya ajak dia pulang. Dia saya tuntun ke mobil, karena dia mulai mabuk akibat terlalu banyak mengkonsumsi minuman dan saya mengantarkan ke apartemennya. Saya bingung, mengapa dia tidak pulang ke rumahnya sendiri, mengapa kesini. Saya mengantar sampai ke dalam kamarnya di lantai 7, saya sempat beristirahat sejenak di sofanya. Dia bangun dan menghampiri saya untuk mengucapkan terima kasih dan selamat malam, tetapi tubuhnya jatuh ke dalam pelukan saya, sehingga nafsu saya untuk meng’anu’nya mulai bangkit.<br />Saya ciumi dari kening, mata, hidung hingga mulut sensualnya. Disambutnya ciuman saya dengan permainan lidahnya yang sudah profesional. Lama kami berciuman dan saya mulai meremas buah dadanya yang agak kenyal, lalu saya buka resleting bajunya. Kemudian saya susupkan tangan saya ke dalam BH-nya untuk meremas buah dadanya lagi dan memainkan putingnya sambil terus berciuman. Satu persatu pakaiannya jatuh ke lantai, BH, CD, tapi kami masih berciuman. Tangan saya tidak tinggal diam, meremas di atas, sesekali memainkan puting dan meraba serta memainkan tangan saya di bagian kemaluannya. Oi.. bulu kemaluannya yang menggoda. Sungguh terlihat sangat lezat waktu itu. Liang senggamanya telah banjir akibat otot kewanitaannya mengeluarkan cairan karena rangsangan dari saya. Tangannya mulai membuka satu persatu pakaian saya sampai kami berdua telanjang bulat.<br />Saya memasukkan jari tengah saya ke dalam lubang kemaluannya, terus jari telunjuk saya memainkan klitorisnya yang mulai menegang, dan dia mulai merebahkan tubuhnya di sofa. Saya ciumi lagi putingnya dan kusodok-sodokkan lagi liang kenikmatannya dengan dua jari. Dia mulai mencari-cari batang keperkasaan saya yang sudah tegang sejak tadi dan mulai menghisap batang kemaluan saya, mulai dari kepala hingga dengan perlahan-lahan mulutnya masuk dan melahap batang kejantanan saya semuanya. Saya tambahkan jari saya satu lagi hingga ada tiga jari yang masuk ke dalam liang senggamanya. Tidak sampai disitu, saya kemudian menambahkan lagi satu jari saya hingga hanya jempol saja yang masih di luar memainkan klitorisnya.<br />Tidak lama saya lepaskan batang rudal saya dari mulutnya dan mulai mengarahkan ke bibir kemaluannya yang banjir. Perlahan-lahan saya dorong batang rudal saya. Bibir bawahnya menggigit bibir atasnya, saya angkat kedua pahanya dan menyandarkan di sandaran sofa untuk kaki yang sebelah kiri, sedang yang kanan kuangkat, dan, “Bless…” masuk sudah kemaluan saya.“Aaahhh… ssshhh…” hanya desisian saja yang dapat saya dengarkan dari mulutnya, kemudian kuayunkan perlahan-lahan.“Ssshhh… ooohhh my god… come on… ssshhh…” kembali dia mendesis kenikmatan, terus kuayunkan hingga kupercepat ayunanku.Akhirnya, “Ssshhh… Buuu… saya mau keluar Buuu… ssshhh…” kata says ditengah nikmatnya permainan tubuh kami.“Keluarin di dalem aja sayang… ohhh aaahhh…” katanya sambil kedua pahanya mulai dijepitkan pada pinggangku dan terus menggoyangkan pantatnya.<br />Tiba-tiba dia menjerit histeris, “Ooohhh… ssshhh… ssshhh… ssshhh…”Ternyata dia sudah keluar, saya terus menggenjot pantat saya semakin cepat dan keras hingga menyentuh ke dasar liang senggamanya.“Ssshhh… aaahhh…” dan, “Aaaggghhh… crettt… crrreettt… ccrreeett…Saya tekan pantat saya hingga batang kejantanan saya menempel ke dasar liang kenikmatannya, dan keluarlah sperma saya ke dalam liang surganya.<br />Saat terakhir air mani saya keluar, saya pun merasa lemas. Walaupun dalam keadaan lemas, tidak saya cabut batang kemaluan saya dari liangnya, melainkan menaikkan lagi kedua pahanya hingga dengan jelas saya dapat melihat bagaimana rudal saya masuk ke dalam sarangnya yang dikelilingi oleh bulu kemaluannya yang menggoda. Saya belai bulu-bulu itu sambil sesekali menyentuh klitorisnya.“Ssshhh… aaahhh…” hanya desisan saja yang menjadi jawaban atas perlakuan saya itu.Saya pun mulai mengayunkan kembali batang kemaluan saya, meskipun terasa agak ngilu saya tetap paksakan.<br />Saya meminta dia berganti posisi menjadi menungging dengan tidak melepaskan batang kejantanan saya dari dalam liang senggamanya. Batang kejantanan saya terasa dipelintir oleh bibir kemaluannya. Terus saya menggerakkan tubuh saya lagi sambil diiringi desahannya.Dia mendorong pantatnya dan, “Aaachhh… lebih cepet Honey… ssshhh…!”Dia sudah keluar lagi, sedangkan saya sendiri masih asyik mengoyang pantat saya sambil meremas buah dadanya yang dari tadi saya biarkan.“Ssshhh… hhhmmm… aaahhh…” desah saya juga, dan, “Creeettt… creeett… creett..!” keluarlah lahar panas itu dari tubuh saya.Saya pun menekan pantat saya dan menarik pinggulnya hingga batang kejantanan saya menyentuh dasar kemaluannya lagi. Setelah itu kami berdua sama-sama lemas.<br />Dia ambil sebatang rokok, dinyalakannya dan dia hisap rokok itu, persis seperti saat dia menghisap batang kejantanan saya. Kami duduk dan sama-sama menikmati permainan tersebut. Sambil dia merokok, kami saling memainkan kemaluan kami masing-masing. Kuangkat tubuhnya ke tempat tidur. Kami tidak membereskan pakaian kami yang masih berserakan di lantai ruang tamu. Saya putar jam bekerja tepat pukul 17:00, soalnya saya mau pulang. Dia mulai mendekatkan wajahnya sambil tangannya merangkul dan tubuhnya yang berkeringat merapat ke tubuh saya. Meskipun udara di rungan sudah dingin, tetapi tubuh kami masih berkeringat akibat permainan tadi.<br />Pada kesempatan lain, saya datang ke rumahnya untuk mengantarkan surat-surat penting. Kebetulan siang itu dia lagi sendiri.“Oh kamu Sayang.., ayo cepet masuk..! Ehhmmm…” katanya sambil menutup pintu.“Iya Bu, saya cuma mau ngantar surat ini.” kata saya.Terus saya minta pamit pulang, tapi, “Aduh kok buru-buru amat sih… Ibu mau minta tolong lagi, boleh khan..?” katanya manja.Lalu, matanya merem melek sambil lidahnya dikeluarkan, saya sudah tahu pasti bahwa dia sudah sangat ingin bersetubuh lagi dengan saya. Pokoknya sudah tidak tahan deh.<br />Langsung saya diajak dia masuk dan duduk di teras. Waktu itu dia memakai baju kulot putih transparan. Terlihat payudaranya yang montok dengan putingnya yang menyembul dari balik bajunya. Saya melihat dia dalam keadaan yang ’super’ nafsu, lalu dia pancing saya untuk making love. Saya sih “A.I.S” saja. Lalu kulot dan CD dilepaskan satu-persatu. Hanya menunggu sebentar, bibir kewanitaannya saya raba-raba, dan kelentitnya saya plintir sampai dia sangat terangsang. Terus baju, celana dan CD saya gantian dia lepaskan. Lalu kami duduk di lantai teras. Dalam posisi duduk santai dengan kaki selonjor, dia hisap batang kemaluan saya sampai saya mendesah-desah, akibatnya batang kejantanan saya menjadi tegang dan keras.<br />Dia kangkangi kakinya, dia pegang batang kejantanan saya yang sudah keras sambil mengarahkan ke liang senggamanya yang sudah basah dan merekah itu. Sungguh pengalaman seks yang indah, karena dia membawa nafsu seks saya hingga sampai pada kenikmatan yang tak terhingga. Terlihat dia jadi lemas dan lelah, tetapi dia berusaha tidak mau berhenti. Dan sepertinya teriakannya tertahan, mungkin dia takut terdengar tetangga. Dia terus naik turun dan saya juga mengimbangi dari bawah, terus sampai akhirnya kami berpelukan erat-erat, karena dia sudah merasa hampir klimaks. Tidak lama dia pun menegang, dan akhirnya kami bersamaan mencapai puncaknya dan keluar. Pokoknya nikmat sekali, dan badan saya juga terasa lemas tak bertenaga, yang ada hanya perasaan tidak mau lepas dari tubuhnya.<br />Tanpa memakai celana dulu, dia pergi ke kamar mandi. Pantatnya yang montok bergoyang kanan-kiri-kanan-kiri. Kadang dia menundukkan tubuhnya sehingga posisinya menungging ke arah saya. Dengan sangat jelas terlihat bibir kemaluannya merekah. Ohhh, saya menjadi tertegun melihat tingkahnya yang begitu memancing birahi saya. Saya sih cuek saja. Yang penting saya bisa dapat keuntungan lebih besar dari situ.RAIDERShttp://www.blogger.com/profile/12674960758995664677noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-4233821845464032072.post-91208816185409540352009-09-05T08:37:00.001+07:002009-09-05T08:37:21.898+07:00Setelah 2 thn keperdian ibu keluarga kami banyak berubah begitu pula aku, memang aku, anak yang tergolong bandel, suka keluar malam dan minum akohol walaupun hanya untuk fun. Kelas tiga pun mulai ku jalani, aku ingin membuat ayah bangga walau pun, ayah sayang ama kaka tari, jadi aku di nomer duakan, aku tau semua tentang ayah, dan kegiatan dia apa yang dia perbuat, umur ayah pun baru 47, apa lagi selama 1 thn ½ belakang ini setelah kepergian ibu. Ayah memeliki istri simpanan yang cukup cantik, di daerah yang cukup jauh dari rumah kami, malam itu kak tari ingin sekolah di luar negri,<br />Tari.. papa ingin bawa istri kedua papa.. apa kamu setuju dan kamu ji..Apa maksud papa (jawab kakak tari)..Iya papa mau bawa ke rumah iniistri papa yang beda umur ama tari hanya 8 tahun itu..Papa.. apa kata yang lain..Kalau kamu ji gimana…Papa itu semua urusan papa.. aku lagi kosen untuk di kelas tiga ini..Kalian marah ama papa..Menurut tari gini.. papa bawa istri papa tapi…Tapi apa tar..Tari mau sekolah di Australia kalau papa sangup, tari menyagupi..Gimana ya tar itu jauh..Menurut papa jauh liat anak tante irma si fany udah mau S2 di sana..Kalau kamu ji.. terserah papa.. aku hanya ingin menjalakan perintah ibu..Apa ji..Aku harus lulus kelas tiga.. itu aja..Gimana pa.. apa aku boleh kuliah disana..Iya terserah kamu deh… asal kamu tinggal ama si fany papa ngak masalah..Oke aku sangup… istri papa tinggal di rumah ini.. tapi setelah aku berangkat.Kamu ngak masalah ji..Masala aku, cuman satu aku mau jual mobil terus beli motor.. gimana pa..Mobil belum 1 tahun udah mau kamu jual..Pa aji ngak sangup perawatan dan kedua menghindari keluar malam..Apa… (papa dan kakak tari terseduk kaget).<br />Selama 2 minggu ka tari mengurus semua persiapan aku semangkin rajin di kamar, dan sibibi pun pamit untuk pulang karena udah merasa tua, namun bibi mencari gantinya dari kampung di sumedang, malam pun papa datang kekamar ku ketika aku sedang memandang potho ibu.., tok tok..ji.. ji.. “iya papa ngak dikunci masuk†kamu knapa kok, “ah ngak papa, Cuma liat photo mami aja kokâ€, ya ji itu hidup, dimana kita harus bisa di tinggal dimana kita harus meninggalkan, “iya si papaâ€, ji kamu serius mau jual mobil, aji ngerti papa, kalau kak tari pergi ke luar negri pasti biaya akan banyak, maka dari itu aji mau mengurai biaya papa untuk sekolah aji, kamu seperti ibu seperti ibumu yang berpikiran selalu bijak, jadi kamu setuju kalau mama baru kamu datang, papa.. aji ngak jadi masalh tapi ingin rasanya aji di rumah sendiri untuk merenung selama 2 hari ini. Aku dan papa semangkin akrab.<br />Kak tari pun berangkat, aku merasakan rumah yang sunyi si bibi pulang untuk menjeput keponakanya yang butuh pekerjaan. 2 malam ku lalui papa pun datang, ji..ji.. makan yuk diluar.. aku mengiyakan. Pa si parmin mana kok papa yang bawa mobil, si parmin papa suruh pulang kalau malam sebab si parmin sekarang udah beli rumah di balik gang sebelah jadi dia bisa sama istrinya yang dari kampong itu,“oh ya bagus dehâ€. Ji nanti kita kerumah mama baru mu ya.. kamu harus bisa menerima, wah pa apa ngak berat. Akhirnya kami menuju rumah tante irda.., eh mas sama siapa.. si aji tuh dalam mobil.., (aku terkeju) gila bini babe mangkin cantik aja, eh siapa tuh anak umur 1 tahun setengah lucu juga, ji.. ji.. sini (sambil melambaikan tanganya), sin turun ngapain di mobil (sapa papa). Aku pun turun dari mobil.<br />Dan kami lama ngobrol di rumah kontakkan tante irda, aku pulang ya, besok baru kita bawa barang mu semua, “tante aji pulang duluâ€,eh aji jangan panggil tante coba panggil mama ya, “ iya aku usahai besok2 (anjir genit banget bini babe)â€, kami pulang dan sesampai dirumah, aku langsung menuju kamar dan membuka inter, ji.. “apa paâ€, udah jam 11 tidur gih, “iya papa†(tak lama papa masuk dan melihat kalau aku sedang cheting), ngapain kamu brosing bokep ya, “ada aja papa ni, chating samabil cari tugasâ€, papa tidur disini ya, lah tumben, kami tidur dan bangun kesiangan karena tak ada orang dirumah, sibibi datang jam 12 siang, malam itu aku mengajak mereka makan malam, si bibi dan keponakanya si ani, den aji tumben ngajak bibi makan di meja ini, “bibi, hanya bibi dan mami yang menguruh aku dari sd sampe dewasa sekarang ini, bibi terharu, “uda bibi ngak usah sedih†si ani hanya terdiam untuk ukuran pembatu si ani cukup bahenol lah dan cantik, “emba ani umurnya berapa…?, oh saya den baru jalan 23 knapa den ai.., biasa kalau dikampung umur segitu udah kimpoi, iya den saya emang sudah kimpoi baru 2 minggu tapi udah ngak lagi, maksud emba ani apa.., suami saya ketangkap karena taksinya nabrak orang hingga tewas, jadi di penjara sampe 5 thn lebih, emang udah berapa lama, udah 9 bulan, oh gitu ya…<br />Den aji, “iya bibi “ apa istri muda bapak datang sekarang, “iya bibi kenapaâ€, den kalau saran bibi gini, aden baik2 aja angap dia orang tua aden ya, “ itu lah bibi, aku sebetulnya belum siap tapi ini jalan hidup biâ€, iya si den bibi ngerti kamu memang terlalu sayang ama ibu kandungmu, tapi jangan di bawa beban kamu inget waktu aden sering pulang malam bibi bukai pint uterus bibi Tanya dari mana kamu bilang, aku abis fun bi, nah bibi sarani gitu aja di bawa fun aja dari pusing, (aku tersenyum) “bibi bisa ingeten masa lalu, aku udah berubah biâ€, selasai semua papa pun datang bersama tante irda, kami pun ngobrol hingga selesai, selama dikamar aku hanya bisa merenung hingga pagi dan tak tidur, pagi menjelang aku melihat matahari pagi dan kulihat dari jendela bibi berkemas ingin pulang, aku lanngsung menuju pintu luar, den bibi pamit, den jaga diri baik bikin papa ama mama bangga ya.., aku hanya bisa meneteskan air mata.. dan melambaikan tangan.<br />tak terasa udah 6 bulan dan bisnis papa maju pesat dan perusaan papa maju kini papa memeliki 5 perusahaan anak cabang dan dan 1 pusat itu di bagi atas nama ku 2 perusaahn dan 1 buat anak tante irda dan kak ka 1, rumah pun semangkin berseri dan aku melihat anak kecil berjalan, tertawa dan menangis,sedih senang ku lalui semua walau pun kadang tante irda sering memakai pakain seksi dan terkadang kalau ngak papa sering memancing dengan sengaja melihatkan pahanya, aku hanya bisa menelan ludah, malam pun tiba, aku makan malam bersam mereka, ji.. apa pa, 3 hari papa harus ke Malaysia terus ke London, kamu mau ikut, ya kalau mau hancur kan masa depan ku ya ngak apa, (tante irda kaget dengar itu, itu hal yang biasa ama papa), aji kok gitu ngomong ama papa (papa tersenyum), ya gimana ngak ngancurin hidup ku 4 bulan lagi ujian ebtanas, masa aku di ajak.., oh.. sory ji.. papa ngak tau, iya papa sekarang orang super sibuk sampe aji minta tanda tanggan aja susah, tu raport udah 6 bulan di laci ngak di liat. Jadi gini ji mungkin papa lama di luar negri bisa ampe 3 bulan atau lebih, tapi mama nanti nyusul, ya paling setelah papa 3 minggu disana, ya udah mas bair aji, mami yang ngawasin selama aku blum berangkat.<br />Singkat cerita, setelah kepergian papa tingkah laku tante irda semangkin aneh, ji.. ji.. “ iya tan.. eh mami..masuk aja â€aku mau ngomong ama kamu ji,(tante menghampir ke meja belajar),â€iya tan.. eh mi..†dan memegang photo mama, mama mu wanita yang cantik, ji kenapa selama 6 bulan ini kamu susah memangil aku mami.., “ ah ngak ahâ€, ji.. aku tau kamu sayang ama mama mu, tapi aku ingin juga dapat kasih sayang dari kalian semua dari ika, papa mu dan terutama kamu, (kulihat buah dada yang besar dan pentil menonjol tanpa BH dan tertutup di balik baju tidur yang terbuat dari sutra) ji.. cob pangil aku mami.. belajar.. panggil aku.. coba latih.. aku mau dengar ji.. ayo.., coba mami gitu.. coba ji.., “iya deh tan..â€, mami.. coba gitu.. aku mau dengar ji…, (sambil memegang pundak ku dan menarik tanganku lalu di letakan di pngulnya), “ma.. mami.., nah gitu sayang, coba lagi.., mami.. aji udah kaya si pia mi..aja.. sih.. belajar ngomong, (sambil menungikan badannya mami mencubit idung ku).., ya belajar biar ngak cangung.., ya sayang.., (konsetarsi ku buyar ketika mami menungikan badan dan kulihat buah dada yang besar putih asli dimata ku), kamu belajar dulu.. eit matanya jangan bandel, mami langsung mencium pipi ku dan memeluk, ya udah.. mami mau tidurin si pia terus mau tidur.., abis belajar terus bobo ya sayang, sambil mencium bibir ku, (aku hanya bisa terdiam seribu bahasa).<br />Mami keluar dan kulihat bentuk papatnya bergoyang-goyang dari baju sutranya, mami mebalikan muka sambil tersenyum, tak lama aku langsung menutup buku dan menuju dapaur untuk minum, kulihat kamar ina lampunya menyala (rasa penasaran pun timbul ) setelah kulihat dari candela ina tidur dengan mengangkang sehingga terlihat paha yang benar2 mulus dan putih. Aku langsung menuju kamar dan memasang computer dan memutar film porno yang pernah aku ambil dari inter, lama2 batang ku berdiri aku memasukan tangan ke dalam celana dan langsung mengocoknya.. hampir 15 mnt rasanya udah terujung aku merasakan air mani mau keluar.. ehhmm..eehh.., tiba mami datang, aji.. ngapin, (aku terkejut, rupanya mami mengitip ku dari pintu, tangan ku masi dalam celana), mami langsung menuju meja computer dan mengambil tisu, aji kaya gitu jorok ah (sambil mengambil tanganku dari dalam celana dan membersikan) liat air peju kamu di tangan belepoptan (mami membuka celana ku), tuh liat batang mu kan jadi jorok, setelah memberishakn mami menganbil mouse untuk mematikan computer namum badanya melintang di badan ku, (sambil berkata), kalau mau bilang nanti bisa mami ajarin(tanganya yang satu masi nempel di batangku), “mi..mi..jangan bilang papa yaâ€, (sambil menarik tubuhku), iya.. ganti dulu nih celananya, “mi celana dalamnyaâ€, udah ngak usaha, “ya udah tidur†sambil mebaringkan badan dan mami tidur di sampingku, aku hanya bisa terdiam dan mami memeluk ku.<br />Kok masi belum tidur, beda rasanya udah 2 tahun ngak pernah di peluk wanita mi, pacar mu ngak pernah meluk, semenjak mama ngak ada aku memutuskannya, aku berniat unutk serius sekolah, iya.. ji itu bagus pasti mama banga ama kamu di surga sana, dan sekarang papa bangga ama kamu sebentar kamu di bicarain kalau ngak kantor, boring ji.., “iya mi gimana lagi ya itu lah papaâ€, ji.. kamu emang blum ngantuk, (mami langsung menurukan tali dasternya), nene dulu ya biar bisa tidur sambil menari pala ku ke tetenya, aku mulai mencium mengisapnya.. aahh..aa..aa..aaa.. aa..aa.. truss..jii.. aahh, lama mami mebuka celana ku, dan aku membuka baju mami, kami telanjang bulat dan mami mulai memaikan batangku hingga berdiri, ji… mami udah siap, mi.. aji ngak bisa dan takut mami hamil, jangan takut, tenang aja kita pake kondom.. mami ajarin kok, mami mngambil kondom, dan memasangnya, dan mami kini diatas tubuh ku, ji… punyamu lebih panjang dari papa mu namun kalau besar memang punya papa, mami mulai memasukan aa…a..ehhmm..eehhmm..eehhmm..eehhmm..eehhm..aahh.. aa… aahh..aaahhh.. aahhmm..hhmmm… aahhmm.. mmmhh.. hh..aaa.. aahh.. aahhmm.. aahh.. giman ji.. aahh.. mami menuntun tangan ku ke buah dadanya… ji raba.. remas buah mami.. iya terus.. teruss… gitu .. aahh.. aahhh…, mi.. ahh.. aahh.. aacchh.. aaahh…Mami mengoyang pantatnya… dan memainkanya.. gimana ji.. enak.. ah.. enak.. mi.. iya sayang enak.. enak mi.. aahh.. aaahh… ,(mencabut batang ku) kita ganti posisi ya.. mami langsung nungging.. eh salah masuk sayang itu lobang pantat, (sambil menutun batang ku masuk vaginanya) iya ji.. terus masukin.. aa.. gitu dorong maju mundur sayang.. aahh.. aaa… aahh.. .. aahh.. eehh.. eehhmm.. hhmm… terus sayang.. mi.. mi.. iya terus.. sayang.. mami mencabut btangku dari vaginanya dan tidur terlentang.. sayang kamu diatas ya.. aku mulai menindihnya.. iya gitu masukin aa..aaahh.. aaahhhh… aaahh… terus masukin lebih dalam aaahhh.. aahh.. aahh… aa…. Aahh.. aahh… aaa… aaahh…mii… aacchh… terus.. sayang mami udah terasa… aduuhh.. mau keluar mii.. mii… cabut cepat… mii.. sini mami kocok.. (sambil membuka kondom tangan dengan cepat mengocok batang ku), aduh mii… aacchhh….crot crot..crot.. air mani muncerat di tete mami dengan begitu kental dan banyak aahh…aahhmm.. mi.. enak.. (aku terbaring di sebelah mami, tangan mami masih sibuk mengoleskan air mani ku di dada dan perutnya), itu baru anak mami.. yang jago.. (mami mencium ku) sayang… kalau ngak papa nanti kalau papa pulang kita main ngumpet ya, tidur kamar mami yuk nanti si pia bangun mami ngak ada, dia nangis lagi, (sambil manarik), aku tidur dikamar mami, kami pun main lagi di bawah tempat tidur, shingga puas, aku tertidur dalam keadaan telanjang bersama mami. Hampir tiap malam aku melakukan dengan istri kedua papa (sampai dalam hatiku papa sory, ini pelajaran yang berhaga buat ku).<br />Sudah tiga hari kepergian mami rumah terasa sepi, walau mami suka telepon siang malam cuman bilang kangen ama batang ku, aku merasa bosan kulihat masih jam 7 lewat, ingin rasanya main ina, apa dia mau, atau mala ngadu ke mami lagi, aku jadi penasaran gimana kalau ku coba dulu, aku langsung menuju kamar ina, kulihat dari kaca ina lagi terlukup sambil baca buku, kulihat pahanya yang agak mengakang dan betih yang diangkat sunguh putih betisnya, ina.. (aku langsung masuk) ngapain, eh aji.. ina lagi isi tts.. susah bener, (aku langsung duduk di bawah dan tetap di hadap mukanya), ji bahasa ingris nya latihan apa sih, traning.. , eh pas bener.. pinter kamu ji,(terlihat buah dada yang putih dari kerah kemeja yang tidak terkacing atasnya), ina.., apa ji.., ina jangan marah ya.., knapa aji kok kaya orang bingung sih.., (aku langsung menyikap rambutnya dan mencium pipinya, eh aji.., (tangan ina langsung memeganng pipiku)ji.. buka ina ngak mau, udah 3 bulan belakang ini ina pengen banget.. tapi ina takut hamil.., nanti kata orang apa, keluarga aji jadi malu, papa dan bu irda jadi benci ama aji.. eh mala di usir, ina segan ama ibu, gimana kalau aji pake kondom ina mau, kan kita bisa aman, kondom eh bener juga ji.. (ina langsung meraih muka dan mencium ku), kami bercium cukup lama, ji.. ada kondomnya, ya kita beli dulu.., iya deh gih sana beli, aku langsung ganti baju dan mengambil kunci motor, dan menuju pintu, aji..aji.. ina ikut.., pakian ina ganti dulu gih, baju ina jelek semua, aku menuntu kekamar, ka tari, dan mencarikan baju yang pas, nih pake celana jeans dan kaosnya, ina langsung membuka satu pesatu kancing bajunya dan kuraba buah dadanya yang berukuran 36B, ji.., eh ya maaf na, aji.. mau.. isep tete ina(sambil membuka BHnya).. isep dulu aja…,(aku langsung mengencotnya)ehmm..ehh.. ehh..eehhmm…eehh.. ehh ehhmm…ehm..ah..ahh..hhmm..hhmm.. ji.. jii.. udah ya.., eh iya na.. (ina langsung memasang kembali BHnya).. dan memakai baju dan jeans ka ina,.. ina kamu seksi.. cantik dengan rabut ombak mu yang terurai.., aji juga tanpan dan manis.., udah yuk nanti ke maleman.. langsung menuju ke supermarket yang cukup jauh agar tidak ada yang tau..<br />Selama di pejalan kurasakan buah dada yang menempel di punggungku mangkin lama mangkin mengeras, hujan pun turun padahal tingal 15 menit lagi sampai di rumah, kami kebahasahan, kulihat ina basah kuyup dan baju yang lepek sehingga buah dadanya telihat membulat dengan jelas, ji.. mandi gih biar ngak sakit…aku mau mandi dulu, ina.. aku langsung menari kekamar mandi ku.. dan menelajangkan ina lalu mencium di bawah shower, batang ku mulai berdiri.. ini memegang batang ku.. dan megocok nya bibir kami masih berperang mencari kepuasan, ina langsung jongkok, ji.. ji.. sabun (langsung dikocok batangku), aahh… aahh.. aahh.. enak ji.. ya na.. aacchh.. aaa… aaaa…(na langsung membasu dengan air) dan mulai mengisapnya.. aaa… aaahhh..aahh… aaahh… aahh..ina.. aa…aa…. Aacchh.. aahh.. uhh.. (ina langsung mengocoknya) crot crot.. air mani berhamburan di muka ina, ji.. lama banget keluarnya, mandi dulu yuk.. ada cukur ngak ina mau cukur jembut ah.. aji juga ya di cukurin.., setelah mandi dan cukur jembut, aku melihat batang yang plotos dan vagina ina yang bersih Dari cermin.<br />Sambil memeluk dari belakang, in.. kamu cantik seperti artis jepang.., ah masa sih (ina menisir rambutnya), ji.. ji.. yuk.. (sambil menarik tanganku), aku mulai menggerai semua tubuhnya hinga bibirnya, dan kembali ke vaginanya, aahh.. auuhh.. uuhh.. uuufff..uuffss.. uuss.. enak ji.. aah.. uuhhhss… uuhhss.. iya ji gitu.. aahh.. uuhh…udah.. ji.. aaahh..uuufffss.., udah aji masukin ina udah ngak tahan.. (sambil memasang kondom), iya.., aa.. aa.. a.. aahh.. aa.. ina punya sempit ya.. ji, iya agak susah, udah 9 bulan aku tidak merasakan ini ji.. aaahh… aa.. (batangku mulai masuk pelan2).. aaah.. lebih dalam ji… terus.. aahh..aaa…aaa… aahh.. ji.. aahh.. sabar na.. iyaa.. terus ji.. aahh… aduuhh.. ji.. aahh… ehhmm.. eehh…. Eehhh.. eehh.. eehh.. terus ji.. aahh.. aaaaaa.. aaa… aahhh.. hhhaa… aauuu.. uuff.. uuff..uuf.. terus ji.. terus.. aahh.. na ganti posisi… ina pun di atas, aahh.. aahh.. terus na.. terus .. aaahh.. aacchhh. Iyaa… naa.. aahh.. (hampir 18 mnt kami main, aku mulai kelimax) aahh…, awas naa.. aji mau keluar.., aku langsung berdiri dan mengocok di depan mukanya, aahh aaccchh. Inaa.. crot crot air mani berhamburan di muka ina.. aahh..aaaaa.. , aku terbaring dan ina mebersikan air mani ku di mukanya dengan handuk, kamu hebat lebih lama mainnya di bandingkan bang udin, makasih ya na, ji.. aku ada pertanyaan.. tapi ini rahasia, apa tuh na.., kamu sering main ya ama bu irda.. ya, sebab aku sering liat tiap malam, bu irna keluar dari kamar mu rambutnya kusut, “ah ngak..â€, ji.. aku wanita.. aku tau.. dimanat hasrat untuk itu pasti ada, benar kan kamu main ama mami tiri mu, jangan takut aku simapan rahasia ini kok, “..iya.. dia yang ajarkan aku.. na..†ketika kamu masuk kamar aku, sebenarnya aku mau langsung bicara tapi aku takut tersinggu, mau ngomong apa na, aku mau bilang ama kamu kalau aku ingin diperlakukan seperti ibu irda.. tp kamu lebih pengertian.., boleh kamu berguru ama mami tiri mu tp kamu praktekin ama aku.. setuju.. ji, iya akan lakukan jika mami ngak ada.. atau rumah sepi.., gimana.., aku setuju. Selam tak ada di rumah aku dan ina sering melakukan dan kalau pulang sekolah.. kalau ina lagi nyuci pun sedang nunging ku masukan tanpa permisi…, dan setiap pagi ina membangukan sekolah sering dengan mengisap batang ku.<br />Telelpon berderingHalo..Aji.. ini mamiEh apa mi malam gini jam 2 kok nelepon ada apa,Besok jam 4 siang mama sampe di Jakarta,Loh ke cepat pulangBosen di apertement mulu..<br />Singkat cerita, Rupanya mami lebih cepat pulang 2 minggu sebelum papa, ketika samapi di rumah mami langsung memeluk dan menciumku, aku langsung mengangkat koper kekamar mami, sayang mami kangen ama kamu, selama mami Cuma di apartemen, oh ya ina mana, kasi nih hadiah buat si ina baju dan suruh si ina gendong si pia, aku menuju kamar ina, kulihat ina baru siap mandi dan masi mengenakan handuk, “ina..†iya ji masuk., nih ada hadiah dari ibu, (aku sambil membisikan) na.. untuk seminggu ini kita stop dulu ya.. pasti aku mencari lubang mu kok tenang aja(sambil ku raba memeknya), iya aji ku sayang aku akan menungu mu (aku mencium bibirnya), ni si pia.. tolong pengang, ji.., “iya na..†, tolang masukan sedikit (sambil mengangkat handuknya, dan aku memasukan batang dan mengoyanya sedikit), jii.., “iya mii.. sebentar, aji kencing duluâ€, ji ini oleh2 buat mu.. “wou it’s coolâ€, yes my dear.., “thks mom..â€, oke sayang.. kok Cuma makasi sih di sun mami mu sayang (aku melumat bibirnya ).. di londong dinggin sekarang cuacanya ji.., wah pasti mami ngakang terus dong..hehhee..â€, maka mami mau bales dengam ama kamu.., “kok bales ke aku.. sih mi..â€, udah.. ah mami mau mandi.. kamu pasti belum, “iya kok tau mamiâ€, (mami langsung membuka bajunya dan baju ku dan menarik ku kekamar mandi), kami mebasuh tubuh kami dan berciuman di bawah shower aku menyabuni tubuh mami dan mami nunging menyabuni betisnya, batang udah mulai tegang dan ku tamparkan dipantat mami, aji.. ah.. , ji kemarin mami main 3 kali ama papa ngak pake kondom, jadi kamu kalau main sekarang ngak usah pake kondom, kalau mami hamil kan paling pikiran papa yang bikin tenang aja, aku langsung mengiyakan, mi.. udah yuk aku kedinginan, aku menghanduki dan menyisirkan mami dari belakang dimeja riasnya, mi.., aji kangen..(sambil merangkul dan meraba tetenya), ji kangen sama mami, (aku menberikan badanya lalu menungikan dan memasukan dari belakang), aaa.. aaa… aaahh.., mi rasa beda lebih hangat terasa sampai dalam hati.. iya sayang.. udah jangan diem lanjukan sayang…aaahhh… iya teruss… sayang.. aahh… aa… aaa… aahhmm.. aahhmm… hhhhmm… hhmmm..eeemm..eehh..(mami meraba buah dadanya) aahh..aahh… aaa… aa.. aaa… teruss.. (kulihat buah dada yang bergoyang sunguh indah) sayang.. aahh.. aaahh… aaa… aaa… ji..tempat tidur yuk.. (mami meniduriku).. aa..aaahh… ji… aaahh… jjii.. aahh.. aduh mii.. enak.. jii.. mami mau keluar… aaa.. … aa… aahh..aaa..aahh hhuu.. uuuss…uuffss… uuss uuuuhh…aji gantian dong.. (mami langsung terlentang) aaa.. iyaa. Gitu ji.. teruss.. masuki.. aaahh…aaa… aaaa… aahh.. aauu.. iya.. teruss.. jii.. eehh…eehhh…aaahhh…jii… aahh.. eehhhmm… eehhmm… aahhhmm.. eehhmm.. jii… teruss.. (aku sambil memcium bibir mami dan ku letakan pada buah dadanya).. eehhmm.. remas sayang.. terus remas sayang… aaaa… mami .. aji mau keluar (mami langsung merangkul ku) dalam aja sayang.. aahh… terus ji lebih cepat.. aaahhh…aahh.. mamii.. aacchh.. aacchh.. crot..crot.. aacchh..aaacchh.. mami.. sih keluar deh.. enakan.. mi.. malam aji mau bobo sini ya.. iya sayang.. udah cabut duluh mami keberetan.. aku melumat bibirnya.. udah sayang ina nanti curiga ah.. iya deh..mi.., mi.. aji mau minta tolong ama mam, apa sayang, kalau aji lagi pengen terus papa ada gimana, iya bener juga, aku cari wanita lain yaa.., maksud mu apa, ya cari pelampiassan.. masa mami main aji Cuma liat doang, jadi gimana ji.., ah mami ada ide si ina aja kamu hajar.., ah serius mi.., ji mami tau pasti selama mami pergi ama papa, kamu udah main ama ina bener kan, eh siapa bilang cuman tiap malam kok, dasar anak mami belajar ama mami peraktek ama ina ya kamu, mami mencium ku, iya sih.., ya udah mami mau tidur kamu lanjut ama ina gih, “bener miâ€, iya sayang mami serius kok, “ love u mi..â€, aku langsung bergegas bangkit dari kasur, eh sayang mami blum di sun.., muah love u mi.., love u to sun, aku langsung menuju ina, ina.. dan langsung mengajak ke kamar ku, dan langsung menusukan batang ku…<br />Aku sering main ama mami mengumpat dari papa, dan kalau mami ngak ada, ina minta, di mana aku pengen tinggal masuRAIDERShttp://www.blogger.com/profile/12674960758995664677noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-4233821845464032072.post-63969935905821228282009-09-05T08:33:00.001+07:002009-09-05T08:33:08.947+07:00Namaku Rian, aku seorang pegawai swasta di bandung. Baru sebulan ini aku pindah kantor, alasannya klasik, soalnya kantor baruku ini memberi gaji yang jauh lebih tinggi dari kantorku yang lama. Sebenernya sih aku agak heran dengan kantor baruku ini, soalnya waktu wawancara dulu gaji yang aku ajukan tidak ditawar sama sekali, langsung setuju ! Emang sih aku agak nyesel kenapa gak nawarin yang lebih tinggi lagi, tapi aku sadar diri, untuk posisi yang aku tempati sekarang aja, gajiku tergolong sangat tinggi.<br />Hari itu hari jumat, setelah makan siang, HPku tiba-tiba berdering. Itu dari Bu Ita, manager keuangan yang dulu menyetujui gaji yang aku ajukan. Mengingat “jasanya” dia ke aku, tentu aja aku sangat menghormati dia.<br />“Halo bu, selamat siang” sapa saya menjawab telpon.<br />“Halo rian..” jawab dia riang sekali.<br />“Ada yang saya bisa saya bantu ?” tanya saya, basa-basi sih.<br />“Ah enggak cuma ngecek kamu aja. Dah makan siang ?” tanyanya ramah.<br />“Oh sudah bu, baru aja” jawabku.<br />“Gimana kerja disini, ada masalah ?” tanya bu ita lagi.<br />“Wah enggak bu, tapi memang saya baru mulai sih, baru membiasakan diri dengan keadaan kerja disini” jawab saya singkat.<br />“Gimana gajinya, dah cukup ?” tanyanya dengan suara menggoda.<br />“He..he..he.. maunya sih tambah lagi bu” jawab saya sambil tertawa.<br />“Hah.. segitu aja udah tinggi kan ?” balas bu ita sedikit kaget.<br />“Iya bu, becanda tadi..” jawabku singkat.<br />“Oh.. kirain.” jawabnya. “Eh rian nanti sore sehabis kantor kamu ada kerjaan gak ?” tanya bu ita.<br />“Enggak kayaknya bu, ada apa emangnya” tanyaku sedikit heran.<br />“Hmm.. ada yang ingin saya bicarakan, agak pribadi sih, makanya saya ingin bicaraiinnya sehabis kantor aja nanti” jawab bu ita.<br />“OK bu, saya gak ada janji untuk sore sampe malem nanti” jawab saya.<br />“OK nanti aku tunggu di kafe xxx nanti sore” kata bu ita.<br />“OK bu” jawab saya.<br />“Ok kalo gitu, oh iya, golongan darah kamu apa ?” tanya bu ita sebelum mengakhiri pembicaraan.<br />“B” jawabku penuh kebingungan.<br />“Perfect ! OK deh aku tunggu nanti sore” kata bu ita lalu menutup telponnnya.<br />Sejenak aku terdiam penuh kebingungan, tapi aku kembali bekerja sebab pekerjaanku lumayan menumpuk.<br />Setelah pulang kerja aku arahkan mobilku ke kafe xxx yang dijanjikan tadi. Dalam perjalanan aku diselimuti kebingan yang amat sangat. Bu Ita… Ada apa manager keuangan kantorku itu mau menemuiku, soal urusan pribadi lagi. Dan yang paling membuatku bingung adalah dia sempat menanyakan golongan darahku, untuk apa ?<br />Sebagai informasi, Bu ita berumur sekitar 34-35 tahun. Masih cukup muda untuk menjadi manager keuangan, tapi memang dia berasal dari keluarga yang berteman dekat dengan pemilik perusahaanku. Ditambah lagi suaminya, pengusaha yang dulu jadi sahabat pak Faisal presdir perusahaanku sewaktu kuliah. Oh iya bu ita sudah bersuami, tapi sayang mereka belum dikaruniai anak. Tapi mungkin karena hal itu bu itu terlihat masih seperti wanita muda. Badannya tinggi semampai, ramping tanpa lemak. Kulitnya kuning langsat dengan rambut lurus sebahu. Matanya berbinar selalu bersemangat dan bibir tipisnya itu selalu menarik perhatiannku. Hanya ada satu kata yang dapat mewakili bu ita… Cantik.<br />Sesampainya di kafe xxx, aku melihat bu ita melambai kearahku dari meja yang agak dipojok. Kafe itu memang agak sepi, pelanggannya biasanya eksekutif muda yang ingin bersantai setelah pulang kerja.<br />“Sore bu, maaf agak terlambat” kataku sambil menyalaminya.<br />“Oh gak pa-pa” kata bu ita sambil mempersilakkan aku duduk.<br />Selanjutnya aku dan bu ita mengobrol basa-basi, bercerita tentang kantor, dari yang penting sampe gosip-gosipnya. He..he..he.. gak guna banget.<br />Setelah beberapa lama akhirnya aku mengajukan pertanyaan. “Oh iya bu, sebenernya ada apa ya mengajak saya bertemu disini” tanyaku memulai.<br />“Oh iya” jawabnya. Mendadak wajahnya sedikit pucat.<br />Beberapa saat ibu ita terdiam. Kemudian mulai berkata “Begini Rian, kamu tau kan kalo aku sudah berkeluarga ?”. Aku menganguk kecil untuk menjawabnya.<br />“Tahun ini adalah tahun ke 10 pernikahanku” lanjutnya. Kemudian dia mengeluarkan sebuah foto dari dalam dompetnya. “Ini foto suamiku waktu sebelum nikah, gimana mirip kamu gak ?”<br />Aku mengambil foto tersebut dan mengamati sebentar. Memang sih ada banyak kemiripan antara orang di foto terebut dengan aku, tapi gantengan aku dong (– ge-er mode on ).<br />“He..he..he.. kayak ngaca” jawabku sambil mengembalikan foto tersebut. Sebenernya aku makin bingung arah pembicaraan bi ita.<br />“Kamu tau kan aku dan suamiku belum dikaruniai anak ?” tanyanya lagi<br />“Iya…” jawabku bingung.<br />“Jadi begini rian, aku dan suamiku sudah mencoba beberapa cara. Tapi belum berhasil. Sedang umurku semakin bertambah, makin sulit untuk bisa punya anak. Memang kami sudah tau masalahnya ada disuamiku dan dia sekarang dalam terapi pengobatan, tapi mungkin suamiku butuh bantuan lain….. dari kamu” kata bu ita.<br />“Bantuan dari saya ? maksudnya bu ?” tanyaku yang sudah dipuncak kebingungan.<br />“Mungkin kamu bisa bantu suamiku untuk membuahi aku” katanya pelan.<br />“Maksudnya saya menyumbang sperma untuk bayi tabung ibu dan suami ibu ?” tanyaku tergagap.<br />“Bukan, aku sudah pernah coba cara itu dan gagal. Sperma suamiku terlalu lemah. Kalau aku ulangi sekarang tentu suamiku curiga. Lagi pula sulit untuk menukar sperma suamiku dengan spermamu nanti” jawab bu ita.<br />“Jadi ?” tanyaku lagi.<br />“Aku pingin kamu meniduri aku, membuahi aku sampai aku hamil” jawabnya singkat.<br />Aku cuma bisa ternganga terhadap permintaan bu ita yang ku anggap sangat gila itu.<br />“Tenang, jangan takut ketahuan. Kamu mirip sekali dengan suamiku, apalagi golongan darah kalian sama, jadi anak yang lahir nanti akan sulit sekali diketahui siapa ayah sebenarnya.” kata bu ita meyakiniku. Akhirnya terjawab kenapa dia tanya golongan darahku tadi. Mungkin alasan bu ita begitu gampang menyetujui waktu aku wawancara dulu salah satunya adalah rencana ini…<br />“Trus bagaimana kita melakukannya ?” tanyaku setelah menenangkan diri.<br />“Kamu ada waktu malem ini ? Kebetulan suamiku lagi keluar kota sampai besok.”tanya bu ita.<br />“Aku available.” jawabku.<br />Kemudian bu ita menelpon kerumahnya, memberitahukan pembantunya dia tidak pulang malam itu sambil memberi alasan. Kemudian dia mengajakku ke hotel xxx. Setelah cek in, kami langsung masuk kamar.<br />Didalam kamar, tidak ada pembicaraan yang berarti. Bu ita langsung ijin untuk mandi, setelah dia selesai, gantian aku yang mandi.<br />Setelah aku keluar dari kamar mandi, aku melihat bu ita yang hanya memakai bathrobe tiduran sambil menonton tv. Aku kemudian duduk di pinggiran tempat tidur.<br />“Bagaimana, kita mulai ?” tanyaku dengan perasaan gugup. Soalnya biasanya aku ML tujuannya cuma untuk senang-senang, bahkan pakai alat kontrasepsi agar pasangan MLku tidak hamil. Kalau ini malah tujuannya pengen hamil.<br />“OK” jawab bu ita kemudian bergeser memberi aku tempat untuk naik ketempat tidur.<br />Aku berbaring disampingnya kemudian berkata “Bu, mungkin tujuan kita supaya ibu bisa hamil, tapi apa bisa kita melakukan persetubuhan ini seperti layaknya orang lain yang mencari kepuasan juga ?”<br />“Gak pa-pa sayang…” jawab bu ita. “Aku rela kok kamu tidurin. Malah sejujurnya kamu tuh bangkitin nafsuku banget. Ngingetin aku diawal-awal pernikahanku” jawab bu ita nakal.<br />Aku kemudian mengecup dahi bu ita, sesuatu yang selalu aku lakukan sebelum meniduri wanita. Bu ita terseyum kecil.<br />Kemudian aku mengecup bibir bu ita. Bibir tipis yang selalu menarik perhatianku itu ternyata nikmat juga. Kemudian aku mulai mencium bibirnya lagi, kali ini lebih lama dan lebih dalam. Sambil mencium bibir mu ita, tanganku mulai bergerilya. Pertama-tama aku elus rambutnya, bu ita membalas dengan sedikit meremas kepalaku. Kemudian tanganku turun untuk mengelus-elus tubuhnya, walaupun masih dari luar bathrobe.<br />Masih sambil berciuman, perlahan aku buka tali bathrobenya. Setelah membuka sebagian bathrobe bagian atasnya, aku langsung mengelus payudaranya, ternya bu ita sudah tidak memakai bra. Awalnya aku hanya mengelus, tapi kemudian berubah menjadi meremas. Payudaranya masih kenyal, walaupun sudah sedikit turun, tapi sangat nikmat untuk diremas.<br />Kemudian aku mulai memilin-milin putingnya. Bu ita merintih pelan, kemudian melepaskan ciuman. Aku kemudian turun sedikit untuk mulai menjilati puting bu ita. Aku muail menjelati puting yang kiri sedang payudara yang kanan aku remas dengan tangan. Kemudian berganti aku menjilati yang kanan sambil meremas payudara yang kiri. Sesekali aku gigit-gigit kecil, tapi sepertinya bu ita tidak terlalu suka, dia lebih menyukai aku menyedot kencang putingnya.<br />Tangan kananku kemudian turun kebawah untuk membuka bathrobe bagian bawahnya hingga tubuhnya terlihat semua. Bathrobe hanya menyangkut di tangannya. Tanganku mulai mengelus pahanya. Perlahan aku buka sedikit pahanya untuk mengeluspaha bagian dalamnya, begitu mulus kulit bagian itu. Tanganku naik keatas menuju selangkangan, ternyata bu ita masih memakai CD. Aku tak mau langsung ke vaginanya hingga tanganku beralih ke pantatnya. Aku meremas pantat yang bulat ini dari dalam CDnya, sebab aku selipkan tanganku ke dalam celananya. Jujur aku adalah penggemar pantat dan pinggul wanita. Apalagi wanita seperti bu ita ini. Pinggulnya ramping tapi pantatnya besar membulat.<br />Perlahan remasan kepantat bu ita aku alihkan ke depan. Di garis vaginanya aku merasa sudah banyak cairan yang keluar dari vaginanya. Kemudian aku mengelus vaginanya mengikuti garis vagina. Perlahan aku tusuk vaginanya dengan jari tengahku. Tubuh Bu ita tersentak, pinggulnya diangkat seperti mengantarkan vaginanya untuk melahap jariku lebih dalam. Jariku aku keluar masukkan perlahan, bu ita merintih semakin keras.<br />Aku turun kebawah, ingin menjilat vaginanya. Tapi Bu Ita menahan tubuhku. “Gak usah rian, aku malu” kata Bu Ita. “Langsung masukin aja sayang, aku dah gak tahan” lanjut bu ita.<br />Aku memposisikan tubuhku diatas bu ita. kemudian aku lebarkan pahanya nsehingga selangkangannya terbuka lebar. Aku arahkan penisku ke vaginanya. Perlahan aku usahpak penisku ke permukaan vaginanya, tapi bu ita memandangku dengan penuh harapan supaya aku cepat memasukkan penisku ke vaginanya.<br />Perlahan aku dorong penisku untuk measuk ke vaginanya. Vaginanya masih seret, mungkin karena belum pernah melahirkan. Aku mulai mengeluar masukkan penisku dari vaginanya, sedangkan bu ita merintih keras setiap penisku menghujam vaginanya. Sesekali aku mencium bibirnya, tapi dia lebih suka merintih sambil memejamkan matanya menikmati setiap gesekan vaginanya dengan penisku. Tangan bu ita mencengkram bahuku, sepertinya dia ingin tubuhh kita bergesekan keras agar payudaranya tergesek oleh dadaku.<br />“Mas terus mas, terus…” rintih bu ita. Sepertinya dia membayangkan suaminya yang menyetubuhinya. Sebenernya aku agak cemburu, tapi aku pikir-pikir lebih baik daripada dia merintih memanggil namaku, nanti dia kebiasaan bisa berabe kalau dia memanggil namaku waktu bersetubuh dengan suaminya.<br />Tiba-tiba tangan bu ita mencengkram pantatku seakan membantu dorongan penisku agar lebih kuat menghujam vaginanya. Pinggulnya pun semakin aktif bergerak kekanan-kekiri sambil kadang berputar. Sungguh beruntung aku bisa menikmati tubuh molek bu ita yang sangat ahli bercinta.<br />Tiba-tiba tangannya menekan keras pantatku kearah vaginanya. Sepertinya dia sudah orgasme. Tubuhnya menegang tidak bergerak. Akupun menghentikan pompaanku ke vaginanya sebab tangannya begitu keras menekan pantatku.<br />Setelah tubuhnya berkurang ketegangannya aku mulai pompaanku perlahan. Cairan orgasmenya membuat vaginanya semakin licin. Memang vaginanya jadi berkurang daya cengkramnya, tapi kelicinannya memberikan sensasi yang berbeda.<br />Aku mengangkat tubuhnya untuk berganti posisi. Tapi bu ita menolak sambil berkata “Rian please, kali ini gaya konvensional aja ya… aku pengen nikmatin… besok-besok ya”. Aku meletakkan tubuh bu ita lagi.<br />Goyangan pinggulnya makin menggila, begerak kekiri dan kekanan, tapi aku paling suka saat berputar. Sungguh hebat goyangan bu ita. Mungkin itu goyangan terbaik dari wanita yang pernah aku tiduri.<br />Tangannya kembali menekan keras pantatku, bu ita sudah sampai di orgasme keduanya. Tubuhnya sangat tegang kali ini, sampai perlu lama untuk kembali normal. Setelah berkurang ketegangannya, aku berkata “Bu apa kita sudahin dulu ? kayaknya ibu sudah lemas sekali.” kataku.<br />“Gak pa-pa rian, aku pengen sperma kamu, terusin aja.” jawab bu ita.<br />Aku mulai memompa lagi vaginanya dengan penisku. Kali ini vaginanya sudah benar-benar basah. Bu ita sudah mengurangi gerakannya, mungkin dia sudah terlalu lemas.<br />Aku konsentrasikan pompaanku ke vaginanya hingga bu ita mulai merespon lagi. Sebenarnya aku sudah dikit lagi ejakulasi saat bu ita tiba-tiba berteriak kencang<br />“Arrrhgh….. rian gila enak banget” jeri bu ita sambil menjepit tubuhku dengan kedua pahanya.<br />“Adu gila rian…. aku dah 3 kali keluar kamu belum keluar juga. Ayo dong rian, aku cari pejantan bukan cari gigolo…” kata bu ita lemah.<br />AKu sebenernya kasian dengan bu ita, tapi aku juga sedikit lagi ejakulasi. Aku goyang perlahan penisku. Kali ini aku benar-benar konsentrasi menggapai orgasmeku. Tak berapa lama aku merasa spermaku sudah sampai diujung penisku.<br />“Bu saya dikit lagi keluar bu.” kataku sambil meniukmati sensasi luar biasa. Bu ita membantu dengan menggoyangkan pinggulnya sambil menahan pantatku agar penisku tidak lepas dari vaginanya.<br />“Agkh….”, crot..crot..crot..crot empat kali spermaku ku siram derask ke liang vaginanya. Bu ita menahan pantatku kuat-kuat agar spermaku masuk kerahimnya dalam-dalam.<br />“Tahan sebentar rian, supaya spermanya masuk semua” kata bu ita sambil menahan pantatku kearah selangkanyannya. Setelah beberapa menit baru bu ita melepaskan cengkramannya. Aku kemudian merebahkan tubuhku disampingnya.<br />Malam itu aku menggagahi bu ita sampai 3 kali. Sama seperti yang pertama, aku tumpahkan seluruh spermaku ke liang vaginanya. Setelah itu persetubuhannku dengan bu ita jadi acara rutin. Minimal 2 kali seminggu aku menyetubuhinya. Aku bahkan dilarang bersetubuh dengan wanita lain, agar spermaku benar-benar 100% masuk ke rahimnya.<br />2 bulan kemudian bu ita positif hamil, tapi sampai saat ini, saat kehamilannya memasukki bulan ke 3, aku masih rutin menyetubuhi bu ita. Sepertinya bu ita tidak bisa menolak kenikmatan digagahi olehku, dan aku tentu aja gak mau kehilangan goyangan dasyat bu ita.RAIDERShttp://www.blogger.com/profile/12674960758995664677noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-4233821845464032072.post-84267560187140613112009-09-05T08:31:00.001+07:002009-09-05T08:31:59.674+07:00Melihat berita di TV tentang pulangnya para TKI dari Malaysia dengan kapal-kapal besar, aku jadi teringat kisahku yang juga terjadi di kapal besar semacam itu. Sekitar lima tahun lalu aku mendapat telegram dari anak perempuanku y ang hendak melahirkan anak pertamanya sebulan lagi. Sudah hampir setahun ia ikut suaminya yang kerja di Irian Jaya dan ia sangat berharap aku dapat menungguinya saat dia melahirkan. Suaminya akan menjemputku dalam waktu 1-2 minggu itu setelah selesai urusan kantornya. Benar saja, dua minggu kemudian menantuku, Bimo, datang. Ia sedang mengurus pekerjaan di Jawa Timur sekitar dua minggu. Setelah selesai, ia menjemputku dan masih sempat menginap selama tiga hari sebelum kapal berangkat dari pelabuhan Tanjung Perak.<br />Hari H pun tiba. Pagi-pagi diantar anak bungsuku kami berangkat ke Tanjung Perak yang jaraknya sekitar dua jam perjalanan dari kota kami. Sejak suamiku meninggal memang aku jadi sering pergi berkunjung ke anak-anak yang tersebar di beberapa kota. Untuk anakku yang di Irian Jaya ini merupakan kunjunganku yang pertama, maklum jaraknya jauh sekali. Menurut menantuku, lama perjalanan laut sampai 3 hari 2 malam.<br />Sampai di pelabuhan Bimo segera mengurus tiket yang sudah dipesannya. Kemudian kami naik ke kapal besar itu. Penumpang kapal yang ribuan jumlahnya membuat para pengantar tidak bisa ikut naik, termasuk anak bungsuku. Baru sekali itu aku naik kapal laut. Sungguh mengejutkan karena penumpangnya ribuan orang dan sebagian hanya duduk di dek atau lorong-lorong kapal. Sebagian lagi menempati bangsal seperti kamar asrama dengan tempat tidur raksasa yang muat ratusan orang. Kuikuti langkah Bimo melewati mereka, bahkan terpaksa melangkahi beberapa orang, hingga sampai di bagian ujung kapal yang merupakan deretan kamar. Hanya sekitar 1 0 kamar, itupun ukurannya Cuma sekitar 3×3 meter. Ini kuketahui setelah Bimo membuka pintu kamar dan kami memasukinya.<br />“Ini kamar kita, bu,†kata Bimo sambil masuk lalu menaruh seluruh bawaan kami. Dengan canggung aku masuk. Yang nampak memenuhi hampir separuh ruangan adalah ranjang kayu yang muat dua orang serta meja kecil pendek. Perlahan aku duduk di ranjang dan menyibak gorden di atasnya. Nampak air laut di kaca bulat dan tebal itu. Iiih ternyata kami berada di bawah permukaan laut.<br />“Maaf, bu, harga tiket kamar di atas mahal sekali, terpaksa saya pilih yang di sini,†ujar Bimo merasakan kegalauanku.<br />“Ah, tak apa-apa Bim, daripada harus tidur di dek kapal,†sahutku.<br />“Sebaiknya kita sekarang mandi dulu saja, bu. Kalau terlambat nanti antrinya lama sekali.â€<br />Benar kata Bimo, sewaktu sampai di deretan kamar mandi (ada 6) sudah ada antrian sekitar 2-3 orang di setiap kamar mandi. Mandi pun harus buru-buru dan biar praktis aku langsung pakai daster saja.<br />Sekitar jam 2 siang kapal mulai bergerak. Setelah puas melihat-lihat suasana kapal yang dijejali ribuan orang, persis seperti pengungsi, akupun kembali ke kamar. Bimo masuk ke kamar sambil membawa beberapa makanan dan minuman. Sekitar jam 5 sore terdengar bel dibunyikan oleh awak kapal.<br />“Itu pertanda kita harus antri makan malam, bu,†jelas Bimo. Dan sekali lagi kami harus berbaris antri mengambil nasi dengan lauk sayur dan sedikit ikan laut. Nampan, piring dan sendok aluminium yang kami pakai mengingatkanku akan para napi di penjara. Ternyata beginilah pelayanan kapal laut kita. Selewat jam 7 malam makanan tidak disediakan lagi. Membayangkan bagaimana ribuan nampan, piring dan sendok itu dicuci dengan air yang sangat terbatas aku jadi sulit menelan makanan yang sudah di mulut.<br />Bimo mengembalikan peralatan makan sementara aku ke kamar mandi untuk cuci dan pipis. Cape sekali hari itu dan aku perlu segera tidur malam itu. Kapal yang bergoyang-goyang karena ombak besar membuat kepalaku pening.<br />“Silahkan ibu tidur dulu. Saya masih perlu menyiapkan laporan untuk kantor,†kata Bimo sambil membuka berkas-berkasnya di meja kecil sambil duduk di lantai kapal yang berkarpet. Aku pun naik ke ranjang mengambil posisi mepet ke dinding kapal. Sekilas terlintas di benakku, “Aku, janda usia 45 tahun, tidur seranjang dengan menantuku?†Tapi segera kutepis mengingat ini dalam keadaan terpaksa dan sopan santun Bimo selama ini. Untuk menyuruhnya tidur di lantai kapal aku tak tega.<br />Entah berapa lama terlelap, aku terbangun karena merasa ada sesuatu yang memelukku. Saat kubuka mata, kamar gelap sekali, sementara posisi tubuhku sudah telentang. Segera aku menduga Bimo mau berbuat yang tidak senonoh padaku dan aku siap berontak. Tapi beberapa saat kurasakan tidak ada gerakan dari tubuhnya dan malah terdengar dengkur halusnya. Ternyata Bimo tertidur.<br />Bagaimana ini? Apa aku harus menyingkirkan tangannya dari atas perut dan dadaku (yang tak berbeha seperti kebiasaanku kalau tidur) serta kakinya yang menindih paha kananku? Aku tak tega membangunkannya dan jadi serba salah dengan posisi yang demikian itu. Aku tak bisa menyalahkannya karena ia tertidur dan ranjang kami termasuk berukuran pas-pasan untuk dua orang. Akhirnya aku pilih diam saja dan bertahan pada posisi itu meski dari gesekan kulit akhirnya kuketahui kalau Bimo saat itu bertelanjang dada. Dan persentuhan paha kami juga menandakan bahwa Bimo tidak memakai celana panjang. Mungkin dia hanya memakai celana pendek atau justru celana dalam saja, pikirku. Aku dag -dig-dug membayangkan dia tidur telanjang.<br />Kupejamkan mata dan berusaha tidur lagi sambil berharap Bimo melepas pelukannya sehingga aku bisa berguling ke dinding kapal memunggunginya. Namun sampai terkantuk-kantuk harapanku tak terkabul. Sampai aku terlelap lagi tangan dan tubuh kekar Bimo masih menelangkupi dadaku dan pahanya menindih pahaku. Mungkin ia tengah membayangkan tidur dengan istrinya, pikirku. Aku semakin bisa memaklumi dan tidak begitu peduli lagi dengan posisi tidur kami.<br />Beberapa lama kemudian, aku menggeliat dan terbangun lagi. Kini tubuh kekar Bimo ternyata sudah ada di atasku, menindihku. Bahkan terasa pahaku dikangkangkannya sehingga celana dalamnya tepat di atas celana dalamku karena dasterku sudah tertarik ke atas. Tonjolan penisnya yang tegang terasa sekali. Remasan tangannya di payudaraku, meski masih tertutup daster, membuatku meronta.<br />“Bimo! Apa-apaan ini? Aku ibu mertuamu, Bim!†Ucapku setengah berteriak takut terdengar kamar sebelah sambil tanganku menolakkan dada telanjangnya.<br />“Ugh, maaf bu, kukira tadi aku tidur dengan istriku. Sudah hampir sebulan aku puasa, bu?â€<br />“Iya, tapi jangan dilampiaskan ke aku dong,†kataku jengkel sambil menepis tangannya yang nakal. Sementara selangkanganku tak berkutik terpaksa menerima dan merasakan tekanan penisnya yang terbalut celana dalam.<br />“Ak.. aku cuma ingin memeluk-meluk saja kok, bu. Tidak sampai itu?†jawabnya polos.<br />“Aku kuatir kamu lupa diri†lalu memperkosaku?†belaku sambil berusaha menyingkirkan pahanya tapi tenagaku tak cukup kuat.<br />“Sumpah, bu. Aku cuma ingin memeluk-meluk saja dan tidak bakalan memperkosa. Kalau aku mau pasti dari tadi celana dalamku dan ibu sudah kulepas?†balasnya.<br />Aku berhenti berontak sambil memikirkan kata-katanya. Benarkah ini terjadi hanya karena dia sedang bernafsu setelah sebulan tidak ketemu istrinya.Egh.. ugh, kini bukan hanya remasan, tapi malah gigitan kecil yang terasa di putting kananku yang masih tertutup daster. Puting kiriku terasa dipelintir kecil. Greeeng, kurasakan nikmat sesaat. Sudah lama aku tak merasakan kenikmatan ini. Ada keinginan untuk berontak namun ada juga dorongan untuk menikmati kemesraan ini.<br />“Benar ya, Bim. Janji, tidak boleh copot celana dalam?†tantangku.<br />“Iya, bu, aku janji tidak akan mencopot celana dalam kita?â€<br />Hshhh…. hsshh…. perlahan aku semakin menikmati cumbuannya. Rasanya ingin mengulang kenikmatan saat suamiku masih ada. Meski agak canggung, pelan-pelan tanganku malah memeluk punggung Bimo yang menaikkan posisinya hingga kepala kami sejajar. Ia mulai mengecup-ngecup wajahku. Aku berusaha melengos tapi tangannya sudah memegang kedua pipiku dan bibirnya mendarat di bibirku. Ufh… bibirku disedotnya, lidahnya memasuki mulutku. Mula-mula aku pasif, tapi lama-lama ikut aktif juga bersilat lidah. Kami saling sedot dan isep lidah dan bibir.<br />“Bu, dasternya dilepas saja ya,†mendadak Bimo berkata setelah kami lelah berciuman.<br />“Ingat janjimu, Bim..†kataku.<br />“Aku kan janji tidak melepas celana dalam kan, bu?†jawabnya sambil perlahan tangannya menari k dasterku ke atas. Entah kenapa aku tak mampu menolak dan hanya pasrah ketika daster itu dilempar entah kemana, dan kami tinggal berbalut cd. Yang kulakukan kemudian hanya memejamkan mata ketika tubuh kekar itu memelukiku, menghisapi susuku kiri kanan dan menekan-nekan selangkanganku, menjilati sekujur tubuh. Aku menggelinjang kenikmatan sambil mempererat pelukanku di punggungnya. Oooh… aku malah terlena. Tubuh kami basah mandi keringat.<br />Pantatku mendadak terangkat ketika salah stau jari Bimo mengelus bibir vaginaku yang masih tertutup cd.<br />“Bim, jangan?â€<br />“Aku hanya mengelus dari luar kok, bu?â€<br />“Nanti aku jadi terangsang, Bim?â€<br />“Nggak apa-apa kan, bu. Saat ini kita saling memuaskan saja deh, bu. Aku akan bikin ibu orgasme tanpa membuka cd ibu?â€<br />Benar saja, sejurus kemudian sensasi hebat kurasakan ketika gesekan dan pijatan jemari Bimo di bawah perutku semakin liar. Aku segera merasa ada sesuatu yang mengalir keluar dari vaginaku.<br />“Ibu sudah basah ya?†Tanya Bimo nakal. Aku jadi malu dan pilih diam saja sambil terus menikmati rabaan gila itu. Ya, aku memang sudah hampir orgasme dan Bimo tahu itu. Serta merta ia memutar posisi tubuhnya hingga mulutnya dapat menjilati cd di bagian selangkanganku. Kakiku dinaikkannya dan tubuhku agak diseret turun, sementara bagian cd-nya tepat di depan wajahku.<br />Uh… uh… sambil memegang kedua pahaku Bimo memainkan lidahnya sedemikian hebat. Menjilati paha, perut lalu semakin turun hingga tepat di bibir vaginaku. Ia tak canggung menggigit-gigit cd ku dan menekannya dengan lidah sehingga masuk.. Aku semakin basah. Banjir. “Ooh… Bim… Bim..†Aku mulai mengejan berkejat-kejat, menumpahkan semuanya sampai merembesi cd dan Bimo menghisapinya kuat.<br />Tangan kananku dipegang Bimo dan ditaruhnya di gelembung cd-nya yang berisi penis tegang itu. Tanganku diremas-remaskannya di benda tumpul lunak-keras yang panjangnya sekitar 20 cm itu. Aku yang semula canggung jadi makin terbiasa, malah akhirnya terbawa nafsu untuk menciuminya meski dari luar cd. Bimo mendesis ketika barangnya kujilat dan kukocok-kocok dari luar.<br />“Ak… aku mau keluar juga, bu?†erangnya ketika tanganku bergerak lebih kuat dan sekejap kemudian kurasakan penisnya menekan kuat bergetar-getar memuncratkan isinya di dalam cd. Barang itu terus kuperas habis sampai akhirnya melemas dan tubuh Bimo menggelosoh kecapaian dan dagunya diletakkan di vaginaku. Satu sama! Dia ejakulasi sekali, aku juga orgasme sekali.<br />“Cape ya, bu?†tanyanya sambil memelukku. Dengan manja aku menyorongkan kepala ke dadanya yang berbulu. Tangannya segera meremas susuku lagi.<br />“Sudah dulu, Bim?†bisikku sambil menghentikan remasannya.<br />“Berarti nanti lagi ya, bu?†Aku tak menjawab dan cuma memberinya remasan kecil dipenisnya yang telah mengecil. Oh, nikmatnya seks….<br />“Ini jam berapa, Bim?â€<br />“Paling masih sekitar jam 12 malam, bu. Masih dua hari lagi kita sampai. Aku akan puasi ibu selama dua hari ini. Kita tidak perlu keluar kamar?â€<br />Gila, pikirku! Selama 2 hari 2 malam main seks dengan Bimo? Apa aku bisa tahan untuk tidak melepas celana dalam? Mungkin aku masih tahan, tapi Bimo? Namanya juga laki-laki, kalau nafsunya naik pasti main paksa. Bagaimana kalau aku jadi hamil? Sudah lama aku tak minum pil KB lagi. Aku merinding manakala membayangkan dihamili Bimo. Tapi aku tak mau lepas juga dari pelukannya. Tak peduli tubuh kami bersimbah keringat dan seprei ranjang acak-acakan.<br />Malam pertama itu kami ulangi tiga kali lagi pergumulan nikmat itu. Beruntung malam itu kami masih kuat bertahan tak lepas cd, meski cd yang kami pakai sudah kuyup terkena air mani berkali-kali. Kami tak dengar lagi bel makan pagi karena saat itu masih terlelap. Bangun sekitar jam 10 siang kudapati tubuh kami masih berpelukan. Susuku yang berbeha nomor 36 menempel lekat di dadanya. Cahaya remang-remang dari jendela kaca membuat wajahku memanas, malu. Kalau semalam kami tak saling melihat wajah karena gelap aku masih bisa menahan malu, maka siang ini kami harus bertatap muka. Kuperhatikan Bimo yang terpejam. Gila! Tubuhnya benar-benar seperti Bima dalam pewayangan. Besar, kekar agak hitam dengan rambut di dadanya. Dadaku berdesir setiap kali rambut itu menerpa putingku. Perlahan kulepaskan diriku dari pelukannya dan dia kudorong sampai telentang. Tonjolan di balik cd-nya dan helai-helai rambut yang mencuat dari cd itu menjanjikan suatu kenikmatan yang… ah, mestinya tak boleh kubayangkan. Dan beruntung memang semalam aku belum merasakannya kecuali dari luar cd. Aku tak bisa membayangkan barang itu menusukku. Perlahan aku menuruni ranjang.<br />“Mau kemana, bu?†Mendadak Bimo terbangun dan menarik tubuhku kembali dalam pelukannya.<br />“Mau mandi, Bim,†jawabku.<br />“Nanti sajalah, bu, agak sore saja. Hari ini aku mau kita di ranjang ini saja. Kalau ibu lapar bisa makan roti yang sudah kubeli.†Aku tak berdaya ketika Bimo menggulingkan tubuhku kembali ke ranjang. Menelentangkanku lalu memanjat dan menunggangikuku lagi. Ufhh… lagi-lagi tetek montokku jadi bulan-bulanan mulutnya, demikian pula tekanan-tekanan pada vaginaku membuat pahaku semakin terkangkang lebar. Sedikit demi sedikit gairahku meletup lagi, terlebih setelah merasakan tonjolan zakar Bimo menggesek-gesekku dengan ketat.<br />“Bim, lama-lama aku nggak kuat kalau dirangsang begini terus?†bisikku.<br />“Kalau nggak kuat ya tinggal dikeluarin saja to, bu,†jawabnya sambil mencucup putingku dan menyedotnya.<br />“Maksudku, aku takut nanti jadi kepingin buka cd…. egghh….. jangan keras-keras, Bim?†desahku. Bimo mengurangi tekanan di vaginaku.<br />“Aku kan sudah janji tak akan buka cd ibu. Tapi kalau ibu dengan sukarela buka sendiri ya bukan salahku lho…. hehehe?†guraunya sambi mencium bibirku.<br />“Untuk variasi, coba deh ibu di atas…. tolong diisepin tetekku dong, bu?†pintanya manja. Aku mandah saja ketika ia memelukku lalu menggulingkan tubuhnya hingga telentang dan aku menindihnya. Dibimbingnya kepalaku ke putingnya. Pelan kujilat-jilat lalu kuisap.<br />“Yang kuat, bu?â€erangnya sementara tangannya bergerak turun ke arah pantatku. Meremas dan menekan-nekannya sambil mengayun zakarnya ke atas sehingga bertemu dengan vaginaku meski masih terbungkus cd. Sejenak kemudian pahaku dibukanya dengan dua tangan lalu tangan itu mulai mengobok-obok daerah sensitifku itu. Sebentar saja aku kembali basah.<br />“Bim, oh Bim.. aku mau keluar,†desisku tak tahan. Namun Bimo mendadak menghentikan gerakan tangannya sehingga aku blingsatan.<br />“Teruskan, Bim,†pintaku sambil meletakkan tangannya di memekku lagi, tapi ia tetap diam.<br />“Jangan buru-buru, bu. Makin lama makin nikmat kan?†godanya membuatku tak sabar. Nafsuku yang sudah di ubun-ubun minta penuntasan segera tapi Bimo sengaja menggodaku. Entah dapat kekuatan dari mana tiba-tiba aku jadi beringas. Kududuki perut Bimo lalu kuambil tangan kanannya, kupilih telunjuknya lalu kubawa ke arah vaginaku. Kusisipkan jari itu di sela-sela cd ku dan segera kumasuk kan ke liang vagina.<br />“Bim, tolong kau puasi aku dengan jarimu…. Aku nggak tahan lagi?†Kutusuk-tusukkan jari Bimo dalam-dalam. Dan setelah kurasakan ia mulai menggerakkan jarinya keluar masuk, aku lalu meneletangkan tubuh ke belakang, sampai kepalaku bertumpu pada pahanya. Ugh… egh… kunikmati kocokan jari Bimo di vulvaku. Kurasakan cairanku menderas. Mataku membeliak menikmati surga dunia itu. Gilanya, kemudian aku merasa pahaku ditarik ke atas dan sekarang bukan lagi jari Bimo, melainkan lidahnya yang yang menusuk-nusuk memasuki vaginaku. Ia memang tidak membuka cd-ku, hanya menyibakkan bagian bawahnya lebar-lebar.<br />“Seeer… cret…. suuur?†aku sampai ke klimaks. Pantatku berkejat-kejat mengejan gemetaran dan Bimo menelan semua maniku sampai aku lemas. Ia terus menyedot dan menjilat-jilat. Sungguh edan! Tubuhku terjelepak di pahanya dengan nafas ngos-ngosan. Namun kurasakan jemari Bimo menggantikan lidahnya menusuki lubang memekku. Tidak hanya satu jari, tapi 2 kadang 3 jari masuk bareng!<br />“Cukup, Bim..†pintaku.<br />“Belum, bu,†jawabnya sambil terus merangsang klitorisku, “wanita biasanya bisa mencapai orgasme berkali-kali. Aku mau buktikan itu,†katanya.<br />Tak menunggu lama, ucapan Bimo terbukti. Syahwatku memuncak lagi dan cairanku mengucur lagi. Bimo mengerjaiku dengan cara itu sampai aku empat kali orgasme. Apa ia juga melakukan hal ini pada istrinya, anakku?<br />“Nah, sekarang terbukti aku lebih kuat kan, bu. Aku belum sekalipun buka cd tapi ibu malah memaksaku mengocok vagina ibu?â€<br />“Aku benar-benar tak kuat, Bim. Sudah bertahun-tahun aku tak pernah merasakan kenikmatan dan sekarang kamu merangsangnya terus sejak semalaman. Siapa bisa tahan?â€<br />“Apa itu berarti ibu tidak mau pakai cd lagi?â€<br />“Aku tetap pakai dan kamu juga. Aku takut hamil?â€<br />Setelah empat kali orgasme berturut-turut, tulang-tulangku seperti dilolosi. Pelan kugeser tubuhku turun dari ranjang mengambil cd baru dari tas lalu tanpa sungkan kupakai di depan Bimo.<br />“Kamu juga harus ganti cd baru, Bim, kan sudah bau bekas sperma kemarin kan..â€<br />`â€Iya, iya, bu†sekalian aja nanti waktu mandi. Sekarang aku ingin ibu ganti memuaskanku?â€<br />Tangan Bimo menggapaiku dan mendudukkan pantatku tepat di atas zakarnya. Kugoyang-goyang pantatku sampai Bimo mendesis-desis sambil meremasi tetekku. Kupercepat rangsanganku pakai tangan. Kugenggam zakar di balik cd itu dan kukocok-kocok sampai 15 menit barulah kemudian Bimo memelukku erat-erat sambil menyemburkan sperma di dalam cd nya. Setelah habis kuperas, ia memelukku dan menggulirkan tubuh kami ke ranjang. Kami terdiam. Kudengar nafasnya agak memburu. Kami benar-benar capai berpacu dalam birahi.<br />Bel makan siang berbunyi tapi kami tetap tak beranjak keluar kamar. Kami hanya makan roti dan minum minuman kaleng yang dibeli Bimo, entah apa tapi rasanya agak hangat di badan. Selama ini kami masih bertahan pakai cd.<br />“Aku akan berusaha sampai ibu buka cd sendiri,†tekadnya sambil mengecup dan menggigit-gigit telingaku, mengecupi wajahku, menciumi bibirku, menjilati dagu, leher, dada, menyedoti tetekku kiri-kanan, turun terus sampai aku menggelinjang ketika lidahnya sampai di perutku, pusar dan terus turun. Menyelip-nyelip di cd di daerah selangkanganku. Menyentuh-nyentuh lubang vagina, menerobos sampai klitorisku dapat diemut dan dimainkan dengan lidahnya.<br />Uuffgghh…. kurasakan nikmat mengalir dari selangkangan sampai ke kepalaku. Kutekan kepala Bimo keras-keras. “Aa…. aku nggak kuat, Bim… hsshh…. hsshhh.. enaaak banget…. nikmaaat?†tanpa sadar tanganku beralih ke cdku dan cepat melepasnya. Bimo membantuku melepas cd itu setelah melewati paha. Kini aku bugil gil dengan paha ngangkang dijilati menantuku! Suur… cret….cret…. aku orgasme lagi dengan paha ngangkang berkejat-kejat. Mungkin ini yang ke-10 kali sejak kemarin. Dan lagi-lagi Bimo melahapnya dengan ganas, menyedot, mengisapku sampai kering.<br />“Terbukti, kan, ibu sudah buka cd sendiri,†bisiknya sambil menaikiku lagi hingga bibirnya mencapai bibirku dan selangkangannya menekan vaginaku. “Sekarang ibu akan kupaksa membuka cdku juga?†desisnya samibl menekan-nekan dan memutar-mutar tonjolan cdnya ke vaginaku. Batang besar yang tercetak di cd itu sekarang masuk memanjang di bibir vaginaku. Digesekkannya naik turun membangkitkan birahiku lagi. Remasan di tetekku dan mungkin pengaruh minuman kaleng tadi mempercepat syahwatku naik lagi.<br />“Ja….jangan, Bim. Jangan perkosa aku…. nanti hamil?†erangku sambil memelukkan pahaku ke pahanya dan tanganku ke punggungnya, tak kuat merasakan rangsangan yang melanda.<br />“Tidak, bu…. tapi ibu sendiri yang bakal minta kuperkosa. Ibu ingin zakarku masuk ke memek ibu, kan?â€<br />“Jang…. jangan, Bim….. eegghhh?†aku harus mengejan lagi hendak mengeluarkan mani. Namun mendadak Bimo berbalik dan membuat posisi 69. Lidahnya kini bebas memasuki vaginaku tanpa halangan cd, sedangkan tonjolan besar zakarnya tepat di depan wajahku yang mau tak mau terpaksa kupegang supaya tidak menekan wajahku terlalu kuat. Berdenyut-denyut benda tumpul kenyal itu di genggamanku. Kukocok-kocok dan, karena ukuran cdnya yang kecil, membuat kepala zakar itu sekarang muncul di perutnya.<br />“Jilat, bu…. isep….†pintanya sambil mengarahkan tonjolan itu ke mulutku. Aku yang sudah tak mampu berpikir jernih perlahan tapi pasti menuruti permintaan gilanya yang belum pernah kulakukan pada suamiku sekalipun. Ufh.. kukulum-kulum kecil ujung penisnya dan membuat benda panjang itu semakin keluar dari cd, seperti ular. Kupegang batang ular itu sementara kepalanya masuk ke mulutku semakin dalam. Semakin dalam dan semakin bergelenyar, berkejut-kejut di mulutku. Agar lebih leluasa, cdnya semakin kuturunkan dan sekejap kemudian tanpa sadar cd itu sudah kulepas dari pahanya! Lagi-lagi Bimo membuktikan keampuhan rangsangannya pada tubuhku. Kocokan zakarnya di mulutku semakin cepat, cepat dan craaat croot crooot! Spermanya kontan memenuhi mulutku, ada yang tertelan, ada yang meleleh keluar dari bibirku. Sementara bibir bawahku pun memancarkan maninya lagi bertubi-tubi…. disambut oleh mulut Bimo yang menampungnya sampai tuntas. Tuntas tas, sampai kami berdua terjelepak kecapaiannya di ranjang. Gemuruh dada dan sengal-sengal nafas kami memenuhi udara kamar mesum itu.<br />“Thanks ya bu. Ibu sudah buka cdku, berarti aku boleh melakukan apa saja dengan penisku pada ibu kan?†tanyanya menggodaku.<br />“Ta…tapi jangan kau hamili aku, Bim?â€<br />“Memang ibu masih bisa hamil?â€<br />“Masih, Bim…. meski sudah 45 tahun aku masih mens?â€<br />“Ya, nanti kita atur sajalah, bu…. yang penting aku boleh masukkan penis ke sini kan?†rajuknya sambil mengelus vaginaku dan membawa tanganku memegang penisnya.<br />“Tap…. tapi pelan-pelan saja ya Bim dan jangan dikeluarkan di dalam?†akhirnya aku memenuhi desakan nafsunya.<br />“Thanks, bu,†katanya lagi sambil mengecupku dan menunggangiku lagi. Mengangkangkan pahaku lagi lalu memacuku. Bagai joki tak kenal lelah. Aku pun rela jadi kuda pacu lagi. Terlebih setelah merasakan barang panjang itu berkembang lagi bergerak-gerak di selangkanganku. Menusuk-nusuk mencari jalan masuk.<br />“Bim, egh, Bim…jangan masukkan Bim..†aku masih takut-takut. Tapi Bimo tak peduli dan tetap mengarahkan kepala zakarnya ke vaginaku. Menggosok-gosok pintu lubang, menjujut-jujut mau masuk. Kurapatkan paha, tapi tangan Bimo cepat membukanya lagi, menekan ke kiri-kanan dan bleess….. zakar panjang itu ambles ke dalam memekku yang licin penuh lendir mani.<br />“Bim, gila kamu!†Badanku melenting ke atas memeluknya, merasakan sensasi gila di selangkangan. Yah, akhirnya sambil duduk kunikmati kocokan zakar Bimo yang memaju-mundurkan pantatku. Sakit, nikmat, nafsu syahwat campur jadi satu.<br />“Bim…. Bim…. jangan keluarkan di dalam?†aku mengingatkan tapi Bimo malah tambah rapat memeluk pantat belakangku dan menggerakkan pantatnya sendiri maju-mundur, keluar masuk.<br />“Aku mau sampai tuntas, bu..†bisiknya di sela-sela deru nafasnya.<br />“Aku bisa hamil, Bim!â€<br />“Aku tak percaya.â€<br />“Serius, Bim!â€<br />“Sekarang kita nikmati saja, bu…. hamil urusan nanti.†Gocohannya tambah keras dan aku malah semakin menggigil merasakan nikmat syahwat itu sampai ke ubun-ubun. Ketakutan akan kehamilan pun jadi terlupakan.<br />Bimo mendorongku telentang ke ranjang dan dia lalu jadi joki piawai. Mengolah gerakan pantatnya, zakarnya keluar masuk, naik turun, mencangkul, menusuk, mengobrak-abrik memekku sampai akhirnya dia menekan sangat keras dan crooot… crooot… crooot…. cruuut… cruut…. cret…!! Sperma hangat mengaliri rahimku dan akupun mengejan berkejat-kejat lagi menumpahkan mani. Memeluk punggung dan pahanya erat-erat. Kami mencapai puncak bersamaan. Dan ini kali pertama zakarnya bersarang di vaginaku tanpa bisa kularang karena aku juga menginginkan. Resiko hamil kujadikan urusan belakang.<br />Kenikmatan itu terus kami reguk setelah mandi dan makan malam. Semalaman lagi kami bergumul memanjakan syahwat hingga terdengar sirene kapal memberitahukan bahwa pelabuhan tujuan sudah kelihatan. Namun untuk mencapai pelabuhan itupun masih perlu waktu dua jam lagi dan itupun terus kami gunakan mereguk madu nafsu di kapal itu. Kami biarkan penumpang lain turun lebih dulu supaya mereka tidak melihat tubuh dan wajah kami yang kusut masai pucat pasi kehabisan mani.<br />Setelah itu dua bulan aku menemani anakku di Irian Jaya, dan dua bulan itu pula kami secara sembunyi-sembunyi terus berzinah. Demikian pula sewaktu Bimo mengantarku pulang ke Jawa Timur, kami memilih naik kapal laut lagi, bahkan kami sempat menginap tiga hari di hotel Surabaya sebelum pulang ke rumah. Tahun depan, aku berharap Bimo mau menjemputku untuk menengok anakku lagi. Setelah merasakan kelelakian Bimo, rasanya aku jadi tak kuat “puasa†berlama-lama. Aku tak mau dengan laki-laki lain. Dan kukira aku harus segera sterilisasi untuk mencegah kelahiran anakku sekaligus cucuku.RAIDERShttp://www.blogger.com/profile/12674960758995664677noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-4233821845464032072.post-58744880338096779062009-09-05T08:29:00.002+07:002009-09-05T08:31:52.319+07:00Saya pertama kenal Vira ketika melihatnya menjadi model cover di sebuah majalah di Jakarta, kemudian ia juga menjadi bintang sinetron Abad 21. Vira berumur 17 tahun, cantik, kulitnya putih mulus, ramah dan yang paling menarik perhatian orang-orang adalah buah dadanya yang bundar dan padat berisi. Semua orang yang menatap Vira pandangannya akan langsung tertarik ke arah buah dadanya yang membusung. Tidak terlalu besar memang, tapi sangat proporsional dengan tubuh dan wajah Vira. Saya berkenalan dengannya, pertama melalui surat kemudian bertemu, sesekali menelepon dirinya. Lama-kelamaan kita semakin sering bertemu dan percakapan yang ada semakin menjurus ke hal-hal yang pribadi. Akhirnya saya memberanikan diri untuk mengajaknya keluar makan malam.<br />Suatu hari saya memberanikan diri untuk mengajaknya dan ternyata Vira senang sekali mendengar ajakan saya, dan langsung setuju. Saya gelisah sekali menunggu pada saat menjemput Vira di rumahnya.<br />Setelah pulang kerja dan berganti pakaian saya menjemput Vira, untuk kemudian makan malam di sebuah restoran. Di sana kami bercakap-cakap panjang lebar, setelah itu dilanjutkan sebuah diskotik untuk sedikit menggoyangkan tubuh dan minum. Di tengah-tengah percakapan di diskotik, Vira mengajak saya untuk kembali ke rumahnya dan melanjutkan sisa malam itu di rumahnya. Bagaimana saya bisa menolak tawaran itu?<br />Sepanjang perjalanan pulang Vira berkata bahwa ia belum pernah mengalami hari yang menyenangkan seperti yang baru ia alami malam itu, dan ia juga berkata, di rumah nanti giliran dirinya yang akan membuat diri saya tidak akan melupakan malam ini.<br />Saya begitu bergairah dan berhasrat untuk lekas-lekas sampai ke rumah Vira, ketika tanpa sadar saya mengendarai mobil melebihi batas maksimal kecepatan di jalan. Tiba-tiba saya tersadar ketika di sebelah kanan sudah ada mobil Polantas yang berusaha menghentikan mobil saya. Saya meminggirkan mobil di tempat parkir sebuah toko dan menunggu Polantas tadi mendekati mobil kami. Ia bertanya hendak ke mana kami sampai-sampai kami membawa mobil itu melebihi batas kecepatan. Rupanya alasan saya tidak masuk akal sehingga Polantas tadi meminta STNK dan SIM saya.<br />Setelah melihat surat-surat itu Polantas itu menjengukkan kepalanya ke dalam mobil kami dan lama sekali mengamati Vira yang duduk terdiam. “Anda harus meninggalkan mobil Anda di sini dan ikut saya ke kantor”, perintah Polantas tadi. Akhirnya sepuluh menit kemudian kami sampai ke sebuah kantor polisi yang terpencil di pinggir kota.<br />Waktu itu sudah lewat pukul 11 malam, dan dalam kantor polisi itu tidak terdapat siapa pun kecuali seorang Sersan yang bertugas jaga dan Polantas yang membawa kami. Ketika kami masuk, Sersan itu memandangi tubuh Vira dari bawah hingga ke atas, kelihatan sekali ia menyukai Vira. Kami dimasukkan ke dalam sel terpisah, saling berseberangan.<br />Sepuluh menit kemudian, Polantas yang berumur sekitar 40-an dan berbadan gemuk dan Sersan yang tinggi besar berbadan hitam, dan umurnya kira-kira 45 tahun kembali ke ruang tahanan. Polantas tadi berkata, “Kalian seharusnya jangan mengemudi sampai melebihi batas kecepatan yang ada. Tapi kita semua bener-benar kagum, soalnya dari semua yang kami tangkap baru kali ini kita dapat orang yang cantik seperti kamu.” Sersan tadi menimpali, “Betul sekali, dia bener-bener kualitas nomer satu!” Saya sangat takut mendengar nada bicara mereka, begitu juga Vira yang terus-menerus ditatap oleh mereka berdua.<br />Mereka lalu membuka sel Vira dan masuk ke dalam. “Sekarang denger gadis manis, kalau kamu berkelakuan baik, kita akan lepasin kamu dan pacar kamu itu. Mengerti!” Sersan tadi langsung memegangi kedua tangan Vira sementara Polantas menarik kaos yang dikenakan Vira ke atas. Dalam sekejap seluruh pakaian Vira berhasil dilucuti tanpa perlawanan berarti dari Vira yang terus dipegangi oleh Sersan. “Wow, lihat dadanya.” Vira terus meronta-ronta tanpa hasil, sementara Sersan yang tampaknya sudah bosan dengan perlawanan Vira, melemparkan tubuh Vira hingga jatuh telentang ke atas ranjang besi yang ada di sel Vira. Dan dengan cepat diambilnya borgol dan diborgolnya tangan Vira ke rangka di atas kepala Vira.<br />Kemudian mereka dengan leluasa menggerayangi tubuh Vira. Mereka meremas-remas dan menarik buah dada Vira, kemudian memilin-milin puting susunya sehingga sekarang buah dada Vira mengeras dan puting susunya mengacung ke atas. Kadang mereka mengigit puting susu Vira, sedangkan Vira hanya bisa meronta dan menjerit tak berdaya.<br />Saya berdiri di dalam sel di seberang Vira tak berdaya untuk menolong Vira yang sedang dikerubuti oleh dua orang itu. Kedua polisi itu lalu melepaskan pakaian mereka dan terlihat jelas kedua batang kemaluan mereka sudah keras dan tegang dan siap untuk memperkosa Vira. Polantas mempunyai batang kemaluan paling tidak sekitar 25 senti, dan Sersan mempunyai batang kemaluan yang lebih besar dan panjang. Vira menjerit-jerit minta agar mereka berhenti, tapi kedua polisi itu tetap mendekatinya.<br />“Lebih baik kamu tutup mulut kamu atau kita berdua bisa bikin ini lebih menyakitkan daripada yang kamu kira.” kata Polantas.“Sekarang mendingan kamu siap-siap buat muasin kita dengan badan kamu yang bagus itu!”“Dia pasti sempit sekali”, kata Sersan sambil memasukan jari-jarinya ke lubang kemaluan Vira.Ia menggerakkan jarinya keluar masuk, membuat Vira menggelinjang kesakitan dan berusaha melepaskan diri.“Betul kan, masih sempit sekali.”<br />Kemudian Polantas tadi naik ke atas ranjang di antara kedua kaki Vira. Kemudian mereka membuka kaki Vira lebar-lebar dan Polantas memasukkan batang kemaluannya ke dalam lubang senggama Vira. Vira mengeluarkan jeritan yang keras sekali, ketika perlahan batang kemaluan Polantas membuka bibir kemaluan, dan masuk senti demi senti tanpa berhenti. Kadang ia menarik sedikit batang kemaluannya untuk kemudian didorongnya lebih dalam lagi ke lubang kemaluan Vira.<br />Sementara itu, Sersan naik dan mendekati wajah Vira, mengelus-elus wajah Vira dengan batang kemaluannya. Mulai dari dahi, pipi kemudian turun ke bibir. Vira menggeleng-gelengkan kepalanya agar tidak bersentuhan dengan batang kemaluan Sersan yang hitam.“Ayo dong manis, buka mulut kamu”, kata Sersan sambil meletakkan batang kemaluannya di bibir Vira.“Kamu belum pernah ngerasain punya polisi kan?” Vira tak bergeming.“Buka!” bentak Sersan.“Buka mulut kamu, brengsek!” Perlahan mulut Vira terbuka sedikit, dan Sersan langsung memasukkan batang kemaluannya ke dalam mulut Vira.<br />Mulut Vira terbuka hingga sekitar 6 senti agar semua batang kemaluan Sersan bisa masuk ke dalam mulutnya. Batang kemaluan Sersan mulai bergerak keluar masuk di mulut Vira, saya melihat tidak semua batang kemaluan Sersan dapat masuk ke mulut Vira, batang kemaluan Sersan terlalu panjang dan besar untuk bisa masuk seluruhnya dalam mulut Vira. Ketika Sersan menarik batang kemaluannya terlihat ada cairan yang keluar dari batang kemaluannya. Julurin lidah kamu!” Vira membuka mulutnya dan mengeluarkan lidahnya. Sersan kemudian memegang batang kemaluannya dan mengusapkan kepala batang kemaluannya ke lidah Vira, membuat cairan kental yang keluar tadi menempel ke lidah Vira.<br />“San, dia nggak mungkin bisa masukin punya Sersan ke mulutnya, biar saya coba. Gantian!” Mereka kemudian bertukar tempat, Sersan sekarang ada di antara kaki Vira dan Polantas berjongkok di dekat wajah Vira. Sersan mulai mendorong batang kemaluannya masuk ke liang senggama Vira. Terlihat sekali dengan susah payah batang kemaluan Sersan yang besar itu membuka bibir kemaluan Vira yang masih sempit. Polantas, mengacungkan batang kemaluannya ke mulut Vira. “Kamu mungkin nggak bisa masukin punya Sersan ke mulut kamu, tapi kamu musti ngerasain punya saya ini, seluruhnya.” Dengan kasar ia mendorong batang kemaluannya masuk ke mulut Vira, sampai akhirnya batang kemaluan itu masuk seluruhnya hingga sekarang testis Polantas berada di wajah Vira. Ia kemudian menarik batang kemaluannya sebentar untuk kemudian didorongnya kembali masuk ke tenggorokan Vira. Setelah lima kali, keluar masuk, Polantas sudah tidak bisa lagi menahan orgasmenya.<br />“Saya keluuarrhh. Aaahhh!” Ia tidak menarik batang kemaluannya keluar dari mulut Vira, batang kemaluannya tampak bergetar berejakulasi di tenggorokan Vira, menyemprotkan sperma masuk ke tenggorokannya. Saya mendengar Vira berusaha menjerit, ketika sperma Sersan mengalir masuk ke perutnya. Terlihat sekali Sersan yang sedang mencapai puncak kenikmatan tidak menyadari Vira meronta-ronta berusaha mencari udara.<br />“Iyya… yaah! Telleeen semuaa! Aaahhh… aahhh… nikhmaattt!”Ketika selesai ia menarik keluar batang kemaluannya dan Vira langsung megap-megap menghirup udara, dan terbatuk-batuk mengeluarkan sperma yang lengket dan berwarna putih. Vira berusaha meludahkan sperma yang masih ada di mulutnya. Polantas tertawa melihat Vira terbatuk-batuk, “Kenapa? Nggak suka rasanya? Tenang aja, besok pagi, kamu pasti sudah terbiasa sama itu!”<br />Sementara Sersan yang masih mengerjai kemaluan Vira sekarang malah memegang pinggul Vira dan membalik tubuh Vira. Vira dengan tubuh berkeringat dan sperma yang menempel di wajahnya tersadar apa yang akan dilakukan Sersan pada dirinya, ketika dirasanya batang kemaluan Sersan mulai menempel di lubang anusnya.“Jangan Pak, jangan! Ampun Pak, ampun, jangan…”“Aaahkk! Jangaaan!”Vira menjerit-jerit ketika kepala batang kemaluan Sersan berhasil memaksa masuk ke liang anusnya. Wajah Vira pucat merasakan sakit yang amat sangat ketika batang kemaluan Sersan mendorong masuk ke liang anusnya yang kecil. Sersan mendengus-dengus berusaha memasukkan batang kemaluannya ke dalam anus Vira. Perlahan, senti demi senti batang kemaluan itu tenggelam masuk ke anus Vira. Vira terus menjerit-jerit minta ampun ketika perlahan batang kemaluan Sersan masuk seluruhnya ke anusnya. Akhirnya ketika seluruh batang kemaluan Sersan masuk, Vira hanya bisa merintih dan mengerang kesakitan merasakan benda besar yang sekarang masuk ke dalam anusnya.<br />Sersan beristirahat sejenak, sebelum mulai bergerak keluar masuk. Kembali Vira menjerit-jerit. Sersan terus bergerak tanpa belas kasihan. Batang kemaluannya bergerak keluar masuk dengan cepat, membuat testisnya menampar-nampar pantat Vira. Sersan tidak peduli mendengar Vira berteriak kesakitan dan menjerit minta ampun ketika sodomi itu berlangsung. Saya melihat berulang kali batang kemaluan Sersan keluar masuk anus Vira tanpa henti. Akhirnya Sersan mencapai orgasme ia menarik batang kemaluannya dan sperma menyemprot keluar menyembur ke punggung Vira, kemudian menyembur ke pantat Vira dan mengalir turun ke pahanya, dan terakhir Sersan kembali memasukkan batang kemaluannya ke anus Vira lagi dan menyemprotkan sisa-sisa spermanya ke dalam anus Vira. Sersan kemudian melepaskan pegangannya dari pinggul Vira dan berdua dengan Polantas mereka keluar dari sel dan menguncinya. Saya masih dapat mendengar Sersan berkata pada Polantas, “Pantat paling hebat yang pernah ada. Dia bener-bener sempit!”<br />Dini hari, ketika Vira kelelahan menangis dan merintih, mereka berdua dengan langkah sempoyongan dan dengan botol bir di tangan masuk kembali ke dalam sel Vira. Mereka menendang tubuh Vira agar terbangun dan mereka mulai memperkosanya lagi. Sekarang Polantas menyodomi Vira sementara Sersan berbaring di bawah Vira dan memasukkan batang kemaluannya ke dalam kemaluan Vira. Kemudian mereka berganti posisi. Mereka juga menyiksa Vira dengan memasukkan botol bir ke dalam liang kemaluan dan anusnya sementara batang kemaluan mereka dimasukkan ke mulut Vira. Mereka terus berganti posisi dan Vira terus menerus menjerit dan menjerit hingga akhirnya ia kelelahan dan tak sadarkan diri. Melihat itu polisi-polisi tersebut hanya tertawa terbahak-bahak meninggalkan tubuh Vira yang memar-memar dan belepotan sperma dan bir.<br />Keesokan paginya, Sersan masuk dan membuka sel kami.“Kalian boleh pergi.”Saya membantu Vira mengenakan pakaiannya. Tubuhnya lemah lunglai berbau bir dan sperma-sperma kering masih menempel di tubuhnya. Kami pergi dari kantor polisi itu dan akhirnya sampai ke rumah Vira. Kemudian saya membersihkan tubuh Vira dan menidurkannya. Ketika saya tinggal, saya mendengar ia merintih, “Jangan Pak, ampun Pak, sakit… ampuunn… sakiiit…”.RAIDERShttp://www.blogger.com/profile/12674960758995664677noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-4233821845464032072.post-34344002896757619342009-09-05T08:29:00.001+07:002009-09-05T08:29:16.954+07:00Cerita Seks - Cerita lagi, suster lagi. Saya ingin menceritakan suatu pengalaman seks yang pertama kali saya alami pada masa remaja. Saat itu saya berumur 14 tahun. Saya sering sakit-sakitan kala itu. Sampai-sampai suatu hari saya harus dirawat di rumah sakit A, di kota Surabaya. Sakit yang saya derita adalah karena terjadinya pembengkakan di saluran jantung saya. Telapak kaki saya bengkak-bengkak dan kalau saya lari lebih dari satu kilometer, saya langsung ngos-ngosan. Ibu saya kemudian memutuskan saya untuk meminta perawatan dokter S, ahli jantung terkenal saat itu. Si dokter malam itu juga meminta saya dirawat inap di rumah sakit. Nah, dari rumah sakit itulah, saya mengalami pengalaman seks terhebat yang akan saya kenang seumur hidup saya.<br />Karena minum obat yang diberikan dokter, malam pertama saya menginap di rumah sakit, saya tidak bisa tidur. Saya maunya kencing terus. Sebuah botol besar telah disiapkan untuk menampung air urine saya. Otomatis, penis saya harus dimasukkan ke botol itu. Oleh dokter, saya tidak diperbolehkan untuk turun dari tempat tidur. Jadi sambil tiduran, saya tinggal memasukkan penis ke dalam botol yang sudah ada di samping ranjang. Ada satu perawat yang rupanya begitu telaten menjaga dan merawat saya malam itu. Seharusnya ia tidak boleh memperhatikan saya membuang urine di botol. Tetapi tatkala saya membuka piyama dan celana dalam saya, dan mengarahkan penis ke mulut botol, eh si perawat yang belakangan kuketahui bernama Wiwin D**** (edited) malah membantu memegang penis saya. Dengan pelan dan lembut tangan kirinya memegang penis kecil saya yang masih kecil, sedangkan tangan kanannya ikut memegang botol itu. Setelah urine saya keluar, ia membersihkan penis saya dengan tissue. Sambil terus membersihkannya, ia memperhatikanku dengan senyuman aneh.<br />“Dik… kamu tahu bendamu ini bisa membuat kamu melayang-layang?” tanyanya tiba-tiba.“Maksud Mbak?” tanyaku pura-pura tidak mengerti. Aku sudah tahu apa maksudnya. Wong, aku sudah pernah nonton video BF seminggu yang lalu.“Iya… kalo si kecil ini dipegang, dikocok-kocok oleh tangan halus seorang wanita kemudian dihisap dan dikulum olehnya, pasti deh kamu akan merasakan keenakan yang luar biasa.. lebih dari yang lain yang ada di dunia ini…” jawab Mbak Wiwin lagi.“Masa sih, Mbak? Pengen coba nih.. bisa nggak Mbak melakukannya buat saya?” tanyaku hati-hati dengan perasaan campur baur. Berani juga nih cewek.“Kamu benar-benar mau?” tanyanya penuh semangat.Tanpa menunggu jawabanku lagi, ia menaruh tissue itu lalu memegang kejantananku dan pelan-pelan mulai mengocok-ngocoknya. Wah… memang benar enak kocokannya. Pelan tapi pasti. Beberapa menit kemudian ia jongkok di samping tempat tidur. Mulutnya dibuka lalu batang kejantananku dimasukkan ke dalamnya. Mula-mula dihisapnya, dikulum lalu dijilat-jilatnya kepala kejantananku.<br />Untuk pertama kalinya dalam masa remajaku, aku merasakan sesuatu yang amat sangat nikmat! Entah apa namanya.. surga dunia kali ya? Tanpa disangka-sangka Mbak Wiwin memegang tangan kananku lalu menuntunnya masuk ke balik seragamnya. Ya.. itu dia!! Gunung kembarnya begitu kenyal dan besar kurasakan. Tanpa disuruh lagi aku pun meremas-remas, meraba-raba ’susu’ ajaibnya itu. Sementara itu ia terus saja mengulum dan mengisap kejantananku dengan penuh nafsu.<br />Beberapa menit kemudian aku mulai merasa akan ada sesuatu yang akan keluar dari tubuhku yang masih lemah karena sakit. “Crot..! crot…! crot…!” Sesuatu berwarna putih kekuning-kuningan dan agak kental keluar dari batang kejantananku dan tanpa ampun lagi langsung menyemprot masuk ke mulut Mbak Wiwin. Setelah sembilan kali semprot, ia menjilati kejantananku dengan mimik muka penuh kepuasan.<br />“Gimana Dik…? Puas nggak?…” tanyanya sambil tersenyum. Terlihat bekas cairan kental itu di mulut dan bibirnya.“Wah nikmat ya Mbak… Boleh dong aku minta lagi…?” jawabku penuh harap.“Boleh dong… tapi jangan sekarang ya… kamu harus istirahat dulu… besok pagi kamu pasti akan merasa lebih puas lagi… Mbak janji deh…” ujarnya dengan mimik seperti menyembunyikan sesuatu.<br />Aku pun mengangguk. Mungkin karena kelelahan setelah di ‘karaoke’ oleh gadis perawat yang cantik dan sexy, aku pun tertidur malam itu. Tapi tengah malam, sekitar pukul dua dini hari, aku merasa ’senjata’ andalanku kembali diobok-obok dan kini yang mengoboknya bukan hanya Mbak Wiwin tetapi seorang perawat lain juga. Namanya belakangan kuketahui adalah Viviana. Gadis ini juga tak kalah cantik bahkan buah dadanya itu benar-benar menggelembung di balik seragam putihnya. Lebih besar dari punya Mbak Wiwin dan juga pasti lebih kenyal!<br />Mereka terus saja menjilati, mengulum dan menghisap-hisap batanganku. Yang seorang di sebelah kananku dan yang seorang lagi di sebelah kiriku. Tanganku yang kiri meremas-remas susu Viviana sedang tangan yang kanan meremas susunya Wiwin. Setelah sepuluh menit, batang kejantananku mulai mengeras dan siap untuk ditusukkan. Viviana kemudian naik ke atas ranjang dan menyingkapkan roknya. Duh.. rupanya ia sudah tidak mengenakan celana dalam. Ia kemudian duduk di atas kepalaku. Dengan sengaja ia mengarahkan liang kewanitaannya ke wajahku. Aku tiba-tiba teringat dengan film porno yang pernah kutonton seminggu yang lalu. Ya… aku harus menjilatnya terutama di bagian kecil dan merah itu… ya apa ya namanya? Klitoris ya? nah itu dia! Tanpa disuruh dua kali aku langsung mengarahkan lidahku ke bagiannya itu.<br />“Slep… slep… slep…” terdengar bunyi lidahku saat bersentuhan dengan klitoris Viviana. Dan Wiwin? Rupanya ia sudah membuka seluruh pakaian seragamnya lalu menduduki batanganku yang sudah sangat mengeras dan berdiri dengan gagahnya. Dengan tangan kirinya ia meraih batang kejantananku itu lalu dengan pelan ia mengarahkan senjataku itu ke liang senggamanya. “Bles… jleb… bles…” batang kejantananku sudah masuk separuh, ia terus saja bergoyang ke bawah ke atas. Buah dadanya yang montok bergoyang-goyang dengan indahnya, kedua tangannya memegang sisi ranjang.<br />Wah… dikeroyok begini sih siapa yang nggak mau, bisa main dua ronde nih. Setelah beberapa menit, kami berganti posisi. Viviana kusuruh tidur dengan posisi tertelungkup. Sementara Wiwin juga tidak ketinggalan. Lalu dengan penuh nafsu aku membawa batanganku dan mengarahkannya ke liang senggama Viviana dari arah belakang. “Bles… bles… bles…jeb!!” Liang senggamanya berhasil ditembus oleh senjataku. Terdengar suara lenguhan Viviana karena merasa nikmat. “Uh.. uh.. uh.. uh.. Terus Dik.. Enak…ikmat..!” Tanganku pun tidak kalah hebatnya. Kuraih buah dadanya sambil kuremas-remas. Puting payudaranya kupegang-pegang.<br />“Gantian dong…” tiba-tiba Wiwin minta jatah. Duh, hampir kulupakan si doi. Aku cabut batang kejantananku dari liang senggama Viviana lalu kubawa ke ranjang sebelah di mana telah menanti Wiwin yang sedang mengelus-elus kemaluannya yang indah. Tanpa menunggu lagi, aku naik ke ranjang itu lalu kumasukkan dengan dorongan yang amat keras ke liang senggamanya.“Jangan keras-keras dong Dik…” erangnya nikmat.“Habis mau keluar nih, Mbak… Di dalam atau di luar…” aku tiba-tiba merasakan bahwa ada sesuatu yang nikmat akan lepas dari tubuhku.“Di mukaku aja Dik..” jawabnya di tengah erangan nafsunya.Lalu kutarik batang kejantananku dari liang senggamanya yang sedang merekah dan membawanya ke kepalanya. Lalu aku menumpahkan cairan putih kental itu ke wajahnya. “Crot.. crot…crott.. crot.. crot!” Kasihan juga Mbak Wiwin, wajahnya berlepotan spermaku. Ia tersenyum dan berkata, “Terima kasih Dik… aku amat puas… demikian juga Mbak Vivi…”<br />Belakangan setelah aku keluar dari rumah sakit, aku mendengar bahwa Wiwin dan Viviana memang bukan perawat tetap di rumah sakit itu. Mereka hanya bekerja sambilan saja. Mereka sebenarnya dua orang mahasiswi kedokteran di sebuah universitas swasta di Surabaya. Tiap kali mereka bekerja di sana, selalu ada saja pasien pria entah remaja atau orang dewasa yang berhasil mereka ajak berhubungan seks minimal satu kali. Nah lho.. gmana tertatik masuk rumah sakitRAIDERShttp://www.blogger.com/profile/12674960758995664677noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-4233821845464032072.post-21993137502964257272009-09-05T08:26:00.002+07:002009-09-05T08:28:14.767+07:00Dony, begitu nama panggilanku. Tumbuh sebagai laki-laki aku boleh dibilang sempurna baik dalam hal ketampanan maupun kejantanan dengan tubuhku yang tinggi tegap dan atletis. Dalam kehidupan aku juga serba berkecukupan karena aku adalah juga anak angkat kesayangan seorang pejabat sebuah departemen pemerintahan yang kaya raya.<br />Saat ini aku kuliah di kota Bandung, di situ aku menyewa sebuah rumah kecil dengan perabot lengkap dan untuk pengawasannya aku dititipkan kepada Oom Rony, sepupu ayahku yang juga pemilik rumah untuk memperhatikan segala kebutuhanku. Oom Rony adalah seorang pejabat perbankan di kota kembang ini dan dia kuanggap sebagai wali orang tuaku. Sekalipun aku sadar ketampanan dan segala kelebihanku digila-gilai banyak perempuan, namun aku masih belum mencari pacar tetap. Untuk menyalurkan hobby isengku saat sekarang ini aku lebih senang dengan cewek-cewek yang berstatus freelance atau cewek bayaran yang kunilai tidak akan membawa tuntutan apa-apa di belakang hari. Begitulah, pada tahun keempat masa kuliahku secara kebetulan aku mendapat seorang teman yang cocok dengan seleraku. Seorang gadis berstatus pembantu rumah tangga keluargaku tapi penampilannya cantik berkesan gadis kota. Jadinya konyol, di luaran aku terkenal sebagai pemuda mahalan kelas atas tapi tanpa ada yang tahu justru partner tetap untuk ber-”iseng”-ku sendiri adalah seorang gadis kampung yang status sosialnya jauh di bawahku.<br />Sriwasti nama asli si cantik anak bekas pembantu rumah tangga orangtuaku, tapi lebih akrab dipanggil dengan Wasti. Sewaktu mula-mula hadir di tempatku ini dia memang meringankan aku tapi juga membuat aku jadi panas dingin berada di dekatnya. Pasalnya dulu aku pernah punya skandal hampir menggagahi dia sehingga dengan kembalinya dia kali ini dalam status istri orang tapi tinggal kesepian ini tentunya menggali lagi gairah rangsanganku kepadanya. Usianya 3 tahun lebih muda dariku, dia dulu dibiayai sekolahnya oleh orangtuaku dan ketika tamat SMA dia pernah beberapa bulan bekerja membantu-bantu di rumahku sambil berusaha masuk Akademi Perawat. Sayang dia gagal dan kemudian pulang kampung lagi untuk menerima lamaran seorang pemuda di tempat asalnya itu.<br />Waktu masih di rumah orangtuaku itulah aku yang tertarik kecantikannya, kalau pulang dari Bandung sering iseng menggoda dia, suatu kali sempat kelewatan nyaris merenggut kegadisannya. Sebab di suatu kesempatan Wasti yang memang kutahu menaruh hati padaku sudah pasrah kugeluti dalam keadaan bugil hanya saja karena aku masih tidak tega dan juga masih takut sehingga urung aku menodai dia. Kuingat waktu itu secara iseng-iseng aku sengaja ingin menguji kesediaannya yaitu ketika ada kesempatan dia kuajak ke dalam kamarku. Beralasan meminta dia memijati aku tapi sambil begitu kugerayangi dia di bagian-bagian sensitifnya. Ternyata dia diam saja tidak berusaha untuk menolakku, sehingga aku meningkat lebih terang-terangan lagi. Susunya memang menggiurkan dengan bentuknya yang membulat kenyal tapi aku masih mengincar lebih ke bawah lagi. “Was gimana kalau kamu buka dulu celana dalammu, Mas Dony pengen gosok-gosokin yang enak di punyamu,” bujukku dengan tangan sudah meraba-raba di selangkangannya.<br />Wasti tersipu-sipu dengan gugup ragu-ragu, meskipun begitu menurut saja dia untuk membuka celana dalamnya yang kumaksudkan itu.“Ta.. tapi.. nggak apa-apa ya Mass..?” kali ini terdengar nada tanya kuatirnya.Aku yang memang cuma sekedar menguji segera menenangkan dia.“Oo tenang aja, nggak Mas masukin inimu cuma sekedar ditempel-tempelin aja kok..” jawabku sambil juga menurunkan celana dalamku memamerkan batangku yang sudah setengah tegang terangsang.Kuambil tangannya dan meletakkan di batang kemaluanku meminta dia memainkan batang itu dengan genggaman melocok, ini diikuti Wasti mulanya dengan wajah kikuk malu tapi toh dia mulai terbiasa juga. Nampak tidak ada tanda-tanda risih karena baru kali ini dia melihat batang telanjang seorang laki-laki. Layap-layap keenakan oleh kocokannya sambil begitu sebelah tanganku juga ikut meremasi susu bergantian dengan bermain di liang kemaluannya. Lama-lama terasa menuntut, kuminta Wasti merubah posisi bertukar tempat, dia yang berbaring setengah duduk tersandar di kepala tempat tidur, dari situ aku pun masuk duduk berlutut di tengah selangkangannya.<br />Dalam kedudukan ini tangan Wasti bisa mencapai batanganku dan melocoknya tepat di atas liang kemaluannya sementara kedua tanganku yang bebas bisa bermain dari kedua susu sampai ke liang kemaluannya. Lagi-lagi Wasti memperlihatkan air muka khawatir karena dikira aku sudah akan menyetubuhinya tapi kembali kutenangkan dan menyuruh dia terus melocok dengan hanya menggesek-gesek ujung kepala batang kemaluan di celah menguak liang kemaluan berikut klitorisnya. Cukup terasa enak buatku meskipun memang penasaran untuk berlanjut lebih jauh, tapi begitupun aku bisa menahan emosiku sampai kemudian locokannya berhasil membuatku berejakulasi. Menyembur-nyembur maniku tumpah di celah liang kemaluannya yang terkuak mengangkang, tapi sengaja kutahan tidak kutusukkan di lubang itu. “Huffhh pinterr kamu Was.. besok-besok bikinin lagi kayak gini ya?” kataku memberi pujian ketika permainan usai. Wasti mengangguk malu-malu bangga dan sejak itu setiap ada kesempatan aku ingin beriseng, dia yang kuajak dan kugeluti sekedar menyalurkan tuntutanku. Memang, sampai dengan saat itu aku masih bertahan untuk tidak mengambil keperawanannya karena masih terpikir status kami yang berbeda. Aku majikan dan dia pembantu, padahal dalam segalanya Wasti betul-betul seorang gadis yang mulus kecantikannya. Dibandingkan dengan wanita-wanita cantik yang kukenal belakangan, Wasti pun tidak kalah indahnya. Tapi itulah yang namanya pertimbangan status padahal akhirnya aku toh bertemu lagi dan membuat hubungan yang lebih jauh dengannya.<br />Di kampungnya Wasti dinikahi Ardi seorang pemuda tetangganya, dia sempat beberapa bulan hidup bersama tapi ketika Ardi yang lulusan Akademi Teknik, minta ijin selama setahun karena mendapat pekerjaan sebagai TKI di suatu negara Arab, Wasti praktis hidup sebagai janda sendirian. Begitu, untuk mengisi waktunya dia juga meminta ijin agar bisa mencari pekerjaan tambahan dan dia pun teringat kepadaku karena aku memang pernah menjanjikan hal itu kalau dia ingin mendapat tambahan pencaharian. Ardi setuju karena aku sudah bukan asing bagi mereka, maka sesaat sebelum Ardi berangkat ke Arab dia ikut mengantar Wasti meminta pekerjaan padaku.<br />Kedatangan Wasti untuk menawarkan tenaganya tentu saja tidak bisa kutolak tapi untuk tinggal bersama di rumah sewaanku jelas akan mengundang kecurigaan orang, dia pun kutawarkan tinggal sambil bekerja di sebuah tempat usahaku. Kebetulan aku memang mengusahakan sebuah Panti Pijat yang sebetulnya dimodali Oom Rony, sehingga kehadiran Wasti bisa membantu mewakili aku sebagai orang kepercayaanku dalam mengawasi tempat pijat itu. Wasti langsung setuju tapi waktu suaminya sudah berangkat meninggalkan dia barulah dia berkomentar bingung soal pekerjaan itu.<br />“Tapi.., aku bener nggak disuruh kerja mijet Mas?” katanya agak keberatan dengan tugas yang belum dimengertinya itu.“Ya enggak dong, kamu di sana Mas kasih tugas utama sebagai pengawas tempat itu. Kalau soal mau belajar mijet sih boleh-boleh aja, malah bagus supaya Mas bisa kebagian rasanya juga,” kataku sambil tersenyum menggoda.“Ngg.. gitu nanti ada yang ngajakin tidur aku, gimana Mas..?”“Boleh, tapi minta ijin Mas dulu. Yang jelas Mas dulu yang pakai baru boleh dikasih yang lain,” kataku tambah menggoda lebih jauh.Di sini Wasti langsung mesem malu-malu, tapi begitupun senang dengan tawaranku untuk mewakili aku mengawasi usaha tempat pijatku. Dia kuberi kamar di rumah yang kukontrak untuk usaha pijat itu tapi secara rutin seminggu dua kali dia datang membantu membersihkan rumahku dan mengambil baju-baju kotorku untuk dicucikannya.<br />Begitulah dengan adanya Wasti yang seolah-olah membawa keberuntungan bagiku, usahaku pun semakin bertambah ramai. Apalagi dia yang semula hanya bertindak sebagai tuan rumah setelah mulai belajar teknik memijat dan mulai mempraktekkan kepada tamunya, semakin banyak saja mereka yang datang mem-booking Wasti. Antri para tamu itu hadir dengan niat ingin mencicipi asyiknya pijatan sambil tentunya berusaha merayu agar bisa menikmati lebih dari sekedar pijatan si manis Wasti ini. Tetapi mereka belum sampai ke situ karena di bulan kedua kehadiran Wasti baru kepadakulah yang paling dekat dengannya saat ini, dia memberikan keistimewaannya.<br />Karena sudah pernah ada hubungan sebelumnya maka mudah saja bagiku untuk membuat kelanjutan intim dengannya, cuma saja setelah beberapa lama baru terpikir olehku untuk mencicipi dia. Waktu itu aku terserang muntaber dan sempat seminggu aku terbaring di rumah sakit dengan ditunggui bergantian oleh Wasti dan Indri kakak perempuanku yang sengaja datang dari Jakarta untuk mengurusi sampai dengan kesembuhanku. Keluar dari rumah sakit dan setelah melihat aku sudah mendekati pulih kesembuhanku, Indri pun kembali lagi ke Jakarta dengan meninggalkan pesan pada Wasti untuk tetap mengurusi sampai aku betul-betul sembuh. Lewat lagi dua hari tenagaku kembali pulih seperti semula tapi seiring dengan itu mulai timbul lagi tuntutan kejantananku dan kali ini aku berencana akan menyalurkannya pada Wasti sebagai sasaranku yang paling dekat denganku saat itu. Ini karena aku selama dirawat olehnya merasa lebih akrab perasaanku dan berhutang budi sekali padanya.<br />“Tau nggak Was? Apa yang pertama-tama mau Mas bikin kalau udah sembuh bener dari sakit ini?” tanyaku mengajak dia ngobrol menjelang kesembuhanku.“Apa tuh kira-kira Mas?”“Mas kepengen begini..” kataku sambil memberi tanda ibu jari dijepit telunjuk dan jari tengahku.Wasti langsung ketawa geli mendengarnya.“Hik, hik, hik.. Mas Dony yang dipikir kok itu dulu. Emang puasa berapa hari ini udah kepengen banget sih?”“Justru itu, kepingin sih jangan bilang lagi tapi coba tebak siapa nanti yang bakal Mas ajak tidur?”“Hmm siapa ya? Mas sih banyak ceweknya mana Wasti tau siapa orangnya?”“Orangnya ya kamu Was.”“Ngg kok malah aku, kan masih banyak yang cakep lainnya Mas..” Wasti kontan tersipu-sipu malu seolah tidak percaya denganku.“Yang Mas pilih emang kamu kok, sementara jangan dulu dikasih ke yang lainnya ya!” kataku sambil menarik dia mendekat kepadaku.“Kasih siapa Mas, kan katanya harus ijin Mas dulu?”“Makanya itu nanti Mas yang pakai dulu. Kasih Mas ya?”Kali ini kususupkan tanganku ke selangkangannya mengusap-usap bukit kemaluannya dan diterima Wasti dengan mengangguk sambil menggigit bibir malu-malu.<br />Dia sudah bersedia dan ketika tiba saatnya, aku sengaja mengajaknya keluar menginap di hotel karena aku ingin betul-betul bebas berdua dengan dia. Maklum di rumah sewaanku masih kukhawatirkan Indri ataupun keluargaku dari Jakarta akan muncul sewaktu-waktu sehingga tidak terlalu aman rasanya. Segera aku pun bersiap-siap dan membuka lemari untuk mengambil uang tapi ide nyentrikku mendadak timbul ketika terpandang sweaterku yang tergantung di situ. Kuminta dia memakai sweater itu tapi tanpa mengenakan apa-apa lagi di balik itu, ini memang diturutinya tapi sambil meringis geli ketika sudah naik ke mobil duduk di sebelahku.“Mas ini ada-ada aja, masak aku cuma disuruh pakai kayak gini sih?”“Kamu biar cuma pakai gini tetep keliatan manis kok Was,” kataku membesarkan hatinya.“Tapi kan lucu Mas, di atasnya anget tapi di bawahnya bisa masuk angin..”“Maksud Mas Donny begini supaya pemanasannya bikin cepet tambah kepengennya. Sambil nyupir gampang megang-megangin kamu..” jelasku dengan menjulurkan tangan ke selangkangannya sudah langsung merabai liang kemaluan telanjangnya.<br />Wasti tersipu-sipu tapi toh menurut juga ketika aku meminta dia menaikkan kedua kakinya ke atas jok sehingga liang kemaluannya lebih terkangkang lebar, lebih leluasa tanganku bermain di situ. Dia dari sejak dulu memang tidak pernah membantah apapun permintaanku. Mengusap-usap bukit yang cuma sedikit ditumbuhi bulu-bulu kemaluannya serta meremas-remas pipi menggembung dari bagian kewanitaannya yang menggiurkan ini, terasa kenyal daging mudanya itu. Dipermainkan begitu tangannya otomatis terjulur ke kemaluanku membalas memegang seperti dulu ketika dia masih sering bermain-main dengan milikku, tapi cuma sebentar karena segera dicabut lagi.“Lho kenapa nggak diterusin?”“Nggak ah, nanti keburu muncrat duluan. Mas kan udah puasa beberapa hari pasti sekarang udah kentel susunya, kan sayang kalau keburu tumpah di luar nanti Wasti nggak kebagian.”“Lho kan dipanasin dulu botolnya nggak apa-apa. Siapa tau kelewat kentel malah nggak mau netes airnya nanti?”“Masak nggak mau keluar Mas?”“Oh iya lupa, kalau diperes-peres pakai lubang sempit ini memang pasti keluar sih. Tapi sambil dikocokin yang enak nanti ya?”<br />Rangsangan selama perjalanan sudah mulai memanaskan gairah birahi kami, ketika tiba di hotel kelanjutannya semakin membara lagi. Di hotel yang kupilih, Wasti sudah kusuruh masuk ke kamar duluan sementara aku masih menutup pintu mobil sebelum kususul dia di situ. Kubuka sekalian bajuku hingga telanjang bulat sementara dia masih berlutut di sofa yang menempel dekat jendela, pura-pura memandang ke luar mengintip lewat gordyn jendela. Segera aku merapat dari belakangnya langsung membuka sweater satu-satunya penutup tubuhnya, begitu sama telanjang bulat kupeluk dia merapatkan punggungnya ke dadaku dan mulai mengecupi lembut lehernya dengan diikuti kedua tanganku bermain masing-masing meremasi susu dan bukit kemaluannya.“Maass.. botolnya kerasa udah keras bener..” katanya mengomentari kemaluanku yang sudah mengencang menempel di atas pantatnya.“Iya, udah ngerti dia sebentar lagi bakal ditumpahin isinya ke lobang ini,” jawabku singkat.<br />Kupondong dia dan membaringkan di atas tempat tidur langsung kudekap dan mencumbui dengan kecupan-kecupan seputar wajahnya dan usapan-usapan tangan di sekujur tubuhnya. Kenangan lama terungkit, gemas-gemas sayang rasanya dengan tubuhnya yang mulus lagi cantik ini. Ingin kulampiaskan emosi nafsuku tapi seperti takut dia kesakitan oleh tenagaku, jadinya setengah keras setengah tertahan serbuanku. Remasan tangan kuganti saja dengan permainan mulutku, tanpa menghentikan kecupanku yang mulai kujalari menurun ke leher menuju ke buah dadanya. Wasti selain mulus bersih juga tidak berbau keringatnya sehingga enak untuk kucium-ciumi dan kujilat-jilati. Tiba di bagian susunya, kedua bukit daging yang putih membulat bagus lagi kenyal ini segera kukecap dengan mengisap berganti-ganti masing-masing pentilnya. Mengenyoti bagian puncaknya, kungangakan lebar-lebar mulutku serasa ingin memasukkan banyak-banyak daging menonjol itu agar dapat kusedot sepuas-puasnya. Di dalam mulutku lidahku berputaran menjilati pentilnya, menggigit-gigit kecil membuat dia mengerang dalam geli-geli senang.<br />“Ssh ahngg.. geli Mass..” suaranya merengek manja membuat aku semakin gemas bergairah. Air mukanya mulai merah terangsang karena sambil begitu aku juga menambahi dengan mempermainkan liang kemaluannya. Menggosok-gosok klitorisnya dan mulai mencucukkan satu jariku mengoreki bagian mulut lubangnya. Ada satu yang istimewa dan menyenangkatu yang istimewa dan menyenangkitu dia mempunyai klitoris jenis besar yang jarang kujumpai pada kebanyakan kemaluan-kemaluan perempuan. Aku sudah lama mengenal bagian ini tapi masih juga seperti penasaran membawa aku merosot ke bawah untuk memperhatikannya lebih jelas.“Ihh.. Mas ini mau ngeliat apa sih..?”Wasti rupanya kikuk malu dengan perobahan mendadakku. Tangannya bergerak ingin menutup bagian itu tapi cepat kusingkirkan.“Kok mau ditutup sih, kan Mas kangen pengen ngeliat itil gedemu kayak dulu Was?”“Hngg.. punyakku jelek kok mau-maunya diliat sih Mas..?”“Kamu keliru, justru yang begini disenengin orang laki soalnya jarang ada..”“Aaah Mas Dony menghibur ajaa. Apanya disenengin, jadi ketawaan malah..”“Lho Mas sendiri udah keliling banyak cewek belum pernah dapet yang gini. Udah denger cerita dari orang-orang baru Mas penasaran lagi sama kamu Was..”“Ngg abiiss Mas nggak dulu-dulu ngambilnya.. Sekarang udah keburu diambil Kang Ardi duluan baru Mas minta, kan Wasti nggak tega ngasihnya kalau udah bekas-bekas Mas..” timpal Wasti dengan air muka membayangkan kecewa.Melihat ini buru-buru aku menghibur.“Tapi nggak apa, biarpun gitu Mas Dony juga tetep seneng sama kamu kok. Sini Mas bikinin buat kamu.”<br />Tanpa menunggu jawabannya aku langsung menunduk dan menyosorkan mulutku di celah itu. “Adduh Mass, Wasti nggak mau gitu..!” Kaget dia, ingin mencegah tapi kedua tangannya sudah lebih dulu kupegangi masing-masing tanganku. Sesaat dia membelalak seolah tidak percaya aku mau bermain begini dengannya tapi sebentar kemudian terhempas kepalanya mendongak dengan dada membusung kejang ketika tersengat geli kelentitnya kujilat dan kugigit-gigit kecil. Sebentar kubiarkan dia tenggelam dalam nafsu berahinya sampai terasa cukup baru kulepas permainan mulutku. Karena sudah lebih dulu kuhisap kemaluannya maka ketika aku meminta dia sekarang menghisap batang kemaluanku langsung diikutinya dengan senang hati. “Nggak usah lama-lama Was, kasih ludah aja biar Mas masukin sekarang..” kataku untuk tidak berlarut-larut dulu dalam permainan pembukaan ini. Wasti cepat mengikuti permintaanku dan sebentar kemudian dengan bantuan tangannya aku sudah menyusupkan batang kemaluanku masuk di liang kemaluannya. Begitu terendam kutahan dulu untuk menurunkan tubuhku menghimpit mendekapnya, mengawali dengan kecupan mesra di bibirnya untuk mengembalikan rangsang nafsunya yang sempat menurun oleh suasana tegang sewaktu menyambut batangku. Memang baru pertama kali buat dia tapi terasa ada kerinduan yang dalam baginya sehingga terasa hangat sambutannya.<br />Nikmatnya jepitan liang kemaluan mulai terasa meresap, maklum, biasanya belum sampai 4 hari saja aku pasti sudah ngeluyur untuk mencari partner isengku. Dengan sendirinya senggama penyalur kerinduanku saat ini ingin kurasakan dengan senikmat-nikmatnya tanpa perlu terburu-buru. Kebetulan lagi partnerku ini termasuk barang baru yang muda lagi menggiurkan, jadi harus kuresapi asyiknya detik demi detik agar betul-betul mendapatkan kepuasan penyaluran yang maksimum. Setelah merasa cukup meresap asyiknya rendaman batang kemaluan dalam hangat liang kemaluannya, aku pun mulai memainkan batangku memompa pelan-pelan mencari nikmatnya gesekan batang. “Ssshh Waas.. enak sekali memekmu.. sempitt rasanyaa..” Baru dua-tiga gesekan saja aku sudah gemetar memuji rasa yang kuterima. Mukaku jadi tegang serius saking asyik diresap nikmat, bertatapan sayu dengan matanya yang sama mesra namun tergambar sinar senang dan bangga di situ.<br />Makin kupompa makin meluap nikmatnya apalagi Wasti mulai menambahi dengan memainkan liang kemaluannya mengocok lewat putaran pinggulnya. “Adduu Waass.. pinterr kammu ngocokknyaa.. tapi Mas kepengenn cepet keluarr diginiinn.. ssh mm..” Sudah terbata-bata suara gemetarku bukan asal memuji tapi memang cepat saja aku dibuat tidak tahan oleh bantuan putaran kemaluannya. Kepala batangankan kemaluannya. Kepala batangankukkan cairan mani terkumpul di situ tinggal menunggu waktu untuk disemburkan saja. Segera Wasti kudekap lagi dengan sebelah lengan di lehernya sedang sebelah lagi menahan pantatnya, aku pun mengganti gerakan tidak lagi menggesek tapi memutar batanganku dan menekan dalam-dalam sambil mengajak dia bercium melumat hangat. Wasti menyambut ajakanku dengan balas mendekap, kedua kakinya naik membelit pinggangku erat-erat. Seperti mengerti kalau batang kemaluanku sudah dikorek dalam-dalam berarti aku ingin mengajak dia berorgasme bersama-sama. Dia pun tidak menahan-nahan lagi.<br />“Ayyo Wass.. Mass keluarinn yaa..?”“Iyya, iyaa Mas.. sama-sama..”“Hhaaghh..! dduhhss.. adduhh Wass.. Mass kelluarr.. sshhgh.. ahhgh.. hghh.. aah .. aahshg duuh.. hoh.. hngg hmm..”Baru saja ajakan berorgasmeku disahut Wasti aku pun sudah meledak mengaduh tiba di puncak kepuasanku. Bukan main! semprotan cairan maniku serasa dahsyat menyembur-nyembur, menumpahkan seluruh kerinduanku sepertinya panjang dan lama sekali diperas-peras oleh pijatan kemaluannya sampai dengan tetesan yang terakhir. Aku sendiri tidak memperhatikan lagi bagaimana partnerku ini ikut berorgasme karena bola mataku sudah terbalik saking nikmatnya aku berejakulasi. Luar biasa, jujur kukatakan bahwa inilah saat orgasme yang paling enak sejak aku mulai bisa bersetubuh dengan perempuan. Kerinduan birahi nafsuku yang tertunda cukup lama menurut ukuranku ini betul-betul mendapatkan penyalurannya yang memuaskan sekali. Begitu puasnya sehingga ketika tubuhku melemas Wasti masih tetap kupeluki dan kukecupi bertubi-tubi seputar wajahnya diikuti pujian tanda senangku.<br />“Minn, Was.. kamu kok enak skali sih.. Mas Dony rasanya puas bener numpahin kepengennya sama kamu..”“Enak nggak main sama Wasti, Mas?” masih dia bertanya manja namun dengan nada bangga di situ.“Hmmsshh eenaak bener deh.. Ini ibarat lagi laper-lapernya dikasih kue enak langsung pas bener kenyangnya.”Wasti tertawa senang.“Wasti sendiri juga puas Mas diminumin susu kentelnya Mas Dony..” katanya sambil membalas mengecupi bibirku.<br />Berlanjut lebih jauh tentang Wasti, ada suatu pengalaman Wasti yang ingin kuceritakan di sini sejak dia bekerja di panti pijatku, yaitu tentang keintimannya dengan Oom Rony. Oom Rony memang doyan dipijat tapi merasakan dipijat seorang perempuan muda dia tidak pernah karena maklum dia takut dicurigai orang kalau pergi ke panti-panti pijat, selain itu Tante Yosi istrinya galak dan ketat mengawasinya. Maka ketika suatu kali dia kubawa ke sebuah panti pijat secara sembunyi-sembunyi Oom Rony langsung ketagihan. Itu sebabnya waktu kuusulkan untuk bekerja sama mengusahakan sebuah panti pijat milik temanku yang hampir bangkrut, Oom Rony segera setuju menyertakan modalnya atas namaku. Dengan begitu dia bisa menyalurkan kesenangannya dipijati gadis-gadis muda karena cuma beralasan pergi denganku saja baru Oom Rony bisa aman tidak dicurigai Tante Yosi. Kami berdua diketahui Tante Yosi sering pergi memancing sebagai salah satu hobby kami. Dari mulai sekedar dipijat ternyata mulai meningkat kepingin beriseng dan gadis pemijat yang diincarnya justru Wasti. Alasannya karena Wasti sudah dikenalnya sebagai orang dalam di rumahku sehingga dia yakin Wasti tidak akan menuntut apa-apa padanya. Aku sendiri semula tidak mengira kalau perkembangan pijat-memijat itu jadi semakin jauh. Hal ini baru kuketahui ketika suatu sore Mas Didik sopir sekaligus orang kepercayaan Oom Rony datang menjemput Wasti yang kebetulan sedang membersihkan rumahku, kudapati Wasti gelisah dan kurang enak air-mukanya.<br />“Mas, bilang aja aku sekarang udah nggak bisa, udah pulang kampung, lalu Mas nawarin temen-temen lain aja..” katanya membujuki aku di kamar sementara Mas Didik menunggu di ruang tamu.“Lho tadi Mas ditelepon Bapak memang bilang kamu ada di sini kok, emang kamu kenapa..? lagi capek ya mijetin Bapak sekarang? Kalau capek nanti Mas yang ngomongin,” kataku menawarkan.Bapak adalah menurut sebutan Wasti kepada Oom Rony.“Nggak gitu Mas, tapi..” di sini dia berat untuk meneruskan dan memandangiku dengan malu-malu takut.<br />Aku paham ada sesuatu yang disembunyikan dan kubujuk dia dengan lembut sampai akhirnya Wasti pun mengaku bahwa meskipun sudah sering memijat tapi baru belakangan ini Oom Rony terangsang untuk mengajak Wasti ber-”iseng”. Permintaan ini berat karena Wasti merasa kikuk dan sungkan sekali kepada Oom Rony dan untuk itu dia berusaha menolak dengan yang terakhir kali dia memberi alasan sedang haid. Jelas alasan yang begini cuma mengulur waktu saja sehingga untuk yang berikut ini Wasti merasa tidak bisa menolak lagi. Itu sebabnya dia jadi gelisah serba salah terhadapku. Mendengar sampai di sini aku cuma tersenyum membuat Wasti jadi lega. Memang, baik aku maupun dia sebenarnya sama mengerti bahwa Oom Rony sebagai laki-laki wajar kalau sesekali kepengen ber-”iseng” di luaran. Cuma saja bagi Wasti dia berat karena dia takut aku tersinggung dan marah kepadanya. Begitu, agak beberapa saat kami terdiam mencari jalan keluar tapi akhirnya kuanjurkan Wasti untuk memberi saja.<br />“Iddihh Mas Dony kok malah nyuruh ngasih, gimana sih?!” nadanya terdengar agak kurang enak dengan usulku.“Gini Was, kamu kan ngerti kalau Bapak susah mau ‘ngiseng’ begini di luaran. Kebetulan bisa ketemu kamu yang udah dianggap deket bisa nyimpan rahasia, kan nggak apa-apa kalau diikutin sekali-sekali. Dijamin deh Mas Dony nggak marah soal ini.”Mendengar dari aku sendiri yang berbicara seperti itu hanya membuat dia terdiam berpikir sebentar tapi kemudian menyetujui anjuranku. Setelah mendapat ijin khusus dariku Wasti pun bersedia untuk pergi memijat Oom Rony di hotel tempatnya menginap. Hotel itu adalah tempat rahasia Oom Rony dan tidak ada yang tahu kecuali Mas Didik yang membawa ke situ.<br />Kami bertemu lagi keesokkan harinya di panti pijat, rasa penasaran kubawa dia ke sebuah kamar untuk mendengarkan pengalamannya dengan Oom Rony sambil meminta dia memijati aku. Wasti yang ditanya soal semalam langsung menyembunyikan muka malunya di dadaku belum langsung menjawab.“Lho kok masih berat nyeritainnya, kan Mas udah ngasih ijin? Gimana, kesannya asik atau nggak kan Mas kepengen tau?” tanyaku mendesak terus.“Kesannya.. Aaa.. maluu aku Maass..!”Wasti menjerit malu makin membenamkan wajahnya ke dadaku. Kutunggu beberapa saat sampai malunya mereda barulah dia mau bercerita pengalamannya malam tadi.<br />Seperti yang sudah dibayangkan Wasti, baru saja memijat sebentar bagian punggung Oom Rony sudah berbalik minta dipijat bagian depan. Di situ sambil mengambil tangan Wasti untuk memijati seputar selangkangannya dia mulai memancing-mancing jawaban Wasti tentang kesediaannya untuk memenuhi ajakan ber-”iseng”-nya waktu itu. Wasti meskipun merasa sudah tidak ada yang diberati tapi masih kikuk untuk mengiyakan langsung. Dia hanya menggigit bibir malu-malu meskipun begitu tangannya bekerja juga menyusup di balik handuk yang dikenakan Oom Rony dan segera memijat daerah selangkangan yang dimaksud untuk merangsang kejantanannya. Jelas cepat saja batang itu naik menegang.<br />“Ihhng.. cepet bener bangunnya Bapak punya..” katanya mengomentari batang kemaluan kencang Oom Rony di genggamannya.“Makanya itu, biar nggak tambah penasaran sebaiknya diselesaikan sama kamu Was?” jawab Oom Rony sambil merayapkan tangannya dari belakang pantat Wasti menyusup mengusapi tengah selangkangannya.“Mmm.. tapi mesti dilicinin dulu Pak..” lagi-lagi Wasti tidak menjawab langsung, hanya mengambil cream pemijit dan melumuri seputar batang itu agar menjadi licin.Sekarang Oom Rony mengerti bahwa Wasti sudah bersedia menyambut ajakan ber-”iseng”-nya, dia beraksi lebih dulu membuka belitan handuk yang dipakainya.“Kalau gitu ke sini aja supaya nggak habis waktunya. Ayo buka dulu bajumu terus naik sini Nduk!” kata Oom Rony terburu-buru saking senangnya.Wasti berhenti dan mengikuti permintaan Oom Rony untuk segera membuka bajunya. Tapi meskipun sudah terbiasa bertelanjang bulat di depan lelaki, tidak urung dengan majikan besarnya ini Wasti merasa kikuk sekali. Lebih-lebih waktu ditarik berbaring bersebelahan disambut masuk dalam pelukan Oom Rony yang langsung menyerbu dengan remasan gemas dan ciuman bernafsu di seputar lehernya, Wasti jadi risih karena merasa tidak pantas dengan besarnya perbedaan status di antara kedua mereka.<br />Sekalipun sudah dicoba memejamkan mata dan menghayalkan dia sedang digeluti salah seorang langganan “Oom Senang”-nya tapi tetap saja terbawa sebagai majikan besar ini sulit hilang, sehingga Wasti seperti kaku tidak berani bergaya manja-manja genit. Padahal Oom Rony sudah tidak perduli soal status dan jabatannya, juga tidak perduli dengan status lawan mainnya. Yang dia tahu saat itu ialah si gadis pembantu yang cantik ini begitu menggiurkan dalam penampilan polosnya sehingga Oom Rony yang sedang mendapat kesempatan menggelutinya pun tambah lebih bersemangat lagi.<br />Dari mulai kedua susunya, sudah habis-habisan masing-masing daging kenyal yang bulat montok itu diremasi dan disosor rakus mulut Oom Rony. Disedot-sedot bagian puncaknya sam-bil dikulum pentilnya digigit-gigiti kecil membuat Wasti menggelinjang kegelian, begitu juga seputar tubuh si cantik sudah rata dijelajahi rabaan tangan Oom Rony yang sibuk penasaran. Mendarat di selangkangannya bukit daging setangkup tangan itu pun diremasi gemas, jarinya mengukiri celah hangat mengiliki kelentit dengan gemetar bernafsu. Semakin Wasti meliuk erotis semakin merangsang nafsu Oom Rony sampai akhirnya dia tidak tahan berlama-lama lagi. Dia pun berhenti dan segera mengambil ancang-ancang untuk mulai menyetubuhi Wasti. Menangkap bahwa Wasti mungkin masih kikuk dengannya, Oom Rony meminta Wasti berbalik agar dia bisa memasuki dari arah belakang. Ini diikuti Wasti tapi belkang. Ini diikuti Wasti tapi belOom Rony sudah merapat menepatkan sendiri ujung batang kemaluannya dan langsung menekan masuk.<br />“Tapi.. lho, lhoo, lhoo..?!” Wasti sampai menjengkit dengan meringis bengong karena dia merasakan suatu kesalahan tusuk pada lubangnya. Bukan di lubang kemaluan tapi justru lubang anusnya yang disodok batang itu. Dan konyolnya baru saja dia akan memperbaiki sudah keburu keluar komentar Oom Rony. “Ssshhmm.. enakk Waass.. sempit sekali punyakmuu hhshh..” baru terjepit sudah langsung dipuji rasanya. Wasti jadi urung membetulkan karena dia kuatir Oom Rony tersadar dan malu hati, malah hilang selera nafsunya dan batal meneruskan permainan. Biar saja, mumpung suasana kamar remang-remang gelap mudah-mudahan sampai dengan selesai Oom Rony tidak menyadari kekeliruannya. Syukur, Oom Rony memang kelihatan bernafsu sekali terasa dari sodokannya yang gencar dengan tubuh gemetaran persis seperti anjing sedang dalam siklus birahinya. Maklum, dia betul-betul lapar sekali menyetubuhi partner muda seperti ini. Dan melihat ini Wasti menambahi dengan bantuan goyangan pinggulnya mengocok batang itu, maka tidak berlama-lama lagi sebentar kemudian terdengar tenggorokan Oom Rony menggeros tersendat-sendat ketika dia berejakulasi memuntahkan cairan maninya. Itulah apa yang dialami Wasti ketika melayani Oom Rony semalam.<br />“Tapi urusannya sekarang gimana nih, semalem yang ini dipakai juga nggak, kalau nggak biar Mas Dony yang ngisi sekarang?” tanyaku menggoda sambil menyusupkan tanganku meremas langsung kemaluan telanjangnya. Wasti memang selalu bertelanjang bulat jika memijati aku.“Main yang keduanya memang dipakai juga, tapi biarpun gitu asal yang mau ngasih lagi Mas Dony sendiri tetep aja Wasti penasaran Mas..” jawabnya dengan mulai bermain di kemaluanku.“Kalau gitu pertamanya pakai yang depan dulu ya? Abis itu baru masukin yang di belakang, soalnya Mas Dony juga jadi nafsu deh denger ceritamu barusan.”<br />Wasti hanya mengangguk tersipu-sipu menyetujui permintaanku. Memang, permainan anus ini dipelajarinya dariku, jadi meskipun awalnya dulu dia kerepotan dengan batang kemaluanku tapi sekarang sudah terbiasa dengan ukuranku. Tanpa menunggu lagi dia pun segera mengencangkan batang kemaluanku. Dengan tekniknya yang terlatih dia pun mengerjai batangku. Mula-mula dilocoki pelan dengan genggaman tangannya sampai setengah menegang, setelah itu diteruskan dengan kerja mulutnya yang mengulum dan mengisap, baru setelah tegang kaku dia pun memasang dirinya untuk siap kusetubuhi. Kalau sudah sampai di sini permainan asyik pun berlangsung sebagaimana yang sering kami lakukan berdua. Yaitu seperti keinginanku, mula-mula kuresapi pijatan lubang kemaluannya di batang kemaluanku tapi ketika menjelang tiba ejakulasiku, barulah kupindahkan ke lubang anus untuk menyelesaikan permainan dengan menyembur-nyemburkan cairan maniku di situ.<br />Rupanya Oom Rony setelah mendapatkan Wasti bukan sekedar ketagihan lagi tapi lebih dari itu dia ingin berlanjut memelihara Wasti sebagai “gendak” peliharaannya. Kedengarannya enak buat Wasti tapi begitupun dia selalu minta pendapatku dulu. Setelah berunding denganku akhirnya kuberi jalan bahwa Wasti bersedia tapi hanya selagi suaminya masih belum pulang saja. Syarat ini disetujui Oom Rony dan begitulah Wasti langsung menghilang dari Panti Pijat tanpa ada yang tahu karena sebenarnya dia sedang bersembunyi di rumah yang disewakan Oom Rony untuknya. Akan tetapi sekalipun suaminya sudah ada, hubungan Oom Rony dengan Wasti tetap berlanjut yaitu Oom Rony secara rutin memanggil Wasti dengan alasan minta dipijati. Pasalnya Wasti semenjak dipelihara sebagai langganan kesayangan Oom Rony kehidupannya bisa terjamin dimana Wasti diberi modal untuk membuka sebuah usaha percetakan. Ini dianggap hutang budi bagi Ardi karena setelah pulang dari Arab Ardi tidak medapat pekerjaan lagi sehingga keluarga ini tergantung nafkahnya dari usaha percetakan itu.<br />Berlanjut pada hubungan itu mulanya Wasti dipanggil ke hotel seperti biasa tapi karena yang begini lama-lama justru mengundang kecurigaan Ardi maka Wasti mengusulkan sebaiknya Oom Rony datang ke rumahnya saja. Dengan berlaku seolah betul-betul akan dipijati tapi diam-diam berhubungan badan, cara begitu malah aman tidak akan dicurigai siapapun. Oom Rony menimbang-nimbang ternyata usul Wasti benar dan begitulah hubungan unik ini berlangsung justru seperti dilindungi oleh Ardi. Awalnya waktu siang itu sementara kedua suami istri sibuk melayani percetakan di bangunan sebelah, Wasti memberitahu Ardi bahwa hari ini adalah jadwal pertama kedatangan Oom Rony, dia pun meminta tolong suaminya meneruskan pekerjaannya sendirian karena dia sebentar lagi akan menerima langganan tetapnya itu. Ardi pun mengangguk dan mengambil alih tugas itu, “Udah tinggal aja Was biar Mas yang ngurus. Kamu cepet aja ganti baju nanti Oom Rony keburu dateng,” begitu jawab Ardi.<br />Wasti pun bergegas masuk ke rumah untuk mempersiapkan diri, dia bisa lega untuk menerima Oom Rony yang datang sesuai jam yang dijanjikan. Singkatnya begitu Oom Rony muncul sudah langsung diajak ke kamar tidurnya, di sini mau tak mau perasaannya agak kurang tenang juga karena baru pertama inilah dia berterang-terangan melakukan kegiatan di rumahnya sendiri, tapi perasaan ini mulai terlupa ketika sebentar kemudian Oom Rony mulai sibuk merangsang mengecapi sekujur tubuhnya. Terus terang, kalau bukan karena uangnya sebenarnya bagi Wasti dari penampilannya laki-laki gemuk pendek lagi botak ini sama sekali tidak menarik ataupun menerbitkan seleranya. Tapi untungnya selain uangnya cukup royal, juga cara bermain seksnya bisa juga memuaskan Wasti sehingga Wasti cukup senang melayaninya. Cara merangsang mulutnya yang rakus diikuti menjilat-jilat rata sekujur tubuhnya mula-mula memang kurang “sreg” bagi Wasti kalau masih memulai pembukaan dari bagian atas. Agak jijik rasanya dengan ludah Oom Rony yang melengket di seputar wajahnya. Tapi kalau sudah menurun ke bawah baru terasa ada keasyikan yang membawa dia naik dalam birahinya. Cuma perlu sering diingatkan karena laki-laki ini suka kelewat gemas. “Aahss Paakk.. jangan digigit keras-keras.. sakitt..” merintih Wasti tapi dengan muka geli senang, menahan kepala Oom Rony kalau terasa puting susunya tergigit agak sakit.<br />Oom Rony sadar lagi, buru-buru menekan emosinya untuk mencoba lebih halus, tapi biasanya tidak lama karena sebentar kemudian sudah terlupa lagi dia untuk kembali menggigiti gemas sekujur tubuh Wasti. Wasti sering kewalahan, biarpun sudah merengek-rengek dia dengan menggeliat-geliat meronta-ronta menolaki kepala botak Oom Rony dengan maksud ingin menghindari tapi Oom Rony malah tambah bernafsu kepada perempuan yang gayanya makin genit merangsang ini. Tambah bertubi-tubi dia menyerbu Wasti. Mau tak mau Wasti mengalah, sudah hafal dia kalau belum puas membuat mengenyoti gemas di bagian susunya, belum berpindah Oom Rony dari situ. Tapi kalau sudah bergeser ke bawah, caranya pun serupa juga. Tidak hanya di atas, yang di bawah inipun dia sama rakusnya. Malah lebih lagi. Sebab tidak perduli kemaluan Wasti entah berapa orang yang sudah memakai, dia tetap bernafsu sekali menghisap dan menjilat-jilat sambil menyosorkan mukanya tersembunyi di selangkangan Wasti.<br />Wasti sendiri memang senang dirangsang begini, cuma lagi-lagi kalau terasa geli menyengat membuat dia refleks menolaki kepala Oom Rony, akibatnya sama, gigitan-gigitan gemas langsung mendarat di bagian seputar bukit kemaluannya. Malah lebih bertubi-tubi karena Oom Rony lebih bernafsu dengan bukit kemaluan Wasti yang baginya begitu menggiurkan sekali karena Wasti sering mencukuri bulu-bulu kemaluannya agar lebih merangsang langganannya. Jadi kalau bisa digabungkan suara-suara yang sedang terjadi, maka di bangunan sebelah suara riuh pegawai-pegawai percetakan yang sedang sibuk bekerja sambil bercanda akan berpadu rengekan manja sang majikan perempuan dalam kamar yang sedang merasa keenakkan bercanda dengan kemaluannya dikerjai mulut Oom Rony. “He.. hehngg.. aahss diapain gittu.. gellii iihh..” merengek-rengek kegelian dia kalau terasa ujung lidah Oom Rony berputaran menjilati klitoris sesekali menyodok-nyodok pendek di pintu lubang kemaluannya, atau juga kalau gigitan-gigitan kecil Oom Rony di bibir dalam kemaluannya terasa seperti ditarik-tarik ke atas. Kepala botak Oom Rony yang menempel di selangkangannya dipermainkan seperti bola, kadang didekap diusap-usap kalau merasa keenakkan atau kadang ditolaki kalau geli terlalu menyengat.<br />Tapi Wasti tidak hanya bisa menerima, dia juga pintar memberi “asyik” pada lawan mainnya karena inilah salah satu yang membuat dia juga jadi perempuan kesayangan langganannya itu. Sebentar kemudian bertukar permainan dengan Wasti sekarang yang ganti menghisap batang kemaluan Oom Rony. Dengan pengalamannya yang banyak Wasti tahu persis bagaimana menyenangkan lelaki lewat permainan mulutnya. Teliti dan cukup lama dia menjilati sepanjang batang, menghisap-hisap kepala bulatnya, melocoknya sekaligus dan mengenyot-ngenyot kantung zakarnya membuat batang kemaluan Oom Rony yang tadi setengah mengeras sekarang bangun mengencang. Merasa sudah cukup barulah keduanya tiba di babak senggama. Kembali Wasti mulai merasakan asyiknya bagian lubang kemaluannya dikerjai, kali ini disogok-sogok batang kemaluan Oom Rony. Ini yang dibilang meskipun tampangnya tidak “sreg” tapi Oom Rony cukup menyenangkan Wasti. Memang tidak besar tapi batang kemaluan lawannya ini cukup bisa bertahan lama kerasnya untuk Wasti terikut sampai di kepuasannya. Itu juga sebabnya meskipun di babak awal pembukaan rangsangan Oom Rony kurang disukai Wasti tapi kalau sudah sampai di bagian ini Wasti cukup senang bersetubuh dengan langganannya yang royal memberi uang itu. Terbukti mimik mukanya berseri cerah memainkan kocokkan lubang kemaluannya mengimbangi tarik tusuk batang kemaluan Oom Rony menggesek ke luar masuk lubangnya.<br />Seirama dengan bunyi “mencicit” putaran roda mesin cetak yang seolah kurang pelumasan di bangunan sebelah, di kamar ini papan tempat tidur pun bergerit oleh gerak putaran kemaluan Wasti mengocok batang kemaluan Oom Rony. Keduanya justru kebanyakan dilumas karena semakin lincir saja beradunya kedua kemaluan terasa dengan semakin cepatnya goyangan keduanya tanda sudah akan mencapai akhir permainan.“Hshh.. ayyo Was.. Bapakk keluarr..” di ujungnya Oom Rony segera memberi tanda tiba di ejakulasinya.“Ayyo Pakk.. sama-sama.. hhoghh.. dduhh..” Wasti cepat menyahut, dia pun segera menyusuli dengan orgasmenya.Berpadu kejang tubuh mereka ketika masing-masing mencapai puncak permainan secara bersamaan. Oom Rony merasa puas dengan pelayanan Wasti, begitu juga Wasti terikut merasa puas dalam permainan seks bersama langganan tetapnya ini.<br />Akan tetapi bukan hanya Oom Rony saja yang bisa bercinta dengan Wasti di rumahnya itu tapi aku sendiri pernah mengambil bagian seperti itu dengannya. Sudah dua kali aku bertandang ke rumahnya sekedar untuk ngobrol-ngobrol, tapi pada kali ketiga aku datang bertepatan Ardi sedang keluar rumah, saat itulah kesempatan baik ini ingin dimanfaatkan Wasti. Ceritanya waktu aku menumpang buang air kecil, Wasti menunjukkan kamar mandi yang berada di kamar tidurnya tapi rupanya dia menunggu dengan tidak sabaran lagi. Karena baru saja ke luar kamar mandi aku langsung ditubruk pelukan rindunya.“Duh Mas Dony.. Was kangen banget deh, Mas nggak kangen ya sama aku,” katanya membuka serangan dengan menciumi seputar wajahku.“Sama aja Was, tapi kan nggak enak masa dateng-dateng lalu minta gitu sama kamu. Lama nggak perginya Mas Ardi?”“Dia lagi ngurus ke kantor pajak, pasti lama pulangnya kok..”<br />Sebentar pembicaraan terputus sampai di sini karena kami memuasi diri dulu dengan saling melepas rindu lewat ciuman bibir yang saling melumat hangat dengan posisi masih berdiri berdekapan di ruang tengah itu. Di situ rupanya kami sudah tidak sabaran menunggu karena sambil mulut tetap sibuk kuikuti dengan tanganku langsung bekerja melepas penutup badannya, ini dituruti Wasti bahkan sampai lolos hingga bertelanjang bulat di pelukanku. Begitu terpandang tubuh mulusnya darah pun langsung panas menggegelegak. Hmm.. kuakui lekuk liku tubuhnya yang indah dan tetap tidak berubah sejak dulu nampak begitu menggiurkan dan memompa darah birahiku menaikkan rangsanganku. Masih ingin kunikmati pemandangan indah ini tapi Wasti yang sudah bertelanjang bulat di depanku seperti kuatir aku batal berubah pikiran, dia segera menarik aku lagi dalam pelukan untuk melanjutkan berciuman sambil dia juga membalas membantu membukai bajuku. Kali ini jelas lebih asyik, bergelut lidah bertempelan hangat kedua dada telanjang cepat saja membawa nafsu birahi naik menuntut, sehingga tidak bermesra-mesraan lebih lama lagi kami pun bersiap masuk di babak utama.<br />“Ayo Mass.. buka juga ininya..” berdesis suaranya sambil tangannya ingin merosot celanaku, tampak dia seperti ingin terburu-buru. Kuturuti permintaannya sebentar kemudian kami sudah sama telanjang masih melanjutkan berciuman merangsang nafsu yang tentu saja naik dengan cepat.Sekarang baru nyata kerinduan Wasti karena sambil masih sibuk bergelut lidah bertukar ludah, sebelah tangannya yang terjulur ke bawah sudah langsung beraksi meremas-remas gemas jendulan batanganku. Diserang begini ganti aku juga membalas. Kedua tanganku yang semula merangkul pinggangnya kuturunkan meremasi kedua pantatnya dan memainkan jariku menggaruki bibir luar kemaluannya, mengukiri celah hangatnya membuat Wasti mulai menggelinjang terangkat-angkat pantatnya menempelkan jendulan kemaluannya ke jendulan batanganku. Lama-lama tidak tahan, Wastipun tidak membuang-buang waktu untuk merendahkan tubuhnya dan langsung mencaplok kepala batangku, dilocoknya beberapa lama dengan mulutnya sekaligus membasahi dengan ludahnya. Setelah terasa basah licin barulah dia menegakkan lagi tubuhnya dan menunggu aku berlanjut untuk berusaha memasukkan di lubang kemaluannya.<br />Kuteruskan sesaat ciumanku dengan kembali mengiliki klitorisnya, sementara Wasti menyambut dengan juga melocok menarik-narik batang kemaluanku. Saling merangsang begini tentu saja membuat tuntutan birahi jadi naik tinggi. Merasa cukup, kutunda ciuman sebentar untuk membawa dia bersandar ke dinding di belakangnya, Wasti menurut hanya memandangi aku agak bingung.”Nggak di tempat tidur aja Mas..?” tanyanya seperti kurang cocok dengan tempat yang kupilih.”Di sini dulu, sekali-sekali kita main berdiri kan bisa juga?” begitu jawabku menentukan keputusanku. Meskipun agak kurang “sreg” tapi dia juga sudah kepingin berat jadinya menurut saja ketika setelah kusandarkan ke dinding, kulanjutkan dulu dengan mengecupi mesra seputar wajahnya sambil tetap menghangatkan bara nafsu dengan bermain sebentar mengusapi kemaluannya, menggaruki klitorisnya.<br />Dia kuserbu dengan membuat tidak sempat protes lebih jauh karena segera ujung jariku merasakan licin basah liang kemaluannya. Batang kemaluan yang sudah dibubuhi ludah kudekatkan masuk terjepit di selangkangannya menenempel ketat di lubang kemaluannya. Begitu kena mimik mukanya langsung tegang rahang setengah menganga karena jika dua kemaluan yang sama telanjang sudah ditempel begini, hangatnya mau tidak mau menuntut untuk melibat lebih dalam. Sinar matanya makin sayu meminta dan ini kupenuhi dengan mulai berusaha memasukkan batang kemaluanku. Kedua lutut kutekuk agak merendah dari situ kutekan membor ke depan ujung batangku sampai terasa menyesap masuk di jepitan lubang kemaluan Wasti, ini karena dia juga menyambut dengan menjinjit dan membuka lebar-lebar pahanya.<br />“Ahngg Mass Doonyy..” keluar erang senangnya sambil menyebut namaku. Seperti biasa dia selalu terlihat repot jika dimasukkan batangku, tegang serius mukanya sambil sesekali melirik ke arah pintu seperti masih kuatir kalau ada yang masuk mendadak sementara dia sedang sibuk dalam usahanya ini. Begitupun pelan-pelan tenggelam juga batangku ditelan lubang kemaluannya masuk dan sebentar kemudian terendam habis seluruh panjangnya. Aku berhenti sebentar untuk dia menyesuaikan ukuranku baru setelah itu aku pun mulai menikmati jepitan asyik kemaluannya di batangku. Lepas dari sini kami berdua sudah langsung meningkat meresap nikmat sanggama tanpa perduli suasana sekitar lagi. Aku mengawali dengan memainkan batangku menusuk tarik ke luar masuk, sebentar kemudian diimbangi Wasti dengan memainkan pinggul mengocokkan lubang kemaluannya. Masing-masing sama berkonsentrasi pada rasa permainan cinta dengan di atas kembali saling melumat bergelut lidah, kali ini untuk melengkapi gelut dua kemaluan yang mengasyikan dalam posisi sanggama berdiri ini. Sambil begitu kedua tanganku pun meremasi sekaligus kedua susunya menambah enaknya permainan.<br />Wasti baru sekali kuajak main gaya begini tapi sudah langsung tenggelam dalam kelebihan rasanya. Terbukti baru disogok-sogok beberapa saat saja dia sudah tegang serius mukanya, tapi sebelum sampai ke puncaknya segera kuangkat dia berpindah posisi ke tempat yang lebih santai buat dia dan baru sekarang kubaringkan tubuhnya di atas tempat tidurnya. “Wiihhss.. Mas Donny kangen aku kontolmu Mass.. sshh mantepp rasanya..” komentar pertama dengan nada suara bergetar terdengar senang seperti anak kecil baru diberi mainan. Saking rindu dan senangnya sampai mengalir keluar airmata bahagianya.<br />Tidak kusahut kata-katanya tapi dengan gemas-gemas sayang aku menindih untuk mengecup menggigit bibirnya dan dari situ kusambung dengan mulai memainkan batangku keluar masuk memompa di jepitan lubang kemaluannya. Inipun masih pelan saja tapi reaksinya sudah terasa banyak buat kami. Pinggulnya dimainkan membuat lubang kemaluannya berputaran memijati batanganku, hanya tempo singkat kami sudah meningkat dalam serius tegang dilanda nikmatnya gelut kedua kemaluan. Airmuka kami sama tegang dan sinar mata sama sayu masing-masing hanyut meresapi jumpa mesra yang baru ini lagi kami lakukan setelah lewat cukup lama perpisahan keintiman kami. Menatap wajah si manis sedang hanyut begini tentu saja menambah rangsangan tersendiri yang membuatku makin meningkatkan tempo, sambil tetap meresapi asik yang sama pada gelut dua kemaluan kami.<br />“Enak nggak Was rasanya punyak Mas..” bisikku menguji di tengah kesibukanku, sekedar ingin tahu komentarnya.“Hsh iya ennak sekalli Mass.. kontol Mas Donny palingg ennak dari semuanya.. hhssh wihh ker-ras sekalli.. ennaakk.. Adduuh Maas iya ditekenn gittu dalem bbanget hhshh.. Mass Donyy ennaak sekalii Maas..”<br />Wasti kuhapal memang type spontan terbuka, dipancing sedikit saja langsung keluar suaranya mengutarakan apa yang sedang dirasakannya. Jelas menyenangkan mendapat partner bercinta seperti ini, segera kutenggelamkan juga perasaanku menyatu dalam asyik sanggama sepenuh perasaan dengannya. Makin lama gelut kami makin berlomba hangat tanda bahwa masing-masing mulai menuju ke puncak permainan, sampai tiba di batas akhir kuiringi saat orgasme kami dengan menempel ketat bibirnya saling menyumbat dengan lumatan hangat. “Hhrrh hghh.. nghhorrh.. sshghh.. hoorrhgh hhng.. hngnhffgh.. ngmmgh..” suara tenggorokan kami saling menggeros bertimpal seru mengiringi saat ternikmat dalam sanggama ini. Mengejut-ngejut batang kemaluanku menyemburkan cairan maniku yang juga terasa seperti diperas-peras oleh pijatan dinding kemaluannya. Sampai terbalik kedua bola mata kami saking enak dirasa tapi begitupun sumbatan mulutku belum kulepas menunggu sentakan-sentakan ekstasinya melemah. Baru ketika helaan nafas leganya ditarik tanda kenikmatan berlalu, aku pun melepas tempelan bibirku menyambung dengan kecupan-kecupan lembut seputar wajahnya.<br />“Hhahhmmhh Mas Ddony.. assyiknyaa.. keturutan kangenku sama Mas..” kembali terdengar komentarnya dengan masih saling berpelukan mesra.“Mas sendiri juga kangen sekali sama kamu Was,” kataku jujur membalas perasaan hatinya.“Bener?” tanyanya menguji dengan nada manja.Tapi tetap menjepitkan otot-otot lubang kemaluannya di batanganku menunggu sampai terlihat aku mulai mengendor menghela nafas legaku, di situ baru dia berhenti dan membiarkan aku melepaskan batanganku dari lubang kemaluannya. Aku lega dan puas tapi air mukanya juga tampak berseri tanda senang telah berhasil memuaskan kerinduannya denganku.<br />Sejak dari hari itu berlanjut lagi hubungan lamaku dengan Wasti di setiap kedatanganku ke rumahnya tapi dengan alasan yang sama seperti Oom Rony yaitu pura-pura minta dipijat oleh Wasti. Hari itu aku datang ke rumahnya bertemu dengan Ardi yang sedang sibuk mencetak di bangunan sebelah, dia mempersilakan aku menemui Wasti di rumah induk. Aku pun mengiyakan dan waktu masuk ke rumah kudapati Wasti di dapur sedang mencuci piring-piring dan gelas bekas makan siang mereka. Wasti menoleh dan tersenyum manis menyambut kehadiranku serta meminta aku menunggu dulu di ruang tamu. Timbul niat isengku menggoda, kurapati dia yang saat itu masih berdiri di depan meja cucian piring, langsung memeluk dari belakang mencumbui dia. Mengecupi lehernya sambil kedua tanganku meremasi bukit susunya. Karuan Wasti menggeliat-geliat dengan muka malu-malu geli, ingin menghindar tapi mana mau kulepas begitu saja. Akhirnya dia diam saja membiarkan aku menggerayangi tubuhnya, dia sendiri tetap meneruskan mencucinya karena dipikirnya mana mungkin aku berani mengajak dia untuk waktu yang senekat ini.<br />“Mas Dony ini nggodain aku aja, paling-paling Mas juga udah ngiseng sama yang lain, sekarang kayak sudah kepengen lagi..?”“Lha memang kepengen kok, sama kamu kan belum?” jawabku sambil mengangkat rok belakangnya, langsung melorotkan celana dalamnya.Tentu saja Wasti jadi kaget karena tidak mengira bahwa aku betul-betul serius meminta.“Heh Mas Dony! Ngawur ah, ini kan masih di dapur.. nanti aja di kamar Mas.. kalau di sini nanti ada yang liat gimana?”Wasti masih coba memperingatkan aku agar mengurungkan kenekatanku tapi aku sudah tidak bisa menahan lagi. Malah sudah kulepas ritsleting celanaku membebaskan kemaluanku langsung menempelkan batanganku di selangkangannya.“Kasih sebentar aja kan bisa Was, dari sini kan kita bisa ngeliat ke sebelah kalau ada yang dateng..” kataku meminta sambil menenangkan dirinya.<br />Kebetulan di dekat meja cucian piring itu ada jendela kaca darimana kami bisa melihat keadaan bangunan percetakan di sebelah.“Ahhs Maass..!” Wasti kontan menjengkit ketika terasa batang telanjangku yang menempel di lubang kemaluannya itu sudah mulai naik mengencang.Sempat bingung dia tapi dari semula ingin berkeras menghindar akhirnya Wasti jadi tidak tega juga, langsung melunak suaranya berbisik.“Wih, wih Mass.. kok cepet banget sih keras bangunnya..?”“Makanya itu.. Mas Dony masukin ya?”“Iya tapi aku belum basah Mas..”“Nanti Mas basahin sebentar..”“Tapi jangan lama-lama ya, nanti keburu ada yang dateng malah tambah penasaran..”<br />Tanpa membuang-buang waktu aku berjongkok di belakang Wasti dan segera menyosor di lubang kemaluannya yang juga cepat memasang posisi agar lebih mudah, dengan membuka secukupnya kedua pahanya serta menunggingkan sedikit pantatnya. Sambil begitu Wasti sendiri terpaksa menunda dulu pekerjaannya dan menunggu dengan bertopang kedua tangan di tepi meja cucian sambil pandangannya terus melekat memperhatikan ke luar jendela kaca itu. Niatnya memang semula hanya ingin sekedar memberi buat aku, tapi ketika terasa sedotan dan jilatanku di lubang kemaluannya ditambah lagi dengan satu jariku yang kucucukan menggeseki kecil di lubang itu, yang begini cepat saja membuat gairahnya terangsang naik. Cepat-cepat dia membilas kedua tangannya yang masih penuh sabun karena sesewaktu mungkin diperlukan untuk memegangi tubuhku.<br />Betul juga, tepat saatnya dia selesai membilas bersamaan aku juga selesai mengerjai liang kemaluannya. Segera kubawa batanganku ke depan lubang kemaluannya dan mulai menyesapkan masuk dari arah belakang, langsung saja sebelah tangan yang masih basah itu dipakai untuk memegang pinggulku, sebagai cara untuk mengerem kalau sodokkanku dirasa terlalu kuat. Tapi rupanya tidak. Biarpun sudah dilanda gairah kejantananku, tapi aku masih bisa meredam emosi tidak kasar bernafsu. Selalu hati-hati sewaktu membor batangku masuk meskipun seperti biasa Wasti selalu menunggu dengan muka tegang. Dia baru melega kalau batangku dirasanya sudah terendam habis di lubang kemaluannya.<br />“Keras sekali rasanya Mas..?” komentar pertamanya sambil menoleh tersenyum kepadaku di belakangnya.Kugamit pipinya dan menempelkan bibirku mengajaknya berciuman.“Kalau ketemu lubangmu memang jadi cepet kerasnya..” jawabku berbisik sebelum menekan dengan ciuman yang dalam.Kami mulai saling melumat sambil diiringi gerak tubuh bagian bawah untuk meresap nikmat gelut kedua kemaluan dengan aku menarik tusuk batang kemaluan, sedang Wasti memutar-mutar pantatnya mengocoki batanganku di liang kemaluannya. Inipun niat semula masih sekedar memberi bagiku saja, tapi tidak bisa dicegah, dia pun dilanda nikmat sanggama yang sama, yang membawanya terseret menuju puncak permainan bersamaku.<br />Dari semula gerak senggama kedua kami masih berputaran pelan, semakin lama semakin meningkat hangat, karena masing-masing sudah menumpukkan rasa enak terpusat di kedua kemaluan yang saling bergesek, sudah bersiap-siap akan melepaskannya sesaat lagi. Wasti tidak lagi bertopang di tepi meja tapi menahan tubuhnya dengan lurus kedua tangannya pada dinding depannya. Di situ tubuhnya meliuk-liuk dengan air muka tegang seperti kesakitan tertolak-tolak oleh sogokan-sogokan batanganku yang keluar masuk cepat dari arah belakangnya, tapi sebenarnya justru sedang tegang serius keenakkan sambil membalas dengan putaran-putaran liang kemaluannya yang menungging. Masing-masing sudah menjelang tiba di batas akhirnya, hanya tinggal menunggu kata sepakat saja.<br />“Aahs yyohh Wass.. Mass sudah mau samppe..”“Iya Mass.. sama-samaa.. sshhah-hhgh.. dduhh.. oohgsshh.. hrrh hheehh Wass ayyoo.. dduuh Maass.. aaddussh hrhh..”Pembukaan orgasme ini masing-masing saling mengajak dan berikutnya saling bertimpa mengerang mengaduh dan tersentak-sentak ketika secara bersamaan mencapai batas kenikmatan. Jika dihitung secara waktu maka permainan kali ini relatif cepat namun bisa juga membawa Wasti pada kepuasannya. Memang hampir saja terlambat, karena baru saja aku mencabut batang kemaluanku sudah terdengar langkah kaki seseorang akan masuk ke rumah induk. Ternyata memang Ardi yang datang. Wasti sendiri tidak sempat lagi mencuci lubang kemaluannya, buru-buru dia menaikkan celana dalamnya untuk menyumbat cairan mani bekasku yang terasa akan meleleh ke pahanya dan selepas itu dia pura-pura kembali meneruskan mencuci piring yang sempat tertunda itu.RAIDERShttp://www.blogger.com/profile/12674960758995664677noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-4233821845464032072.post-76354126891347273952009-09-05T08:26:00.001+07:002009-09-05T08:26:43.032+07:00terjadi, tapi peristiwa ini masih membekas dipikiranku. Tentu aja masih membekas, soalnya peristiwa inilah yang membentuk aku jadi maniak seks seperti sekarang.<br />Mba Indah adalah keponakan jauh ibuku yang ikut tinggal dirumahku. Ya, dia ikut keluargaku sebab keluarganya kurang beruntung. Dia ikut keluargaku sejak kelas dia 2 SMP. Kejadian ini terjadi saat mba indah duduk di kelas 3 SMA<br />Mba indah adalah seorang perempuan yang sangat menarik. Wajahnya cantik, rambutnya panjang, kulitnya putih dan bodynya… hmmm.. masih tergambar jelas bodynya yang aduhai. Aku masih ingat bagaimana dulu aku sering sekali memelototi dadanya yang ranum. Sebenarnya dadanya tidak terlalu besar, tapi membusung kedepan, benar-benar bulat sempurna. Aku juga senang sekali memperhatikan lekukan pinggangnya yang seperti gitar spanyol itu, pantatnya yang membulat dan pahanya yang putih. Apalagi kalau dia memakai celana pendek favoritnya, terlihat jelas paha mulusnya dan betis bulir padinya yang aduhai. Hmmm…. Pantas saja banyak teman prianya yang mengejar-ngejarnya.<br />Kejadian ini terjadi waktu aku tinggal berdua denga mba indah dirumah. Bapakku seperti biasa pergi ke kantor dan ibuku pergi kerumah temannya dengan membawa adikku yang masih kecil.<br />Awalnya aku bermain diluar bersama teman-temanku, tapi karena turun hujan akhirnya aku pulang kerumah dan tinggal berdua dengan mba indah. Dari pada tidak ada kerjaan, aku menonton tv. Selagi asik menonton kartun di tv swasta satu-satunya waktu itu, mba indah keluar dari kamarnya dan memanggilku. Saat itu mba indah memakai kaos putih dan rok SMA nya. Aku menebak pasti dia tidak pakai bra, soalnya puting payudaranya tercetak di kaus putih yang tipis itu.<br />“Rian ! Ke kamar mba indah yuk sebentar” panggil mba indah. aku yang sebenarnya lagi asik menonton dengan agak malas akhirnya masuk ke kamar mba indah.<br />“Ada apa mba ?” tanyaku.<br />“Dari pada nonton tv, mendingan main sama mba indah” katanya<br />“Main apa ?” tanyaku.<br />“Kita main dokter-dokteran yuk” ajaknya<br />Aku tertawa.. “Wah itu kan mainannya anak perempuan, lagian aku kan udah gede” jawabku. Padahal adikku sering mengajakku bermain dokter-dokteran.<br />“Ini beda, kan mba udah dapet pelajarannya di SMA” katanya merayuku.<br />“Hmmm… ya udah, jadi gimana mainnya ?” tanyaku.<br />“Mba yang jadi dokternya, kamu yang jadi pasiennya. Sudah kamu tiduran dulu ditempat tidur, mba siap-siap” suruhnya.<br />Kemudian aku naik ke tempat tidurnya dan berbaring terlentang.<br />“Sakit apa de ? saya periksa dulu ya…” kata mba indah berakting. Kemudian dia menaikkan bajuku dan mengetuk-ngetuk dadaku layaknya seorang dokter.<br />“Wah de ini sakitnya parah” katanya. Aku tertawa kecil karena mba indah pandai sekali meniru seorang dokter. Kemudian tangannya turun mengetuk-ngetuk perutku sambil berkata “Sepertinya penyakitnya ada dibawah sini” kemudian dia berusaha membuka kancing celanaku.<br />Tanganku memegang tangannya, menahan dia membuka celanaku. “Kok celananya dibuka mba ?” tanyaku. Walaupun aku masih kecil, tapi waktu itu aku sudah mengerti perbedaan antara pria dan wanita.<br />“Mau disembuhin penyakitnya gak ?” katanya sambil pura-pura melotot. Aku terdiam, kemudian melepaskan tangannya. Dia tersenyum kemudian berkata “Gitu dong, kan mau diobatin”.<br />Kemudian dia melepas kancing celanaku dan resletingnya. Kemudian dia melorotkan celanaku hingga terpampanglah burung mudaku. Aku hanya diam menahan malu.<br />“Wah ini dia sumber penyakitnya” katanya riang kemudian memegang burungku. Kemudian dia duduk disebelahku. Mukaku semakin merah, apalagi burungku secara perlahan tapi pasti menegang membesar.Mba indah malah tertawa “Nah aku bilang apa, ini dia masalahnya, tuh dia makin keras, makin besar !” sambil mengelus-ngelus lembut burungku.<br />Tubuhku tergetar karena nikmat yang menjalari tubuhku. Burungku makin tegang dan makin membesar.<br />“Mba…” kataku lemah karena keenakan. “Tenang ya rian, mba obatin dulu ya” katanya. Celanaku dibuka secara penuh kemudian dia menaruhnya di kursi dekat meja belajarnya. Selangkanganku dilebarkan, kemudian dia berpindah posisi, dia duduk diantara kedua pahaku.<br />Kemudian mba indah mulai mengulum penisku. Aku semakin menerawang, inilah kenikmatan yang belum pernah aku rasakan sebelumnya.<br />Saat mba indah mengulum dan menyedot-nyedot penisku, dia mengeluarkan suara-suara erotis diantara keluar masuknya penisku di mulutnya. Ternyata saat aku melihat, tangan kirinya meremas-remas payudaranya. Hmm tak heran badannya ikut bergetar saat mengulum penisku.<br />Tiba-tiba mba indah berhenti mengulum penisku. “Sebentar ya” kata mba indah yang kemudian berdiri. Aku hanya menatapnya dengan tatapan tidak rela karena tidak ingin kehilangan kenikmatan tadi.<br />Ternyata mba indah melorotkan celana dalamnya. Karena dia memakai rok, celana dalamnya langsung turun, kemudian dia membuangnya kelantai. Dia kembali duduk diantara selangkanganku, tapi kali ini dia agak melebarkan pahanya.<br />Mba indah kembali mengulum penisku. Badanku kembali bergetar keenakan. Diantara sadar dan tidak, aku mulai mencium suatu bau khas, yang sekarang aku tau kalau bau itu adalah vagina.<br />Aku melihat mba indah yang terus mengulum penisku. Tangan kirinya yang tadi meremas-remas payudaranya sekarang berada di selangkangannya, tapi aku tidak bisa melihat apa yang dilakukan tangan itu sebab tertutup kain rok yang masih dipakainya. Tapi aku menduga bau khas tadi pasti berasal dari selangkangannya itu.<br />Kenikmatan naik sampai ubun-ubunku, badanku bergetar hebat.<br />“Mba… aku mau pipis…” kataku sambil menahan dorongan hebat dipenisku. Tapi mba indah tidak memperdulikan, bahkan mempercepat kulumannya. Aku merasa gila karena keenakan.. “Crotz… Crotz.. Crot..” akhirnya aku mengeluarkan pipisku di mulutnya, aku baru tau kemudian kalo itu adalah cairan sperma<br />Mba indah menyedot semua cairan spermaku, kemudian dia tersenyum padaku. “Enak kan diobatin sama mba ?” tanyanya sambil mengelap sisa-sisa sperma dipenisku.<br />Aku cuma menganggu kecil. Aku sangat lelah ! Rasa kantuk menyerangku.<br />“He..he..he.. abis diobatin langsung ngantuk” tawa mba indah.<br />Aku berusaha menahan kantukku, tapi rasanya berat sekali. “Ya udah tidur aja dulu gih” suruh mba indah yang kemudian berbaring terlentang disebelahku.<br />Diantara terbuka dan tertutupnya mataku, aku melihat mba indah menaikkan kaosnya sehingga terpampanglah payudaranya. Kemudian dia meremas-remas kedua payudaranya sendiri. Suara-suara lenguhan mulai terdengar dari mulutnya.<br />Sepertinya dia tidak puas hanya meremas payudaranya, dia menyibak roknya keatas. Dari samping aku melihat selangkangannya yang ditumbuhi bulu-bulu halus. Aku tidak bisa melihat jelas, tapi aku melihat jari tengahnya keluar masuk dari lobang yang mengeluarkan bau harum tersebut.<br />Tangan kirinya meremas-remas payudaranya, jari tengah tangan kanannya keluar masuk memeknya. Badannya menegang, sesekali melengkung keatas, seperti selangkangannya mengejar sesuatu. Suara lenguhannya maikin keras dan makin cepat…. dan aku tertidur.<br />Entah berapa lama aku tertidur, tapi saat aku terbangun aku melihat mba indah tidur terlentang disampingku. Tangan kirinya masih dipayudaranya dan tangan kanannya masih diselangkangan, sama persis dengan keadaanya sebelum aku tertidur. Bedanya badannya seperti terkulai lemas, tidak setegang tadi.<br />Lama aku memandangi tubuhnya. Tenggorokanku tercekat, sebab baru kali ini aku melihat langsung payudaranya yang bulat itu. Apalagi memek yang ditumbuhi bulu-bulu halus itu. Aku menelan ludahku. Walau sering membicarakan dengan temanku tentang tubuh wanita, tapi melihat langsung memang jauh lebih nikmat.<br />Kemudian pandangannku tertumbuk pada memeknya. Aku jadi ingat bau khas yang aku cium tadi. Aku bergeser untuk duduk diantara selangkangannya yang masih terbuka lebar itu. Perlahan aku menggeser tangan kanan yang masih “hinggap” diselangkangan.<br />Dadaku berdebar, takut mba indah terbangun, tapi usahaku berhasil, tangannya kini berada di samping tubuhnya.Perlahan aku elus memek itu dengan jari tengahku. Hmm.. agak berlendir. Kemudian aku mencium jari berlendirku. Aha.. ! benar kan dugaanku, bau itu dari memeknya.<br />Tapi aku kurang puas. Aku elus lagi memeknya dengan jari tengahku. Aku coba untuk menusuk lebih dalam agar mendapat lendir lebih banyak. Aku tusuk keluar masuk walau tidak terlalu dalam, tapi aku belum mendapat lendir sebanyak yang aku mau.<br />Seiring aku menusuk-nusuk memeknya, perlahan pinggul mba indah bergoyang sedikit mengikuti jariku. Aku merasa memek mba indah makin berlendir, aku tersenyum puas. Saat jariku terasa cukup berlendir, aku mengangkatnya dan menciumnya. Wah… baunya sangat kuat tapi aku sangat menyukainya.<br />Suka akan baunya, keingintahuanku timbul untuk mencoba rasanya. Aku menjilat jari berlendirku itu. Hmm.. rasanya aneh, agak hambar, sedikit asin. Tapi entah mengapa aku suka sekali.<br />Kemudian aku mengambil lagi lendir itu dari memek mba indah dan menjilatnya lagi. Tapi aku kurang puas. Akhirnya aku dekatkan mukaku ke memek mba indah. Aku buka lipatan luar memeknya, terlihatnya bibir vaginanya yang berwarna merah muda. Memek tersebut basah dengan lendir.<br />Perlahan aku menjilat memek mba indah. Nikmat sekali menikmati lendir dari sumbernya .<br />“Uh..uh..uh…” lenguh mba indah setiap lidahku menyetuh dinding vaginanya. “Ahhhh…” lenguhnya panjang saat aku menjilat daging kecil di bagian atas lobang memeknya. Badannya semakin bergetar dan pinggulnya maju kedepan setiap lidahku lepas dari memeknya. Sepertinya memeknya mengejar lidahku, ingin dijilat lagi.<br />Tiba-tiba kepalaku terdorong masuk ke memeknya. “Aduh rian enak banget !!” pekik mba indah. Ternyata mba indah sudah bangun dan tangannya menekan kepalaku ke memeknya.<br />Aku mengangkat kepalaku dan tersenyum padanya. “Ayo rian lagi… mba gak tahan nih..”.<br />Aku kembali menjilati memeknya dengan lebih semangat. Tangannya tetap dikepalaku, menekan setiap aku mengangkat kepalaku.<br />“Ah..ah..ah.. aduh rian enak banget..” ujarnya sambil mengangkat-angkat pinggulnya mengejar lidahku. “Shit… enak banget” sambil menggerak-gerakkan kepalanya kekiri dan kekanan.<br />“Akhhh…… ” pekik mba indah yang kemudian menarik tubuhku keatas untuk menindihnya. Dia kemudian memegang kepalaku dan kemudian memagut bibirku. Dia nafsu sekali mencium bibirku yang penuh dengan lendir memeknya tersebut.<br />Akupun terangsang hebat. Aku membalas ciumannya. Tanganku meraba-raba payudaranya yang kenyal itu. Penisku tegang penuh karena ciuman itu.<br />Kami berciuman sangat hebat, “clop..clop…clop” bunyi diantara ciuman saling sedot kami. Tangan mba indah memegang penisku dan mengocok perlahan. Nikmat sekali, tapi aku lebih bisa mengendalikan diri sekarang.<br />“Rian, masukin ya sekarang, mba udah gak tahan !” ujarnya sambil menatapku dengan pandangan sayu. Aku sebenarnya tidak mengerti apa yang dia maksud, tapi saat dia menarik penisku kearah memeknya, aku bergeser kebawah sedikit karena perbedaan tinggi kami.<br />Mba indah mengarahkan penisku ke memeknya, kemudian menggesek-gesekkan kepala penisku di bibir vaginanya. Tak lama kemudian dia menarik penisku untuk masuk lebih dalam, secara reflek aku mendorong pinggulku. Perlahan penisku masuk kememeknya. Akh.. nikmat sekali memasukkan penis ke lobang licin yang menjepit itu.<br />Mba indah menekan pantatku sampai penisku amblas masuk ke memeknya semua. Kemudian dia menahan pantatku. Aku melihat wajahnya. Matanya dipejamkan dengan kepala agak dimiringkan kekanan, aduh seksinya. Kemudian aku mulai merasa penisku seperti diurut-urut oleh jari-jari kecil didalam memeknya. tdak terbayang kenikmatan saat itu.<br />Mba kemudian menggerak-gerakkan pinggulnya sehingga penisku keluar masuk memeknya sedikit. Sensasi kenikmatannya lebih dahsyat dari urutan memeknya tadi. “Rian gerakin dong burungnya” pintanya memelas tapi tidak menghentikan goyangan pinggulnya.<br />Aku mulai menggoyangkan pinggulku mengikuti gerakkannya. Sekarang penisku keluar masuk memeknya lebih banyak. “Akh…akhh… akhh…” lenguhnya sambil menggoyangkan kepala kekiri kekanan.<br />Mukaku yang berada didepan lehernya menciumi dan menjilati leher mba indah dengan sangat bernafsu.Aku lengkungkan badanku, kemudian aku penyedot pentil payudara kirinya. Badannya ikut melengkung dan bergetar hebat. Aku pindah ke payudara kanannya, dia melenguh hebat “Akkhhh…” kemudian menggigit bibir bawahnya.<br />Setelah beberapa menit kami dalam posisi tersebut, kemudian mba indah bangkit “Rian gantian ya, kamu dibawah, supaya lebih enak”.<br />Aku setuju saja, kemudian aku tidur terlentang. Penisku berdiri menantang.<br />Kemudian mba indah jongkok diselangkanganku. Dia memegang penisku, mengarahkan kememeknya yang dia turunkan. Bless… penisku masuk seluruhnya kememeknya. Mba indah kemudian menjajarkan tubuhnya dengan tubuhku. Dia kemudian tersenyum padaku “Rian kamu hebat banget, kamu udah ngegagahin aku” katanya lirih menggoda. Kemudian dia memagut bibirku.<br />Perlahan dia menggoyangkan pinggulnya, dan aku juga berusaha menggarakkan pinggulku, tapi agak susah. Akhirnya aku cuma diam meremasi payudaranya.<br />Ciuman kami lepas saat goyangannya makin kencang. “Agh.. akh.. agh..” pekiknya setengah berteriak. Goyangan mba indah makin kencang, sesekali dia memutar kepalanya untuk meyibak rambutnya yang jatuh kebawah.<br />“Akh..akh… akh..AGGHHHHHH…” tiba-tiba tubuhnya menegang. Dia menekan memeknya ke penisku. Gerakkannya terhenti. Matanya terpejam. Setelah beberapa lama dia membuka matanya kemudian berkata “Ahh…. rian enak bangetth..” dengan nafas terengal-engal. Kemudian tubuhnya amburk ketubuhku.<br />Aku yang belum puas coba menggerakkan pinggulku. Memeknya terasa jauh lebih licin dari sebelumnya. Cairannya makin banyak.<br />“Kamu belum puas ya ??” tanyanya sambil memandangku dengan wajah puas. “Iya mba, sedikit lagi” jawabku.Kemudian mba indah bergeser, kemudian tidur terlentang. Kemudian dia membuka selangkangannya lebar. Aku mengerti maksudnya, kemudian aku memposisikan tubuhku diantara selangkangannya. Aku mengarahkan penisku ke memeknya dan menekannya masuk. “Hgkh..” pekiknya saat penisku masuk.<br />“Rian yang cepet ya..” katanya lirih. “Udah gak enak lagi ya mba ?” tanyaku. “Masih enak, tapi mba capek banget” jawabnya lirih.Aku menggoyangkan pinggulku dan memusatkan untuk mengejar kepuasanku. Tak lama kemudian aku merasa ada yang ingin keluar dari penisku, aku menekan penisku dalam-dalam kememeknya dan mengeluarkan spermaku banyak-banyak didalam memeknya.<br />Aku mencabut penisku, dia terseyum lebar. Kemudian kami tidur saling berpelukan.<br />================================<br />Semenjak itu setiap ada kesempatan aku dan mba indah selalu melakukan hubungan sex. Selalu dikamarnya, dan tidak ada orang lain yang curiga.<br />Setelah mba indah lulus, dia kerja di kota sebelah, kemudian dia menikah di kota tersebut. Hmm.. aku merindukan saat-saat aku bersama mba indah….<br />TamatRAIDERShttp://www.blogger.com/profile/12674960758995664677noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-4233821845464032072.post-59646471722120874342009-09-05T08:25:00.001+07:002009-09-05T08:25:28.225+07:00Bapak mertuaku (Pak Tom, samaran) yang berusia sekitar 60 tahun baru saja pensiun dari pekerjaannya di salah satu perusahaan di Jakarta. Sebetulnya beliau sudah pensiun dari anggota ABRI ketika berumur 55 tahun, tetapi karena dianggap masih mampu maka beliau terus dikaryakan. Karena beliau masih ingin terus berkarya, maka beliau memutuskan untuk kembali ke kampungnya didaerah Malang, Jawa Timur selain untuk menghabiskan hari tuanya, juga beliau ingin mengurusi kebun Apelnya yang cukup luas.<br />Ibu mertuaku (Bu Mar, samaran) walaupun sudah berumur sekitar 45 tahun, tetapi penampilannya jauh lebih muda dari umurnya. Badannya saja tidak gemuk gombyor seperti biasanya ibu-ibu yang sudah berumur, walau tidak cantik tetapi berwajah ayu dan menyenangkan untuk dipandang. Penampilan ibu mertuaku seperti itu mungkin karena selama di Jakarta kehidupannya selalu berkecukupan dan telaten mengikuti senam secara berkala dengan kelompoknya.<br />Beberapa bulan yang lalu, aku mengambil cuti panjang dan mengunjunginya bersama Istriku (anak tunggal mertuaku) dan anakku yang baru berusia 2 tahun. Kedatangan kami disambut dengan gembira oleh kedua orang mertuaku, apalagi sudah setahun lebih tidak bertemu sejak mertuaku kembali ke kampungnya. Pertama-tama, aku di peluk oleh Pak Tom mertuaku dan istriku dipeluk serta diciumi oleh ibunya dan setelah itu istriku segera mendatangi ayahnya serta memeluknya dan Bu Mar mendekapku dengan erat sehingga terasa payudaranya mengganjal empuk di dadaku dan tidak terasa penisku menjadi tegang karenanya.<br />Dalam pelukannya, Bu Mar sempat membisikkan Sur…(namaku).., Ibu kangen sekali denganmu”, sambil menggosok-gosokkan tangannya di punggungku, dan untuk tidak mengecewakannya kubisiki juga, “Buuu…, Saya juga kangen sekali dengan Ibu”, dan aku menjadi sangat kaget ketika ibu mertuaku sambil tetap masih mendekapku membisikiku dengan kata-kata, “Suuur…, Ibu merasakan ada yang mengganjal di perut Ibu”, dan karena kaget dengan kata-kata itu, aku menjadi tertegun dan terus saling melepaskan pelukan dan kuperhatikan ibu mertuaku tersenyum penuh arti.<br />Setelah dua hari berada di rumah mertua, aku dan istriku merasakan ada keanehan dalam rumah tangga mertuaku, terutama pada diri ibu mertuaku. Ibu mertuaku selalu saja marah-marah kepada suaminya apabila ada hal-hal yang kurang berkenan, sedangkan ayah mertuaku menjadi lebih pendiam serta tidak meladeni ibu mertuaku ketika beliau sedang marah-marah dan ayah mertuaku kelihatannya lebih senang menghabiskan waktunya di kebun Apelnya, walaupun di situ hanya duduk-duduk seperti sedang merenung atau melamun. Istriku sebagai anaknya tidak bisa berbuat apa-apa dengan tingkah laku orang tuanya terutama dengan ibunya, yang sudah sangat jauh berlainan dibanding sewaktu mereka masih berada di Jakarta, kami berdua hanya bisa menduga-duga saja dan kemungkinannya beliau itu terkena post power syndrome. Karena istriku takut untuk menanyakannya kepada kedua orang tuanya, lalu Istriku memintaku untuk mengorek keterangan dari ibunya dan supaya ibunya mau bercerita tentang masalah yang sedang dihadapinya, maka istriku memintaku untuk menanyakannya sewaktu dia tidak sedang di rumah dan sewaktu ayahnya sedang ke kebun Apelnya.<br />Di pagi hari ke 3 setelah selesai sarapan pagi, istriku sambil membawa anakku, pamitan kepada kedua orang tuanya untuk pergi mengunjungi Budenya di kota Kediri, yang tidak terlalu jauh dari Malang dan kalau bisa akan pulang sore nanti.“Lho…, Mur (nama istriku), kok Mas mu nggak diajak..?”, tanya ibunya.“Laah.., nggak usahlah Buuu…, biar Mas Sur nemenin Bapak dan Ibu, wong nggak lama saja kok”, sahut istriku sambil mengedipkan matanya ke arahku dan aku tahu apa maksud kedipan matanya itu, sedangkan ayahnya hanya berpesan pendek supaya hati-hati di jalan karena hanya pergi dengan cucunya saja.<br />Tidak lama setelah istriku pergi, Pak Tompun pamitan dengan istrinya dan aku, untuk pergi ke kebun apelnya yang tidak terlalu jauh dari rumahnya sambil menambahkan kata-katanya, “Nak Suuur…, kalau nanti mau lihat-lihat kebun, susul bapak saja ke sana”. Sekarang yang di rumah hanya tinggal aku dan ibu mertuaku yang sedang sibuk membersihkan meja makan. Untuk mengisi waktu sambil menunggu waktu yang tepat untuk menjalankan tugas yang diminta oleh istriku, kugunakan untuk membaca koran lokal di ruang tamu.<br />Entah sudah berapa lama aku membaca koran, yang pasti seluruh halaman sudah kubaca semua dan tiba-tiba aku dikagetkan dengan suara sesuatu yang jatuh dan diikuti dengan suara mengaduh dari belakang, dengan gerakan reflek aku segera berlari menuju belakang sambil berteriak, “Buuu…, ada apa buuu?”. Dan dari dalam kamar tidurnya kudengar suara ibu mertuaku seperti merintih, “Nak Suuur…, tolooong Ibuuu”, dan ketika kujenguk ternyata ibu mertuaku terduduk di lantai dan sepertinya habis terjatuh dari bangku kecil di dekat lemari pakaian sambil meringis dan mengaduh serta mengurut pangkal pahanya. Serta merta kuangkat ibu mertuaku ke atas tempat tidurnya yang cukup lebar dan kutidurkan sambil kutanya, “Bagian mana yang sakit Buuu”, dan ibu mertuaku menjawab dengan wajah meringis seperti menahan rasa sakit, “Di sini.., sambil mengurut pangkal paha kanannya dari luar rok yang dipakainya”.<br />Tanpa permisi lalu kubantu mengurut paha ibu mertuaku sambil kembali kutanya, “Buuu…, apa ada bagian lain yang sakit..?“Nggak ada kok Suuur…, cuman di sepanjang paha kanan ini ada rasa sakit sedikit..”, jawabnya.“Ooh…, iya nak Suuur…, tolong ambilkan minyak kayu putih di kamar ibu, biar paha ibu terasa panas dan hilang sakitnya”.Aku segera mencari minyak yang dimaksud di meja rias dan alangkah kagetku ketika aku kembali dari mengambil minyak kayu putih, kulihat ibu mertuaku telah menyingkap roknya ke atas sehingga kedua pahanya terlihat jelas, putih dan mulus. Aku tertegun sejenak di dekat tempat tidur karena melihat pemandangan ini dan mungkin karena melihat keragu-raguanku ini dan tertegun dengan mataku tertuju ke arah paha beliau, ibu mertuaku langsung saja berkata, “Ayooo..lah nak Suuur…, nggak usah ragu-ragu, kaki ibu terasa sakit sekali ini lho, lagi pula dengan ibu mertua sendiri saja kok pake sungkan sungkan…, tolong di urutkan paha ibu tapi nggak usah pakai minyak kayu putih itu…, ibu takut nanti malah paha ibu jadi kepanasan.<br />Dengan perasaan penuh keraguan, kuurut pelan-pelan paha kanannya yang terlihat ada tanda agak merah memanjang yang mungkin sewaktu terjatuh tadi terkena bangku yang dinaikinya seraya kutanya, “Bagaimana Buuu…, apa bagian ini yang sakit..?“Betul Nak Suuur…, yaa yang ituuu…, tolong urutkan yang agak keras sedikit dari atas ke bawah”, dan dengan patuh segera saja kuikuti permintaan ibu mertuaku. Setelah beberapa saat kuurut pahanya yang katanya sakit itu dari bawah ke atas, sambil memejamkan matanya, ibu mertuaku berkata kembali, “Nak Suuur…, tolong agak ke atas sedikit ngurutnya”, sambil menarik roknya lebih ke atas sehingga sebagian celana dalamnya yang berwarna merah muda dan tipis itu terlihat jelas dan membuatku menjadi tertegun dan gemetar entah kenapa, apalagi vagina ibu mertuaku itu terlihat mengembung dari luar CD-nya dan ada beberapa helai bulu vaginanya yang keluar dari samping CD-nya.<br />“Ayoo…,doong…, Nak Sur, kok ngurutnya jadi berhenti”, kata ibu mertuaku sehingga membuatku tersadar.“Iii…, yaa…, Buuu maaf, tapi…, Buuu”, jawabku agak terbata-bata dan tanpa menyelesaikan perkataanku karena agak ragu.“aah… kenapa sih Nak Suuur..?, kata ibu mertuaku kembali sambil tangan kanannya memegang tangan kiriku serta menggoncangnya pelan.“Buuu…, Saa…, yaa…, saayaa”, sahutku tanpa sadar dan tidak tahu apa yang harus kukatakan, tetapi yang pasti penisku menjadi semakin tegang karena melihat bagian CD ibu mertuaku yang menggelembung di bagian tengahnya.<br />“Nak Suuur..”, katanya lirih sambil menarik tangan kiriku dan kuikuti saja tarikan tangannya tanpa prasangka yang bukan-bukan, dan setelah tanganku diciumnya serta digeser geserkan di bibirnya, lalu secara tidak kuduga tanganku diletakkan tepat di atas vaginanya yang masih tertutup CD dan tetap dipegangnya sambil dipijat-pijatkannya secara perlahan ke vaginanya diikuti dengan desis suara ibu mertuaku, “ssshh…, ssshh”. Kejadian yang tidak kuduga sama sekali ini begitu mengagetkanku dan secara tidak sadar aku berguman agak keras.“Buuu…, Saa…yaa”, dan belum sempat aku menyelesaikan kata-kataku, dari mulut ibu mertuaku terdengar, “Nak Suuur…, koook seperti anak kecil saja.., siiih?”.“Buu…, Saa…, yaa…, takuuut kalau nanti bapak datang”, sahutku gemetar karena memang saat itu aku takut benar, sambil mencoba menarik tanganku tetapi tangan ibu mertuaku yang masih tetap memegang tanganku, menahannya dan bahkan semakin menekan tanganku ke vaginanya serta berkata pelan, “Nak Suuur…, Bapak pulang untuk makan siang selalu jam 1 siang nanti…, tolong Ibuuu…, naak”,terdengar seperti mengiba.<br />Sebetulnya siapa sih yang tidak mau kalau sudah seperti ini, aku juga tidak munafik dan pasti para pembaca Situs “17 Tahun.Com” pun juga tidak bisa menahan diri kalau dalam situasi seperti ini, tetapi karena ini baru pertama kualami dan apalagi dengan ibu mertuaku sendiri, tentunya perasaan takutpun pasti akan ada.“Ayooo…lah Nak Suuur…, tolongin Ibuuu…, Naak”, kudengar ibu mertuaku mengiba kembali sehingga membuatku tersadar dan tahu-tahu ibu mertuaku telah memelukku.“Buuu…, biar saya kunci pintunya dulu, yaa..?”, pintaku karena aku was-was kalau nanti ada orang masuk, tetapi ibu mertuaku malah menjawab, “Nggak usah naak…, selama ini nggak pernah ada orang pagi-pagi ke rumah Ibu”, serta terus mencium bibirku dengan bernafsu sampai aku sedikit kewalahan untuk bernafas. Semakin lama ibu mertuaku semakin tambah agresif saja, sambil tetap menciumiku, tangannya berusaha melepaskan kaos oblong yang kukenakan dan setelah berhasil melepaskan kaosku dengan mudah disertai dengan bunyi nafasnya yang terdengar berat dan cepat, ibu mertuaku terus mencium wajah serta bibirku dan perlahan-lahan ciumannya bergerak ke arah leher serta kemudian ke arah dadaku.<br />Ciuman demi ciuman ibu mertuaku ini tentu saja membuatku menjadi semakin bernafsu dan ketakutanku yang tadipun sudah tidak teringat lagi.“Buuu…, boleh saya bukaa…, rok Ibu..? tanyaku minta izin.“Suuur…, bol…, eh…, boleh…, Nak, Nak Suur…, boleh lakukan apa saja..”, katanya dengan suara terputus-putus dan terus kembali menciumi dadaku dengan nafasnya yang cepat dan sekarang malah berusaha melepas kancing celana pendek yang ada di badanku. Setelah rok ibu mertuaku terlepas, lalu kulepaskan juga kaitan BH-nya dan tersembulah payudaranya yang tidak begitu besar dan sudah agak menggelantung ke bawah dengan puting susunya yang besar kecoklatan. Sambil kuusapkan kedua tanganku ke bagian bawah payudaranya lalu kutanyakan, “Buuu…, boleh saya pegang dan ciumi tetek…, Ibuu..?“Bool…, eh…, boleh…, sayang.., lakukan apa saja yang Nak Sur mau.., Ibu sudah lama sekali tidak mendapatkan ini lagi dari bapakmu…, ayoo.., sayaang”, sahut ibu mertuaku dengan suara terbata-bata sambil mengangkat dadanya dan perlahan-lahan kupegang kedua payudara ibu mertuaku dan salah satu puting susunya langsung kujilati dan kuhisap-hisap, serta pelan-pelan kudorong tubuh ibu mertuaku sehingga jatuh tertidur di kasur dan dari mulut ibu mertuaku terdengar, “ssshh…, aahh.., sayaang…, ooohh…, teruuus…, yaang…, tolong puasiiin Ibuu…, Naak”, dan suara ibu mertuaku yang terdengar menghiba itu menjadikanku semakin terangsang dan aku sudah lupa kalau yang kugeluti ini adalah ibu mertuaku sendiri dan ibu dari istriku.<br />“Naak Suuur”, kudengar suara ibu mertuaku yang sedang meremas-remas rambut di kepalaku serta menciuminya, “Ibuu…, ingin melihat punyamu…, Naak”, seraya tangannya berusaha memegang penisku yang masih tertutup celana pendekku.“Iyaa…, Buu…, saya buka celana dulu Buuu”, sahutku setelah kuhentikan hisapanku pada payudaranya serta segera saja aku bangkit dan duduk di dekat muka ibu mertuaku. Segera saja ibu mertuaku memegang penisku yang sedang berdiri tegang dari luar celana dan berkomentar, “Nak Suur…, besar betuuul…, dan keras lagi, ayooo…, dong cepaat.., dibuka celananya…, agar Ibu bisa melihatnya lebih jelas”, katanya seperti sudah tidak sabar lagi, dan tanpa disuruh ibu untuk kedua kalinya, langsung saja kulepas celana pendek yang kukenakan.<br />Ketika aku membuka CD-ku serta melihat penisku berdiri tegang ke atas, langsung saja ibu mertuaku berteriak kecil, “Aduuuh…, Suuur…, besaar sekali”, padahal menurut anggapanku ukuran penisku sepertinya wajar saja menurut ukuran orang Indonesia tapi mungkin saja lebih besar dari punya suaminya dan ibu mertuaku langsung saja memegangnya serta mengocoknya pelan-pelan sehingga tanpa kusadari aku mengeluarkan desahan kecil, “ssshh…, aahh”, sambil kedua tanganku kuusap-usapkan di wajah dan rambutnya.<br />“Aduuuh…, Buuu…, sakiiit”, teriakku pelan ketika ibu mertuaku berusaha menarik penisku ke arah wajahnya, dan mendengar keluhanku itu segera saja ibu mertuaku melepas tarikannya dan memiringkan badannya serta mengangkat separuh badannya yang ditahan oleh tangan kanannya dan kemudian mendekati penisku. Setelah mulutnya dekat dengan penisku, langsung saja ibu mertuaku mengeluarkan lidahnya serta menjilati kepala penisku sedangkan tangan kirinya meremas-remas pelan kedua bolaku, sedangkan tangan kiriku kugunakan untuk meremas-remas rambutnya serta sekaligus untuk menahan kepala ibu mertuaku. Tangan kananku kuremas-remaskan pada payudaranya yang tergantung ke samping.<br />Setelah beberapa kali kepala penisku dijilatinya, pelan-pelan kutarik kepala ibu mertuaku agar bisa lebih dekat lagi ke arah penisku dan rupanya ibu mertuaku cepat mengerti apa yang kumaksud dan walaupun tanpa kata-kata langsung saja kepalanya didekatkan mengikuti tarikan kedua tanganku dan sambil memegangi batang penisku serta dengan hanya membuka mulutnya sedikit, ibu mertuaku secara pelan-pelan memasukkan penisku yang sudah basah oleh air liurnya sampai setengah batang penisku masuk ke dalam mulutnya. Kurasakan lidah ibu mertuaku dipermainkannya dan digesek-gesekannya pada kepala penisku, setelah itu kepala ibu ditariknya mundur pelan-pelan dan kembali dimajukan sehingga penisku terasa sangat nikmat. Karena tidak tahan menahan kenikmatan yang di berikan ibu mertuaku, aku jadi mendesis, “ssshh…, aacccrrr…, ooohh”, mengikuti irama maju mundurnya kepala ibu. Makin lama gerakan kepala ibu mertuaku maju mundur semakin cepat dan ini menambah nikmat bagiku.<br />Beberapa menit kemudian, ibu mertuaku secara tiba-tiba melepaskan penisku dari mulutnya, padahal aku masih ingin hal ini terus berlangsung dan sambil kembali menaruh kepalanya di tempat tidur, dia menarik bahuku untuk mengikutinya. Ibu langsung mencium wajahku dan ketika ciumannya mengarah ke telingaku, kudengar ibu berkata dengan agak berbisik, “Naak Suuur…, Ibu juga kepingin punya ibu dijilati”, dan sambil kunaiki tubuh ibu mertuaku lalu kutanyakan, “Buuu…, apa boleh…, saya lakukan?”, dan segera saja ibu menjawabnya, “Nak Suuur…, tolong pegang dan jilati kepunyaan ibu…, naak…, ibu sudah lama kepingin di gituin”.<br />Tanpa membuang waktu lebih lama lagi, aku menurunkan badanku secara perlahan-lahan dan ketika melewati dadanya kembali kuciumi serta kujilati payudara ibu mertuaku yang sudah tidak terlalu keras lagi, setelah beberapa saat kuciumi payudara ibu, aku segera menurunkan badanku lagi secara perlahan sedangkan ibu mertuaku meremas-remas rambutku, juga terasa seperti berusaha mendorong kepalaku agar cepat-cepat sampai ke bawah. Kuciumi dan kujilati perut dan pusar ibu sambil salah satu tanganku kugunakan untuk menurunkan CD-nya. Kemudian dengan cekatan ku lepas CD-nya dan kulemparkan ke atas lantai. Kulihat vagina ibu mertuaku begitu lebat ditumbuhi bulu-bulu yang hitam mengitari liang vaginanya. Mungkin karena terlalu lama aku menjilati perut dan sekitarnya, kembali kurasakan tangan ibu yang ada di kepalaku menekan ke bawah dan kali ini kuikuti dengan menurunkan badanku pelan-pelan ke bawah dan sesampainya di dekat vaginanya, kuciumi daerah di sekitarnya dan apa yang kulakukan ini mungkin menyebabkan ibu tidak sabaran lagi, sehingga kudengar suara ibu mertuaku, “Nak Suuur…, tolooong…, cepaat…, saa.., yaang…, ayooo…, Suuur”.<br />Tanpa kujawab permintaannya, aku mulai melebarkan kakinya dan kuletakkan badanku di antara kedua pahanya, lalu kusibak bulu vaginanya yang lebat itu untuk melihat belahan vagina ibu dan setelah bibir vagina ibu terlihat jelas lalu kubuka bibir kemaluannya dengan kedua jari tanganku, ternyata vagina ibu mertuaku telah basah sekali. Ketika ujung lidahku kujilatkan ke dalam vaginanya, kurasakan tubuh ibu menggelinjang agak keras sambil berkata, “Cepaat…, Suuur…, ibu sudah nggak tahaan”.<br />Dengan cepat kumasukkan mulut dan lidahku ke dalam vaginanya sambil kujilati dan kusedot-sedot dan ini menyebabkan ibu mulai menaik-turunkan pantatnya serta bersuara, “ssshh…, aahh…, Suuur…, teruuus…, adduuuhh…, enaak…, Suuur”, Lalu kukecup clitorisnya berulang kali hingga mengeras, hal ini membuat ibu mertuaku menggelinjang hebat, “Aahh…, ooohh…, Suuur…, betuuul…, yang itu…, Suuur…, enaak…, aduuuh…, Suuur…, teruskaan…, aahh”, sambil kedua tangannya menjambak rambutku serta menekan kepalaku lebih dalam masuk ke vaginanya. Kecupan demi kecupan di vagina ibu ini kuteruskan sehingga gerakan badan ibu mertuaku semakin menggila dan tiba-tiba kudengar suara ibu setengah mengerang, “aahh…, oooh…, duuuh…, Suuur…, ibuu…, mau.., mauuu…, sampaiii…, Naak…, oooh”, disertai dengan gerakan pantatnya naik turun secara cepat.<br />Gerakan badannya terhenti dan yang kudengar adalah nafasnya yang menjadi terengah-engah dengan begitu cepatnya dan tangannyapun sudah tidak meremas-remas rambutku lagi, sementara itu jilatan lidahku di vagina ibu hanya kulakukan sekedarnya di bagian bibirnya saja. Dengan nafasnya yang masih memburu itu, tiba-tiba ibu mertuaku bangun dan duduk serta berusaha menarik kepalaku seraya berkata, “Naak Suuur…, ke siniii…, saayaang”, dan tanpa menolak kuikuti saja tarikan tangan ibu, ketika kepalaku sudah di dekat kepalanya, ibu mertuaku langsung saja memelukku seraya berkata dengan suara terputus-putus karena nafasnya yang masih memburu, “Suuur…, Ibu puas dengan apa yang Nak Suuur…, lakukan tadi, terima kasiih…, Naak”. Ibu mertuaku bertubi-tubi mencium wajahku dan kubalas juga ciumannya dengan menciumi wajahnya sambil kukatakan untuk menyenangkan hatinya, “Buuu…, saya sayang Ibuuu…, saya ingin ibu menjadi…, puu..aas”.<br />Setelah nafas ibu sudah kembali normal dan tetap saja masih menciumi seluruh wajahku dan sesekali bibirku, dia berkata, “Naak Suuur…, Ibu masih belum puas sekali…, Suuur…, tolooong puasin ibu sampai benar-benar puaas…, Naak”, seraya kurasakan ibu merenggangkan kedua kakinya. Karena aku masih belum memberikan reaksi atas ucapannya itu, karena tiba-tiba aku terpikir akan istriku dan yang kugeluti ini adalah ibu kandungnya, aku menjadi tersadar ketika ibu bersuara kembali, “Sayaang…, ayooo…, tolooong Ibu dipuasin lagi Suuur, tolong masukkan punyamu yang besar itu ke punya ibu”.“Buuu…, seharusnya saya tidak boleh melakukan ini…, apalagi kepada Ibuu”,sahutku di dekat telinganya.“Suuur…, nggak apa-apa…, Naak…, Ibu yang kepingin, lakukanlah Naak…, lakukan sampai Ibu benar-benar puas Suuur”, katanya dengan suara setengah mengiba.<br />“aahh…, biarlah, kenapa kutolak”, pikirku dan tanpa membuang waktu lagi aku lalu mengambil ancang-ancang dan kupegang penisku serta kuusap-usapkan di belahan bibir vagina ibu mertuaku yang sudah sedikit terbuka. Sambil kucium telinga ibu lalu kubisikkan, “Buuu…, maaf yaa…., saya mau masukkan sekarang, boleh?”.“Suur…, cepat masukkan, Ibu sudah kepingin sekali Naak”, sahutnya seperti tidak sabar lagi dan tanpa menunggu ibu menyelesaikan kalimatnya aku tusukkan penisku ke dalam vaginanya, mungkin entah tusukan penisku terlalu cepat atau karena ibu katanya sudah lama tidak pernah digauli oleh suaminya langsung saja beliau berteriak kecil, “Aduuuh…, Suuur…, pelan-pelan saayaang…, ibu agak sakit niiih”, katanya dengan wajah yang agak meringis mungkin menahan rasa kesakitan. Kuhentikan tusukan penisku di vaginanya, “Maaf Buu…, saya sudah menyakiti Ibu…, maaf ya Bu”. Ibu mertuaku kembali menciumku, “Tidak apa-apa Suuur…, Ibu cuma sakit sedikit saja kok, coba lagi Suur..”, sambil merangkulkan kedua tangannya di pungungku.<br />“Buuu…, saya mau masukkan lagi yaa dan tolong Ibu bilang yaa…, kalau ibu merasa sakit”, sahutku. Tanpa menunggu jawaban ibu segera saja kutusukkan kembali penisku tetapi sekarang kulakukan dengan lebih pelan. Ketika kepala penisku sudah menancap di lubang vaginanya, kulihat ibu sedikit meringis tetapi tidak mengeluarkan keluhan, “Buuu…, sakit.., yaa?”. Ibu hanya menggelengkan kepalanya serta menjawab, “Suuur…, masukkan saja sayaang”, sambil kurasakan kedua tangan ibu menekan punggungku. Aku segera kembali menekan penisku di lubang vaginanya dan sedikit terasa kepala penisku sudah bisa membuka lubang vaginanya, tetapi kembali kulihat wajah ibu meringis menahan sakit. Karena ibu tidak mengeluh maka aku teruskan saja tusukan penisku dan, “Bleess”, penisku mulai membongkar masuk ke liang vaginanya diikuti dengan teriakan kecil, “Aduuuh…, Suuur”, sambil menengkeramkan kedua tangannya di punggungku dan tentu saja gerakan penisku masuk ke dalam vaginanya segera kutahan agar tidak menambah sakit bagi ibu.“Buuu…, sakit yaa..? maaf ya Buuu”. Ibu mertuaku hanya menggelengkan kepalanya.“Enggak kok sayaang…, ibu hanya kaget sedikit saja”, lalu mencium wajahku sambil berucap kembali, “Suuur…, besar betul punyamu itu”.<br />Pelan-pelan kunaik-turunkan pantatku sehingga penisku yang terjepit di dalam vaginanya keluar masuk dan ibupun mulai menggoyang-goyangkan pantatnya pelan-pelan sambil berdesah, “ssshh…, oooh…, aahh…, sayaang…, nikmat…, teruuuskan…, Naak”, katanya seraya mempercepat goyangan pantatnya. Akupun sudah mulai merasakan enaknya vaginan ibu dan kusahut desahannya, “Buuu…, aahh…, punyaa Ibu juga nikmat, buuu”, sambil kuciumi pipinya.<br />Makin lama gerakanku dan ibu semakin cepat dan ibupun semakin sering mendesah, “Aah…, Suuurr…, ooh…, teruus…, Suur”. Ketika sedang nikmat-enaknya menggerakkan penisku keluar masuk vaginanya, ibu menghentikan goyangan pantatnya. Aku tersentak kaget, “Buuu…, kenapa? apa ibu capeeek?”, Ibu hanya menggelengkan kepalanya saja, sambil mencium leherku ibu berucap, “Suuur…, coba hentikan gerakanmu itu sebentar”.“Ada apa Buuu”, sahutku sambil menghentikan goyangan pantatku naik turun.“Suuur…, kamu diam saja dan coba rasakan ini”, kata ibu tanpa menjelaskan apa maksudnya dan tidak kuduga tiba-tiba terasa penisku seperti tersedot dan terhisap di dalam vagina ibu mertuaku, sehingga tanpa sadar aku mengatakan, “Buuu…, aduuuh…, enaak…, Buu…, teruus Bu, oooh…, nikmat Buu”, dan tanpa sadar, aku kembali menggerakkan penisku keluar masuk dengan cepat dan ibupun mulai kembali menggoyangkan pantatnya.“oooh…, aah…, Suuur…, enaak Suuur”, dan nafasnya dan nafaskupun semakin cepat dan tidak terkontrol lagi.<br />Mengetahui nafas Ibu serta goyangan pantat Ibu sudah tidak terkontrol lagi, aku tidak ingin ibu cepat-cepat mencapai orgasmenya, lalu segera saja kuhentikan gerakan pantatku dan kucabut penisku dari dalam vaginanya yang menyebabkan ibu mertuaku protes, “Kenapa…, Suuur…, kok berhenti?”, tapi protes ibu tidak kutanggapi dan aku segera melepaskan diri dari pelukannya lalu bangun.<br />Tanpa bertanya, lalu badan ibu mertuaku kumiringkan ke hadapanku dan kaki kirinya kuangkat serta kuletakkan di pundakku, sedangkan ibu mertuaku hanya mengikuti saja apa yang kulakukan itu. Dengan posisi seperti ini, segera saja kutusukkan kembali penisku masuk ke dalam vagina ibu mertuaku yang sudah sangat basah itu tanpa kesulitan. Ketika seluruh batang penisku sudak masuk semua ke dalam vaginanya, segera saja kutekan badanku kuat-kuat ke badan ibu sehingga ibu mulai berteriak kecil, “Suuur…, aduuuh…, punyamu masuk dalam sekali…, naak…, aduuuh…, teruuus sayaang…, aah”, dan aku meneruskan gerakan keluar masuk penisku dengan kuat. Setiap kali penisku kutekan dengan kuat ke dalam vagina ibu mertuaku, ibu terus saja berdesah, “Ooohh…, aahh…, Suuur…, enaak…, terus, tekan yang kuaat sayaang”.<br />Aku tidak berlama-lama dengan posisi seperti ini. Kembali kehentikan gerakanku dan kucabut penisku dari dalam vaginanya. Kulihat ibu hanya diam saja tanpa protes lagi dan lalu kukatakan pada ibu, “Buuu…, coba ibu tengkurap dan nungging”, kataku sambil kubantu membalikkan badan dan mengatur kaki ibu sewaktu nungging, “Aduuh…, Suuur…, kamu kok macem-macem sih”, komentar Ibu mertuaku. Aku tidak menanggapi komentarnya dan tanpa kuberi aba-aba penisku kutusukkan langsung masuk ke dalam vagina ibu serta kutekan kuat-kuat dengan memegang pinggangnya sehingga ibu berteriak, “Aduuuh Suuur, oooh”, dan tanpa kupedulikan teriakan ibu, langsung saja kukocok penisku keluar masuk vaginanya dengan cepat dan kuat hingga membuat badan ibu tergetar ketika sodokanku menyentuh tubuhnya dan setiap kali kudengar ibu berteriak, “oooh…, oooh…, Suuur”, dan tidak lama kemudian ibu mengeluh lagi, “Suuur…, Ibu capek Naak…, sudaah Suuur…, Ibuu capeeek”, dan tanpa kuduga ibu lalu menjatuhkan dirinya tertidur tengkurap dengan nafasnya yang terengah-engah, sehingga mau tak mau penisku jadi keluar dari vaginanya.<br />Tanpa mempedulikan kata-katanya, segera saja kubalik badan ibu yang jatuh tengkurap. Sekarang sudah tidur telentang lagi, kuangkat kedua kakinya lalu kuletakkan di atas kedua bahuku. Ibu yang kulihat sudah tidak bertenaga itu hanya mengikuti saja apa yang kuperbuat. Segera saja kumasukkan penisku dengan mudah ke dalam vagina ibu mertuaku yang memang sudah semakin basah itu, kutekan dan kutarik kuat sehingga payudaranya yang memang sudah aggak lembek itu terguncang-guncang. Ibu mertuaku nafasnya terdengar sangat cepat, “Suuur…, jangaan…, kuat-kuat Naak…, badan ibu sakit semua”, sambil memegang kedua tanganku yang kuletakkan di samping badannya untuk menahan badanku.<br />Mendengar kata-kata ibu mertuaku, aku menjadi tersadar dan teringat kalau yang ada di hadapanku ini adalah ibu mertuaku sendiri dan segera saja kehentikan gerakan penisku keluar masuk vaginanya serta kuturunkan kedua kaki ibu dari bahuku dan langsung saja kupeluk badan ibu serta kuucapkan, “Maaf…, Buu…, kalau saya menyakiti Ibu, saya akan mencoba untuk pelan-pelan”, segera saja ibu berucap, “Suuur nggak apa-apa Nak, tapi Ibu lebih suka dengan posisi seperti ini saja, ayoo…, Suuur mainkan lagi punyamu agar ibu cepat puaas”.“Iyaa…, Buuu…, saya akan coba lagi”, sahutku sambil kembali kunaik-turunkan pantatku sehingga penisku keluar masuk vagina ibu dan kali ini aku lakukan dengan hati-hati agar tidak menyakiti badan ibu, dan ibu mertuakupun sekarang sudah mulai menggoyangkan pantatnya serta sesekali mempermainkan otot-otot di vaginanya, sehingga kadang-kadang terasa penisku terasa tertahan sewaktu memasuki liang vaginanya.<br />Ketika salah satu payudara ibu kuhisap-hisap puting susunya yang sudah mengeras itu, ibu mertuaku semakin mempercepat goyangan pinggulnya dan terdengar desahannya yang agak keras diantara nafasnya yang sudah mulai memburu, “ooohh…, aahh…, Suuur…, teruuus…, oooh”, seraya meremas-remas rambutku lebih keras. Akupun ikut mempercepat keluar masuknya penisku di dalam vaginanya.<br />Goyangan pinggul ibu mertuakupun semakin cepat dan sepertinya sudah tidak bisa mengontrol dirinya lagi. Disertai nafasnya yang semakin terengah-engah dan kedua tangannya dirangkulkan ke punggungku kuat-kuat, ibu mengatakan dengan terbata-bata, “Nak Suuur…, aduuuh…, Ibuuu…, sudaah…, oooh…, mauuu kelluaar”. Aku sulit bernafas karena punggungku dipeluk dan dicengkeramnya dengan kuat dan kemudian ibu mertuaku menjadi terdiam, hanya nafasnya saja yang kudengar terengah-engah dengan keras dan genjotan penisku keluar masuk vaginanya. Untuk sementara aku hentikan untuk memberikan kesempatan pada ibu menikmati orgasmenya sambil kuciumi wajahnya, “Bagaimana…, Buuu?, mudah-mudahan ibu cukup puas.<br />Ibu mertuaku tetap masih menutup matanya dan tidak segera menjawab pertanyaanku, yang pasti nafas ibu masih memburu tetapi sudah mulai berkurang dibanding sebelumnya. Karena ibu masih diam, aku menjadi sangat kasihan dan kusambung pertanyaanku tadi di dekat telinganya, “Buu…, saya tahu ibu pasti capek sekali, lebih baik ibu istirahat dulu saja.., yaa?”, seraya aku mulai mengangkat pantatku agar penisku bisa keluar dari vagina ibu yang sudah sangat basah itu. Tetapi baru saja pantatku ingin kuangkat, ternyata ibu mertuaku cepat-cepat mencengkeram pinggulku dengan kedua tangannya dan sambil membuka matanya, memandang ke wajahku, “Jangaan…, Suuur…, jangan dilepas punyamu itu, ibu diam saja karena ingin melepaskan lelah sambil menikmati punyamu yang besar itu mengganjal di tempat ibuuu, jangaan dicabut dulu…, yaa…, sayaang”, terus kembali menutup matanya.<br />Mendengar permintaan ibu itu, aku tidak jadi mencabut penisku dari dalam vagina ibu dan kembali kujatuhkan badanku pelan-pelan di atas badan ibu yang nafasnya sekarang sudah kelihatan mulai agak teratur, sambil kukatakan, “Tidaak…, Buuu…, saya tidak akan mencabutnya, saya juga masih kepingin terus seperti ini”, sambil kurangkul leher ibu dengan tangan kananku. Ibu hanya diam saja dengan pernyataanku itu, tetapi tiba-tiba penisku yang sejak tadi kudiamkan di dalam vaginanya terasa seperti dijepit dan tersedot vagina ibu mertuaku, dan tanpa sadar aku mengaduh, “Aduuuh…, oooh…, Buuu”.“Kenapa…, sayaang…, enaak yaa?”, sahut ibu sambil mencium bibirku dengan lembut dan sambil kucium hidungnya kukatakan, “Buuu…, enaak sekaliii”, dan seperti tadi, sewaktu ibu mertuaku mula-mula menjepit dan menyedot penisku dengan vaginanya, secara tidak sengaja aku mulai menggerakkan lagi penisku keluar masuk vaginanya dan ibu mertuakupun kembali mendesah, “oooh…, aah…, Suuur…, teruuus…, naak…, aduuuh…, enaak sekali”.<br />Semakin lama gerakan pinggul ibu semakin cepat dan kembali kudengar nafasnya semakin lama semakin memburu. Gerakan pinggul ibu kuimbangi dengan mempercepat kocokan penisku keluar masuk vaginanya. Makin lama aku sepertinya sudah tidak kuat untuk menahan agar air maniku tetap tidak keluar, “Buuu…, sebentar lagi…, sayaa…, sudaah…, mau keluaar”, sambil kupercepat penisku keluar masuk vaginanya dan mungkin karena mendengar aku sudah mendekati klimaks, ibu mertuakupun semakin mempercepat gerakan pinggulnya serta mempererat cengkeraman tangannya di punggungku seraya berkata, “Suuur…, teruuuss…, Naak…, Ibuuu…, jugaa…, sudah dekat, ooohh…, ayooo Suuur…, semprooot Ibuu dengan airmuu…, sekaraang”.“Iyaa…, Buuu…, tahaan”, sambil kutekan pantatku kuat-kuat dan kami akhiri teriakan itu dengan berpelukan sangat kuat serta tetap kutekan penisku dalam-dalam ke vagina ibu mertuaku. Dalam klimaksnya terasa vagina ibu memijat penisku dengan kuat dan kami terus terdiam dengan nafas terengah-engah.<br />Setelah nafas kami berdua agak teratur, lalu kucabut penisku dari dalam vagina ibu dan kujatuhkan badanku serta kutarik kepala ibu mertuaku dan kuletakkan di dadaku.Setelah nafasku mulai teratur kembali dan kuperhatikan nafas ibupun begitu, aku jadi ingat akan tugas yang diberikan oleh istriku.“Buuu…, apa ini yang menyebabkan ibu selalu marah-marah pada Bapak..?”, tanyaku.“Mungkin saja Suuur…, kenapa Suuur?”, Sahutnya sambil tersenyum dan mencium pipiku.“Buuu…, kalau benar, tolong ibu kurangi marah-marahnya kepada Bapak, kasihan dia”, ibu hanya diam dan seperti berfikir.Setelah diam sebentar lalu kukatakan, “Buuu…, sudah siang lho, seraya kubangunkan tubuh ibu serta kubimbing ke kamar mandi.<br />Setelah peristiwa ini terjadi, ibu seringkali mengunjungi rumah kami dengan alasan kangen cucu dan anaknya Mur, tetapi kenyataannya ibu mertuaku selalu mengontakku melalui telepon di kantor dan meminta jatahnya di suatu motel, sebelum menuju ke rumahku. Untungnya sampai sekarang Istriku tidak curiga, hanya saja dia merasa aneh, karena setiap bulannya ibunya selalu mengunjung rumah kami.RAIDERShttp://www.blogger.com/profile/12674960758995664677noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-4233821845464032072.post-12071219846363236782009-09-05T08:21:00.000+07:002009-09-05T08:24:26.595+07:00Sekitar 20 tahun silam, aku “Anis” sudah mengenal yang namanya nafsu sex, meskipun aku belum banyak kenalan dengan wanita. Aku termasuk pria yang tidak suka, bahkan tak pernah melakukan onani seperti kebanyakan pria. Namun aku sangat mudah terangsang ketika melihat kemaluan lawan jenis, apalagi jika menyaksikan melakukan hubungan intim, sekalipun itu adalah hewan atau binatang.<br />Ceritanya bermula ketika aku masih duduk kelas 2 di bangku SMTP di kecamatanku. Saat itu usiaku sekitar 15 tahun. Maklum sebagai orang yang tinggal dan dibesarkan di suatu desa yang agak terpencil dari keramaian kota, aku sehari-hari bekerja sebagai penggembala kerbau sebagaimana umumnya laki-laki seusiaku di desaku itu. Sebelum dan sepulang dari sekolah, aku mempunyai tanggung jawab untuk mengurus hewan-hewan piaraan keluargaku, sebab biaya pendidikan dan keperluan pokok sehari-hari kami, umumnya diperoleh dari harga kerbau. Kurang lebih 15 ekor kerbau yang harus saya urus setiap harinya yakni mengembalakan di padang rumput, memandikan di sungai, memasukkan ke kandang dan sebagainya.<br />Walaupun sejak kecilku aku sudah seringkali menyaksikan bagaimana hewan-hewan itu melakukan hubungan sex (kuda, ayam, sapi, kambing, anjing, burung misalnya), namun entah saat itu pengaruh setan dari mana sehingga aku tiba-tiba mulai terangsang memperhatikan sepasang kerbauku melakukan hubungan sex. Mungkin karena keduanya merupakan tungganganku sehari-hari yang paling jinak, bersih dan sedikit gemuk, apalagi masih mudah (belum pernah melahirkan), atau memang karena aku sudah terkena puber pertama, atau karena aku kesepian dari teman-teman penggembala lainnya. Yang jelas aku sangat terangsang melihat dengan asyiknya penis kerbau jantanku menyentuk dan menembus vagina kerbau betinaku dari belakang. Aku semakin mendekatkan wajahku ke dekat vagina yang tertusuk dengan penis yang panjang itu dan melihat bagaimana keduanya melakukan aksinya. Si jantan dengan keras dan cepat sekali menggocok-gocok vagina si betina, sehingga terdengar bunyi yang agak khas.<br />Ketika keduanya mencapai klimaks yang ditandai dengan amblasnya seluruh penis si jantan ke dalam vagina si betina dan sedikit terdiam lalu meneteskan cairan putih dari dalam kemaluannya, aku mencoba mencium dan meraba kedua bibir vagina si betina yang sedikit basah dan montok itu. Bahkan aku dengan mudah membuka kedua bibir vaginanya dan melihat dengan jelas dinding-dinding vaginanya yang agak keputihan setelah penis si jantang keluar, lalu memasukkan dua jari tanganku ke dalamnya, sehingga terasa agak panas dan halus. Keduanya masih terdiam di tempatnya, karena aku mengelus-elus kepalanya agar tidak bergerak dulu.<br />Kebetulan saat peristiwa itu, aku berada di atas kerbau jantanku dan menungganginya, sehingga punggungku bergerak-gerak mengikuti irama gerakan pinggul si jantan ketika ia menggocok vagina si betina. Hal itulah barangkali yang membuatku sangat terangsang.<br />Konsentrasiku saat peristiwa itu mulai terganggu. Aku semakin penasaran ingin juga menikmati vagina si betina itu, tapi aku masih takut jika ada orang lain yang melihatku karena aku berada di padang rumput yang luas dan terbuka. Belum aku turun dari atas kerbau jantanku itu, tiba-tiba datang lagi kerbau jantanku yang lainnya menaiki tubuh kerbau betinaku tadi dan langsung memasukkan penisnya hingg amblas seluruhnya. Aku cepat-cepat lompat dan memisahkannya agar tidak sembarang yang menggaulinya, apalagi si jantan yang satu itu sedikit kurus dan kotor. Akal kotorku mulai jalan. Menjelang tengah hari nanti, aku dapat salurkan nafsu bejatku lewat kerbau betinaku di sungai, sebab kebetulan setiap tengah hari aku bawa mereka berendam dan mandi di sungai bersama dengan teman-teman gembala lainnya. Hal itu sudah rutin kami lakukan, selain membersihkan tubuhnya juga untuk mengistirahatkannya sambil minum-minum.<br />Berbeda dengan hari-hari sebelumnya, di mana kami berangkat sama-sama dengan teman gembala lainnya ke sungai, tapi hari itu aku sengaja cepat-cepat membawa kerbauku ke sungai karena didorong oleh maksud lain sehingga menjelang tengah hari aku sudah ada di sungai itu berendam bersama dengan kerbauku. Suasana di sungai itu masih sangat sepi. Sejak dari padang rumput hingga tiba di sungai yang jaraknya kurang lebih 1 km dari rumah penduduk, aku memang sudah menunggangi kerbau betinaku yang cantik dan mudah itu. Mungkin karena ia dalam keadaan suburnya (musim kimpoinya) sehingga ia tenang sekali jika disentuh, apalagi ditunggangi. Aku banyak main-main di atasnya, kadang mengelus, meraba-raba kepala, dada dan pantatnya, bahkan berbaring di atasnya.<br />Sesampainya di sungai, aku langsung buka baju dan celanaku sekalian mumpun belum ada orang lain di sungai itu, apalagi hal itu sudah menjadi kebiasaan kami jika mandi di sungai. Aku sudah tidak peduli lagi kerbau lainnya. Aku hanya konsentrasi dan mengurusi kerbau betinaku yang sedang mengalami masa subur itu. Mula-mula kubersihkan seluruh tubuhnya dari ujung kepala hingga ujung kaki dan terakhir aku bersihkan bagian belakangnya, terutama di bawah ekornya itu. Aku coba mainkan tanganku dengan mengelus vaginanya, menusuk-nusuknya dengan telunjuk, membuka kedua bibir vaginanya dengan kedua tanganku. Terasa panas dan halus. Si betina itu hanya sedikit bergerak merendam tubuhnya sambil menikmati kehangatan air sungai yang masih jernih itu.<br />Pantatku dan pantat si betina itu tidak kelihatan karena terendam air. Hanya kepala kami yang nampak di permukaan air, sehingga sekalipun ada orang lain yang melihatku, tidak mungkin langsung curiga, karena ia tidak akan bisa melihat penisku bersentuhan dengan vagina kerbauku. Aku terus menggosok-gosok tubuh si betina dengan kedua tanganku, namun penisku mulai menyentuh bibir vagina si betina dan mulai terasa agak hangat. Entah apa si betina itu juga terangsang atau tidak, tapi yang jelas ia hanya diam dan kemaluannya terasa hangat. Aku semakin sulit menahan nafsuku ketika pantat si betina itu sedikit bergerak ke kiri dan ke kanan sebagaimana layaknya manusia yang sedang terangsang. Penisku yang berdiri sejak pagi hari akibat rangsang oleh persetubuhan antara kerbau jantan dengan kerbau betinaku, nampaknya sulit lagi kukendalikan. Akhirnya kuputuskan untuk mencoba saja menyalurkannya melalui vagina si betina mumpun belum ada orang lain yang melihatku.<br />Karena memang bukan fitrah untuk berpasangan dengan manusia, maka wajar saja jika aku tidak kesulitan menembus vagina si betina. Penisku amblas seluruhnya tanpa hambatan sedikitpun. Nikmat sekali kurasakan saat itu, sebab baru kali itu penisku merasakan yang namanya vagina, meskipun vagina hewan, tapi kurasa tidak jauh beda rasanya dengan vagina manusia apalagi bagi orang yang dirundung nafsu birahi. Cukup lama juga aku keluar masukkan penisku di kemaluan si betina itu, meskipun dalam air. Si betina nampaknya juga menikmatinya. Ia tidak banyak bergerak dan seolah memberi kesempatan padaku untuk memperlakukannya hingga aku bisa mencapai kepuasan. Bahkan sedikit aneh, sebab punggungnya sesekali bergoyang ke kiri dan ke kanan namun agak lambat. Getaran dinding vaginanyapun terasa sekali menambah gairahku sehingga terasa lebih nikmat. Meskipun saat itu aku belum bisa bandingkan dengan vagina manusia karena aku sama sekali belum pernah merasakan sebelumnya, tapi belakangan kuketahui ternyata bagi orang yang bernafsu tinggi seperti diriku sulit membedakan kenikmatan dan kehangatan dari keduanya.<br />Dalam tempo hampir satu jam, aku sempat memuncratkan spermaku ke dalam vagina si betina sebanyak 3x hingga teman-teman gembalaku berdatangan. Mereka hanya bertanya padaku tentang sebabnya aku tidak menunggu mereka namun dengan alasan kerbaku haus dan kepanasan, akhirnya mereka bisa mengerti juga tanpa sedikitpun rasa curiga pada diriku. Kami tetap kembali ke padang rumput secara bersama-sama dan pulang ke rumah bersama pula, tapi telah mengalami sesuatu peristiwa luar biasa selama hidupku, sementara mereka tidak. Itulah kegembiraan dan kebanggaan yang dapat kami raih saat itu, bahkan menjadi kenangan hidupku sepanjang masa. Hampir setiap hari aku peraktekkan pengalamanku itu lewat kerbau betinaku. Kadang aku lakukan di padang rumput dikala sepi dari temanku, kadang di kandangnya dan kebanyakan kulakukan di sungai. Sesekali pula aku mencobanya pada kerbau betinaku yang lain, namun kebanyakan pada kerbau betinaku yang pertama kali memuaskan nafsuku itu. Pernah sekali kuperaktekkan lewat anak kerbauku yang berusia 5 bulan dengan harapan vaginanya lebih sempit, namun malah aku ditendang lalu ia lari.<br />*****<br />Teman-teman penggemar cerita porn, mungkin tidak menarik dan merangsang bagi anda jika membaca ceritaku ini, namun bagi orang tertentu, terutama yang bernafsu tinggi seperti aku, tidak bisa membedakan mana vagina kerbau dan mana vagina manusia jika sudah sama-sama bersentuhan. Aku tidak mampu menghitung lagi berapa kali kuperaktekkan pada kerbau dan mungkin di atas ratusan kali sebab sejak kurasakan kenikmatan itu, aku hampir tiap hari melakukannya hingga aku berhenti menggembala karena melanjutkan pendidikan di kota Kabupatenku. Sungguh banyak sekali spermaku yang bakal jadi janin manusia terbuang sia-sia di kemaluan kerbau, namun belum sempat kusesali karena hingga usiaku di atas 30 tahun, nafsu syahwatku belum juga reda, bahkan semakin meningkat rasanya. Anehnya lagi, hampir tidak ada wanita yang kuanggap jelek dan membosankan selama mereka masih normal dan menyukai hubungan sex. Inilah kelebihannya bagi pria yang memulai petualangan sexnya lewat binatang atau hewan, apalagi bila nyata-nyata manusia. Sebab selalu dianggap lebih baik yang dirasakan belakangan dari yang pertama.<br />Entah diriku ini tergolong pria normal atau tidak, tapi yang jelas aku tidak memilih-milih wanita asal ia punya vagina yang bisa disetubuhi. Tua atau muda, berbulu atau tidak, harum atau tidak, basah atau tidak, montok atau tidak, sempit atau tidak, rasanya semuanya nikmat dan dapat merangsangku untuk mencapai tujuan pokok yang sebenarnya. Sejak peristiwaku bersama kerbau betinaku, aku senang sekali terhadap vagina wanita, sehingga muka, payudara, kelentit, rambut, bau, dan penampilan tubuhnya seolah hanya soal yang kedua bagiku. Aku belum mau dikatakan menyerah dan menolak jika ditawarkan vagina wanita. Aku belum pernah menolak tawaran sex dari wanita hanya karena kurang menarik.<br />Sebelum aku melanjutkan pendidikan ke Kota, aku memang sempat merasakan nikmatnya vagina wanita selama dua kali. Pertama kali di sawah sewaktu menjelang musim panen dan yang kedua sewaktu menjelang pendaftaran/penerimaan siswa baru. Kedua perstiwa itu sama-sama sulit terlupakan karena mempunyai kesan tersendiri yang luar biasa. Keduanya pun sama-sama masih perawan desa dan masih tergolong di bawah usia.RAIDERShttp://www.blogger.com/profile/12674960758995664677noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-4233821845464032072.post-20395919707829844642009-09-04T08:51:00.001+07:002009-09-04T08:51:58.069+07:00Kutelusuri jalanan Kota S yang sudah 2 tahun aku tinggalkan, masih tidak banyak perubahan yang berarti, melewati jalan protokol yang dihiasi beberapa hotel bintang lima, sepanjang jalan BR hingga EM. Melintas di depan Hotel H, S dan W semuanya mengandung banyak memory di kota ini. Sopir mobil sewaan nyerocos tak karuan menerangkan seluk beluk kota ini<br />Sementara pikiranku melayang beberapa tahun yang lalu, saat itu musim hujan Desember 1996 di sela gemericik gerimis hujan, aku masih ingat betul tanggalnya 27 karena saat itu ada perayaan Natal yang disiarkan secara sentral oleh seluruh TV. Melalui Alex, aku dikenalkan seorang cewek sesuai yang aku idamkan, tinggi, putih dan tentu saja cantik, meskipun dadanya tidak sebesar yang aku dambakan, tetapi 34B bukanlah ukuran yang kecil, tinggi 167 cm ditambah dengan sepatu hak tingginya menambah pesona sexynya.<br />“Hi, Lily,” katanya saat dia memperkenalkan diri sambil mengulurkan tangannya.“Henri,” balasku menyambut uluran tangannya.Cantik sekali dengan potongan rambut shaggy-nya, celana jeans dan kaos press body orange tidak bisa menyembunyikan potongan lekuk tubuhnya yang aku taksir sekitar 25 tahun umurnya. Malam semakin merangkak naik, gerimis di luar benar-benar mengundang kehangatan, begitu juga percakapan kami sepertinya sudah kehabisan topik umum.<br />“Kita ke kamar yuk,” ajaknya sambil tatapan matanya penuh arti.“OK, oh ya Alex, urusan dengan kamu besok aja ya,” kataku sambil menggandeng Lily ke arah lift.Dia berjalan di sampingku sementara kupeluk pinggangnya dengan mesra, sungguh serasi dengan tinggiku yang 180 cm, membuat semua orang melirik ke arah kami. Kamar 815 terletak di ujung koridor, jalan koridor terasa tidak sepanjang tadi siang saat aku check in di hotel ini. Kubuka kamar hotel, masih tercium bau asap rokok sisa aku merokok tadi siang. Rupanya Room Boy belum membersihkan kamar yang sudah aku tinggal sejak tadi sore, sehingga kamar tidur kelihatan tidak rapi.<br />“Kamu habis main tadi siang ya?” godanya setelah melihat keadaan dalam kamar.“Ah enggak, Room Boynya saja yang malas ngeberesin” sanggahku, “lagian lebih baik energinya disimpan untuk real fight,” lanjutku.“Emang mau fight dengan siapa?” godanya lagi.“Ya dengan siapa yang mau dan yang ada, dan sepertinya sudah ada di kamar ini,” godaku balik sambil merebahkan badanku di ranjang.Kunyalakan rokok Gudang Garamku untuk menghilangkan nervous-ku (itu biasa aku lakukan) sementara dia mengeluarkan Marlboro putih dari tas Channelnya.“Boleh aku merokok?” tanyanya dan tanpa menunggu jawaban dariku, dia sudah menyelipkan sebatang rokok di bibir merahnya dan segera menyalakannya.Kutarik lembut tangannya ke arahku, dia duduk di tepi ranjang, dapat kucium parfum Issey Miyakenya semerbak di sekeliling tubuhnya, menambah gairahku semakin menaik tinggi.<br />“Dasar hidung bodoh, masak tidak bisa mencium parfumnya sejak di lift,” umpatku dalam hati.Kutarik lagi tubuhnya supaya lebih mendekat, dia rebahkan kepalanya di dadaku, kembali rambutnya semerbak wangi, tanganku mulai bergerak mengusap punggungnya, kemudian kusisipkan dibalik kaos orange-nya sehingga aku bisa merasakan halusnya kulit punggungnya yang putih mulus.“Aku lepas kaosnya ya, kainnya ini kasar,” Kemudian dia bangkit berdiri menghadap jendela dan membelakangiku, menyingkap kaosnya ke atas dan melipatnya di sofa, selanjutnya dilepasnya pula celana jeansnya sehingga aku bisa melihat pasangan pakaian dalamnya hitam dengan renda renda hijau.<br />Meskipun masih kulihat dari belakang, tapi aku sudah tidak bisa menahan gejolak di dalam ini, dia begitu sexy. Kemudian dia berbalik dan berjalan ke arahku, oh very very sexy, it’s perfect. Kulit tubuhnya yang putih mulus hanya berbalut bikini semakin menonjolkan potongan body sexy-nya, buah dadanya yang putih terlihat sebagian menonjol dibalik BH semakin membuat penisku tidak mau dikontrol lagi. Sungguh pemandangan yang begitu indah.“Lho, koq belum dilepas Bang?” tanyanya (aku tak mau dipanggil Pak, supaya tidak terlalu resmi).“Eh eh,” aku sampai terbengong karena terpesona keindahannya.“Aku lepasin ya, nanti kusut bajunya,” katanya sembari mendekat ke arahku.Perlahan dia membuka kancing bajuku, terus celanaku sehingga tinggal cuma celana dalamku saja, kelihatan sekali tonjolan di selangkanganku.<br />Aku masih terbengong menikmati cantiknya wajah dan keseksian tubuhnya, lalu dia menciumi mukaku, aku sudah tidak bisa menahan diri lagi, kutarik tubuhnya sehingga menindih tubuhku, buah dadanya terasa menempel didadaku. Kami berciuman, sementara tanganku mulai meraba tali BH dibelakang dan melepas kaitannya, terus terang tanganku agak gemetaran sehingga perlu perjuangan untuk melepas kaitan di punggungnya.“Ah Abang nakal,” desahnya disela sela ciuman kami, tapi dia tidak perduli ketika BH-nya aku tarik ke samping sehingga terlepas dan kulempar ke sofa.Terasa buah dadanya menempel langsung ke dadaku, betapa hangatnya tubuhnya, dia terus menciumiku, kemudian turun ke leher, hingga sampai ke dadaku, dijilati dan diisapnya puting sebelah kananku (merupakan titik rangsangan paling sensitif bagiku).‘Gila, ganas juga ini cewek’ pikirku sambil memainkan puting buah dadanya.<br />Hot banget, aku sudah tidak tahan lagi, ingin kubalikkan tubuhnya dan gantian untuk menikmati keindahannya tubuhnya. Tapi sebelum itu terlaksana, dia langsung turun kebawah, menarik celana dalam Jockey putih ku, sehingga nongollah penis yang dari tadi tertekan celana dalam.“Wow very big, very very big,” gumamnya sambil memegang penis 17 cm-ku.Terlihat tangan putihnya begitu mungil dan sangat kontras dengan penisku yang kecoklatan. Dikocoknya penisku dengan tangan kanannya sementara tangan kirinya mengusap pangkal penis dan kantong pelir dibawahnya, sambil dia duduk di antara selangkanganku yang aku buka lebar. Sekarang terlihat begitu jelas bentuk buah dadanya begitu jelas, begitu indah dan padat lagi.“Tetekmu bagus,” kataku sambil menggumam tidak jelas.Dia terus melihatku sambil tersenyum manis, aku gemes melihat bibirnya yang indah itu, tanpa sadar bahwa barusan aku mengulum bibir itu.“Terima kasih,” katanya sambil terus mengocokku, hingga keluar cairan putih bening karena begitu terangsang.Tiba tiba dia menunduk dan menjilat kepala penisku yang basah itu terus turun ke pangkal penis selanjutnya turun lagi hingga mendekati anus.“aahh” aku menggeliat kegelian atau keenakan atau apa aku sudah tidak tahu lagi mengatakannya.<br />Akhirnya aku tidak tahu lagi ketika tersadar bahwa penisku sudah didalam mulutnya, kulihat kepalanya turun naik seirama keluar masuknya penisku dalam mulutnya, aku tahu dia kesulitan memasukkan semua penis itu kedalam mulutnya sehingga hanya separo yang bisa keluar masuk, tapi aku sudah tidak perduli lagi, kupegangi kepalanya sambil mendorongnya supaya penisku bisa masuk lebih dalam lagi.<br />Setelah beberapa saat, dia naik keatas dan rebah disebelahku, menarikku ke atas tubuhya.‘Nah sekarang giliranku’ pikirku sambil melepas celana dalam hitam-hijaunya.Kulihat cairan di bagian dalamnya, rupanya dia sudah begitu terangsang. Aku naiki tubuhnya, kuciumi wajahnya dan lagi aku kulum bibir yang begitu merangsang, kemudian aku kulum telinganya. Dia menggeliat kegelian dan mulai mengerang keenakan sambil tangannya memainkan dan mengocok penisku yang sudah makin mengeras seolah mau meledak.“Ouuhh ya,” desahnya di telingaku, aku terus menjilati leher jenjangnya sambil tanganku mulai memainkan bibir vaginanya, basah.Aku jilat putingnya yang kemerahan terus mengulumnya kemudian pindah ke puting satunya terus pindah lagi, begitu seterusnya.“Ayo Bang, masukin, sudah nggak tahan nih,” pintanya sambil mendesah.Tak tega juga aku melihatnya (atau mungkin lebih tepat tak tahan kali), kemudian aku atur posisi tubuhku diantara kakinya yang sudah dibuka lebar, dia menekuk lututnya ke atas dengan posisi siap menerima. Aku gesek gesekkan penisku di bibir vaginanya yang sudah basah, kemudian perlahan lahan kumasukkan ke dalam. “aahh pelan bang,” desahnya. Sedikit demi sedikit kumasukkan, tapi belum sampai setengah kucabut, kumasukkan lagi dan kucabut lagi, begitu terus sampai semua 17 cm penisku tertanam kedalam.<br />Aku diam sesaat sebelum mulai mengocok vaginanya, sambil merasakan kenikmatan jepitan dan pijatan didalam. Gila, penisku rasanya dipilin pilin didalam. Kemudian kutarik perlahan sampai hampir keluar dan kumasukkan lagi sampai pangkal penisku begitu seterusnya. Beberapa kali dia mengubah posisi kakinya, mulai diangkat keduanya dan diletakkan di bahuku, lalu kaki kanan ditekuk keatas sampai hampir menyentuh kepalanya, kemudian menjepit pinggangku begitu seterusnya sambil tak lupa aku terus mengulum kedua putingnya secara bergantian ketika posisiku memungkinkan. Setiap posisi kaki yang berbeda memberikan efek jepitan vagina yang berbeda (bagi yang pernah merasakannya pasti mengerti).<br />Merasa sperma udah di ujung penis, aku cabut keluar kemudian kubalikkan dia hingga tengkurap dan kutarik pantatnya keatas sehingga posisinya nungging dengan bibir vagina tepat di depan penisku yang masih tegang. Terlihat raut mukanya seakan akan mau protes merasakan kenikmatan yang terputus, tetapi aku jawab dengan menusukkan penisku ke vaginanya dengan keras, rupanya dia tidak menyangka akan mendapat gerakan begitu keras menghunjam di vaginanya sehingga dia cuma bisa mengerang, “Auu” sembari kepalanya mendongak sesaat dan tangannya meremas seprei ranjang. Buah dada yang menggantung tentunya tidak bisa ku sia siakan, kubungkukkan tubuhku untuk meraih tetek yang indah itu, sebagai pegangan kutarik kebelakang sehingga penisku makin masuk ke dalam menyentuh ujung dinding vagina yang dalam (rahim?) seolah ujung penis yang keras ini terkena benda yang ada di dalamnya.<br />Beberapa saat kemudian dia sudah bisa mengikuti irama goyangan pantatku, sehingga dia sudah bisa mulai menikmatinya. Akhirnya aku keluar meskipun belum orgasme (harap dibedakan antara keluar dan orgasme, bagi yang tahu dan mengalami pasti paham perbedaan antara orgasme dan keluar) tak lama kemudian kurasakan tangannya mencengkeram tanganku dengan kencang sambil mengerang.“Aaauuhh Bang” erangnya sambil menutup mata dan menggoyang-goyangkan kepalanya ke kiri dan kanan, kurasakan denyutan didalam vaginanya, dia sudah orgasme, kucabut penisku yang sudah basah.<br />Karena aku belum orgasme, game is not over yet, kutarik tubuhnya kearahku sehingga kami berdua dengan posisi jongkok di atas lutut, dengan dorongan sekali lagi kumasukkan seluruh penisku ke dalam vaginanya yang sudah basah, dia mendongakkan kepalanya dan melihat ke arahku, kaget karena tidak menyangka akan kuperlakukan seperti itu, dia terus mengerang tak jelas. Aku paling suka melihat expresi cewek yang sudah orgasme tapi terus di entot, mungkin anda tahu sendiri bagaimana rasanya kalau sudah orgasme tetapi masih terus dikerjain sama cewek, antara geli, enak, nggak enak pokoknya kayak gitu lah.“Aaah Abang naakaall,” teriaknya, tapi beberapa saat kemudian dia juga mulai ikut menggoyangkan iramaku.Hingga akhirnya aku benar-benar orgasme setelah keluar beberapa kali, dan ku semprotkan sperma tetesan terakhir di dalam vaginanya. Kami berdua kemudiah telentang kecapekan di ranjang, kulihat langit langit kamar hotel seperti puas menikmati pertunjukan kami, tangan Lily masih memainkan penisku yang sudah mulai lemas, tak terasa 45 menit sudah permainan ini.<br />Malam itu kami masih bisa main dua kali lagi dengan berbagai posisi yang mungkin sebelum ketiduran. Ketika bangun kulihat dia sudah mandi dan mengenakan pakaiannya yang sexy, dengan koran dan kopi disebelahnya, tapi perasaanku sudah tidak seperti kemarin, karena aku sudah melihat dan menikmati tubuh sexy dan kemontokan di balik kaus ketatnya. Aku tersenyum puas.<br />Setelah aku mandi dan bersiap ke kantor, kuselipkan amplop di tas Channelnya dengan sepengetahuan dia sebagai imbalan atas servisnya semalam. Lily adalah memang seorang gadis panggilan freelancer.<br />Lamunanku buyar ketika mobil sewaan memasuki area Airport J, jam tanganku menunjukkan pukul 8:30 malam, berarti masih 30 menit menunggu pesawat dari Jakarta. Sambil menunggu dimobil kunyalakan lampu baca diatas dan kubaca Post, koran sore. Tapi kembali kenangan masa lalu menyelinap lagi dikepalaku.<br />Setelah pertemuan itu, aku sering memakai jasa dia, baik di Kota S ataupun saat keluar kota, tidak jarang aku booking dia untuk temanku yang datang dari Jakarta atau client kantor (akan diceritakan di lain kesempatan).<br />Karena sering ketemu, akhirnya kami menjadi akrab dan berpacaran sehingga sifatnya sudah bukan bisnis tetapi sudah kebutuhan suka sama suka. Pada pertengahan April 1997, atas saranku dia pindah kost yang lebih baik (terutama bagi kami berdua) dan sejak saat itu aku lebih sering nginap di tempat kostnya dia dari pada di Mess. Saat di tempat kost dia baik menginap atau tidak, bukan hal asing bagiku untuk mengantar dia ke hotel apabila ada bookingan, pada awalnya sih kacau perasaan ini tetapi setelah beberapa kali akhirnya bisa menyesuaikan apalagi kalau dia cerita bagaimana dia berhubungan sex dengan tamunya barusan, aneh memang tetapi aku sangat menikmati ceritanya, bisa membuat semakin horny. Tamu-tamunya adalah dari kalangan atas mulai dari pengusaha sampai pejabat bahkan beberapa menteri orde baru (sebagaian masih menjabat hingga sekarang) menjadi tamu langganannya (Kisah-kisah petualangan dia akan diceritakan pada kesempatan lain, apabila cerita ini dianggap layak diteruskan).<br />Kami memang punya agreement bahwa kalau aku lagi menginap di tempatnya, maka tidak boleh dia menerima bookingan Over Night, kalau short time bebas tanpa batasan terserah kekuatan dia, rekor tertinggi saat aku mengantarnya melayani tamu adalah 7 atau 8 tamu dalam satu hari. Mungkin ada dari pembaca yang pernah membookingnya, ceritanya bisa dikirim di 17thn ini juga.<br />Empat bulan kemudian tepatnya Agustus 1997, aku dipindahkan ke Kantor Pusat Jakarta dia aku beri kebebasan untuk ikut atau tetap di Kota S dan akhirnya dia ikut ke Jakarta. Selama di Jakarta dia aku bebaskan boleh menerima tamu seperti di Surabaya asal jangan teman sekantor atau rekanan kerjaku. Tapi selama di Jakarta dia sudah tidak lagi mau melayani tamu yang mau mem-booking-nya (sejauh yang saya tahu)<br />Akhirnya, 10 November 1997 kami menikah secara resmi dan dia menyatakan berhenti dari pekerjaannya, meskipun sebenarnya aku tidak melarang karena aku juga menikmati sensasi saat dia main sex atau tepatnya di entot oleh orang lain (sampai sekarang)<br />“Pak.. Pak, pesawat terakhir dari Jakarta telah datang,” kembali lamunanku buyar oleh teguran sopirku.Aku bergegas ke pintu kedatangan, gerimis dan tak lama kemudian muncullah sosok yang aku tunggu, sosok yang tinggi jangkung dengan pakaian yang ketat bersepatu hak tinggi sungguh anggun berjalan diantara penumpang lainnya, dialah Lily, istriku tercinta, masih tetap seperti dulu senang menarik perhatian orang, dengan bangga dan mesra kugandeng dia memasuki mobil dan segera meluncur ke luar kota menjenguk keluarganya.<br />TAMATRAIDERShttp://www.blogger.com/profile/12674960758995664677noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-4233821845464032072.post-82434167279813287672009-09-04T08:50:00.000+07:002009-09-04T08:51:18.412+07:00Cerita ini berawal pada tahun 1997 dan kejadian itu terjadi di rumah istri om-ku. Om-ku itu bekerja pada bidang marketing, jadi kadang bisa meninggalkan rumah sampai satu minggu lamanya, dan untuk mencukupi kebutuhan hidup mereka berdua bersama tiga anaknya yang masih kecil, mendirikan sebuah warung di depan rumah. Tanteku itu orangnya lumayan menarik dengan postur tubuh setinggi 170 cm dengan ukuran dada 34B, berumur kira-kira 29 tahun. Sebenarnya dulu aku suka sekali melihat tubuh mulus tanteku, secara tidak sengaja ketika dia sedang mandi karena memang di tempat kami kamar mandi pada saat itu atasnya tidak tertutup genteng dan tanpa berpintu, jadi kalau ada yang mandi di situ hanya dengan melampirkan handuk di tembok yang menjadikan tanda bahwa kamar mandi sedang dipakai.<br />Tidak sampai di situ saja, kadang tanteku ini suka memakai baju tidur yang model terusan tipis tanpa memakai BH dan itu sering sekali kulihat ketika di pagi hari. Apalagi aku sering sekali bangun pagi sudah dipastikan tanteku sedang menyapu halaman depan dan itu otomatis ketika dia menunduk menampakkan buah dadanya yang lumayan besar dan montok. Hal ini dilakukan sebelum dia menyiapkan keperluan sekolah anaknya, kalau om-ku biasanya tidak ada di rumah karena sering bertugas di luar kota selama empat hari. Pernah aku melamunkan bagaimana rasanya jika aku melakukan persetubuhan dengan tanteku itu, namun akhirnya paling-paling kutumpahkan di kamar mandi sambil ber-onani. Rupanya anga-anganku itu dapat terkabul ketika aku sedang menumpang nonton TV di rumah tanteku pada siang hari dimana ketiga anaknya sedang sekolah dan om-ku sedang bertugas keluar kota pada pagi harinya.<br />Kejadian itu terjadi ketika aku sedang menonton TV sendirian yang bersebelahan dengan warung tanteku. Ketika itu aku ingin mengambil rokok, aku langsung menuju ke sebelah. Rupanya tanteku sedang menulis sesuatu, mungkin menulis barang belanjaan yang akan dibelanjakan nanti.“Tante, Diko mau ambil rokok, nanti Diko bayar belakangan ya!” sapaku kepada tanteku. “Ambil saja, Ko!” balas tanteku tanpa menoleh ke arahku yang tepat di belakangnya sambil meneruskan menulis dengan posisi membungkuk. Karena toples rokok ketengan yang akan kuambil ada di sebelah tanteku tanpa sengaja aku menyentuh buah dadanya yang kebetulan tanpa memakai BH. “Aduh! hati-hati dong kalau mau mengambil rokok. Kena tanganmu, dada tante kan jadi nyeri!” seru tanteku sambil mengurut-urut kecil di dadanya yang sebelah samping kirinya. Namun karena tidak memakai BH, nampak dengan jelas pentil susu tanteku yang lumayan besar itu. “Maaf Tan, aku tidak sengaja. Begini aja deh Tan, Diko ambilin minyak supaya dada Tante tidak sakit bagaimana!” tawarku kepada tanteku. “Ya sudah, sana kamu ambil cepat!” ringis tanteku sambil masih mengurut dadanya.<br />Dengan segera kuambilkan minyak urut yang ada di dalam, namun ketika aku masuk kembali di dalam warung secara perlahan, aku melihat tante sedang mengurut dadanya tapi melepaskan baju terusannya yang bagian atasnya saja. “Ini Tante, minyak urutnya!” sengaja aku berkata agak keras sambil berpura-pura tidak melihat apa yang tanteku lakukan. Mendengar suaraku, tanteku agak terkejut dan segera merapikan bagian atas bajunya yang masih menggelantung di bagian pinggangnya. Tampak gugup tanteku menerima minyak urut itu tapi tidak menyuruhku untuk lekas keluar. Tanpa membuang kesempatan aku langsung menawarkan jasaku untuk mengurut dadanya yang sakit, namun tanteku agak takut. Pelan-pelan dengan sedikit memaksa aku berhasil membujuknya dan akhirnya aku dapat ijinnya untuk mengurut namun dilakukan dari belakang.<br />Sedikit demi sedikit kuoleskan minyak di samping buah dadanya dari belakang namun secara perlahan pula kumemainkan jariku dari belakang menuju ke depan. Sempat kaget juga ketika tanteku mengetahui aksi nakalku. “Diko! kamu jangan nakal ya!” seru tanteku namun tidak menepis tanganku dari badannya yang sebagian ditutupi baju. Mendapati kesempatan itu aku tidak menyia-nyiakan dan secara aktif aku mulai menggunakan kedua tanganku untuk mengurut-urut secara perlahan kedua bukit kembar yang masih ditutupi dari depan oleh selembar baju itu. “Ohh… oohh…” seru tanteku ketika tanganku sudah mulai memegang susunya dari belakang sambil memilin-milin ujung susunya. “Jangan… Diko… jang…” tante masih merintih namun tidak kuacuhkan malah dengan sigap kubalikkan tubuh tanteku hingga berhadapan langsung dengan diriku. Kemudian dengan leluasa kumulai menciumi susu yang di sebelah kiri sambil masih mengurut-urut susu di sebelahnya. Kemudian aku mulai mencucupi kedua puting susunya secara bergantian dan tanteku mulai terangsang dengan mengerasnya kedua susunya.<br />Tidak sampai di situ, rupanya tangan tanteku mulai menjelajahi ke bawah perutku berusaha untuk memegang kemaluanku yang sudah dari tadi mengencang. Ketika dia mendapatkannya secara perlahan, dikocok-kocok batang kemaluanku secar perlahan dan tiba-tiba tanteku mengambil sikap jongkok namun sambil memegang kemaluanku yang lamayan panjang. Untuk diketahui, batang kemaluanku panjangnya kurang lebih 20 cm dengan diameter 3,5 cm. Tanteku rupanya sedikit terkejut dengan ukuran kemaluanku apalagi sedikit bengkok, namun dengan sigap tapi perlahan tanteku mulai mengulum kemaluanku secara perlahan dan semakin lama semakin cepat. “Ah… ah… ah… yak.. begitu… terus… terus…” erangku sambil memegangi kepala tanteku yang maju mundur mengulum batang kemaluanku. Kemudian karena aku sudah tidak tahan, tubuh tante kuangkat agar duduk di pinggir meja dimana tadi dia menulis, dan dengan sedikit gerakan paha tanteku kupaksa agar meregang. Rupanya tanteku masih mengenakan CD dan dengan perlahan kubuka CD-nya ke samping dan terlihatlah gundukan kemaluannya yang sudah basah.<br />Secara perlahan kuciumi kemaluan tanteku dan kumain-mainkan klirotisnya. “Ah… ahhh.. Diko, Tante mau keluuuaarrr…” Beberapa saat kemudian rupanya tanteku akan mengalami orgasme, dia langsung memegangi kepalaku agar tetap di belahan kemaluannya dan kemudian mengeluarkan cairan surganya di mulutku, “Crettt… crett… cret…” mulutku sampai basah terkena cairan surga tanteku. Kemudian tanteku agak lemas namun masih kujilati kemaluannya yang akhirnya membangkitkan nafsu untuk bersetubuh denganku. Kuangkat tubuh tante ke bawah warung, dan dengan sedikit agak keras aku dapat merubah posisinya menelentang di depanku, kubukakan semakin lebar kedua kakinya dan mulai kuarahkan ujung kemaluanku ke mulut lubang kemaluannya. Agak susah memang karena memang aku agak kurang berpengalaman dibidang ini namun rupanya tanteku dapat memahaminya. Dengan sabarnya dituntunnya ujung kemaluanku tepat di lubang kemaluannya. “Pelan-pelan ya, Diko!” lirih tanteku sambil menggenggam kemaluanku.<br />Ketika baru masuk kepala kemaluanku tanteku mulai agak meringis tetapi aku sudah tidak kuat lagi dengan agak sedikit paksa akhirnya kemaluanku dapat masuk seluruhnya. “Diko… akh…” jerit kecil tanteku ketika kumasukkan seluruh batang kemaluanku di dalam lubang kemaluannya yang lumayan basah namun agak sempit itu sambil merapatkan kedua kakinya ke pinggangku. Perlahan aku melakukan gerakan maju mundur sambil meremas-remas dua susunya. Hampir tiga puluh menit kemudian gerakanku makin lama main cepat. Rupanya aku hampir mencapai puncak. “Tan… aku… aku mauuu… keluar…” bisikku sambil mempercepat gerakanku. “Dikeluarkan di dalam saja, Dik!” balas tanteku sambil menggeleng-gelengkan kecil kepalanya dan menggoyangkan pantatnya secara beraturan. “Tan… aku… keluarrr…” pekikku sambil menancapkan kemaluanku secara mendalam sambil masih memegangi susunya. Rupanya tanteku juga mengalami hal yang sama denganku, dia memajukan pantatnya agar kemaluanku dapat masuk seluruhnya sambil menyemburkan air surganya untuk ketiga kalinya. “Cret… cret… cret…” hampir lima kali aku memuntahkan air surga ke dalam lubang kemaluan tanteku dan itu juga di campur dengan air surga tanteku yang hampir berbarengan keluar bersamaku. “Cret… cret… cret… ahh…” tanteku melengkungkan badannya ketika mengeluarkan air surga yang dari lubang kemaluannya.<br />Akhirnya kami tergeletak di bawah dan tanteku secara perlahan bangun untuk berdiri sambil mencoba melihat kemaluannya yang masih dibanjiri oleh air surga. “Diko! kamu nakal sekali, berani sekali kami berbuat ini kepada Tante, tapi Tante senang kok, Tante puas atas kenakalan kamu,” bisik tanteku perlahan. Aku hanya bisa terseyum, sambil menaikkan kembali celanaku yang tadi dipelorotkan oleh tanteku. Tanteku akhirnya berjalan keluar, namun sebelum itu dia masih menyempatkan dirinya untuk memegang kemaluanku yang lumayan besar ini.<br />Inilah pengalamanku yang pertama, dan sejak itu kami kadang mencuri waktu untuk mengulangi hal tersebut, apalagi jika aku atau tanteku ingin mencoba posisi baru dan pasti ketika Om-ku dan anak-anak tanteku berangkat sekolah. Sekarang hal itu sudah tidak kulakukan lagi karena tanteku sekarang ikut Om-ku yang mendapat tugas di daerah.<br />Untuk saudara-saudara sekalian yang mau membutuhkan jasaku bisa anda hubungiku lewat e-mail yang ada di sini asalkan anda adalah wanita tulen, kalau bisa seperti tanteku.RAIDERShttp://www.blogger.com/profile/12674960758995664677noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-4233821845464032072.post-3189420244699848332009-09-04T08:48:00.000+07:002009-09-04T08:49:07.685+07:00dodon tidak sedikitpun berniat untuk belajar atau membaca buku waktu dia ke perpustakaan kampus , kuliah aja dia jarang masuk. dia bermaksud untuk tidur, krn biasanya perpustakaan kampus , jam jam segini sepi , paling satu dua orang yg datang.<br />dodon kemudian mengambil bebrapa buku yg besar dan tebal dan mengambil tempat di meja paling ujung.tapi baru saja ia hendak memejamkan mata, pandangannya terganggu oleh sebuah pemandangan. di meja depannya , duduk seorang gadis cantik dengan kaki indah yg terbalut jeans ketat , pantatnya terlihat padat , rambutnya yg panjang terikat ke belakang , kulit putih , bibir sexy, dan sweater pink yg dia pakai membuat dia tampak manis , apalagi buah dadanya terlihat cukup menonjol di balik sweater pink tsb.<br />kont*l dodon langsung menegang melihat perempuan di depannya, klo tidak salah gadis ini adalah mahsiswi tingkat pertama. gadis ini begitu asyik dengan bacaan dan catatannya, sehingga tak sadar sedari tadi dodon menatapnya penuh nafsu.<br />kurang lebih setngah jam kemudian gadis itu beranjak menuju kamar mandi , dodon memperhatikan sekitar, lalu kemudian mengikuti gadis itu ke kamr mandi. perlahan dia buka pintu kamar mandi , ia melihat gadis itu sedang di depa cermin , sambil membasuh muka.<br />tanpa buang waktu lagi , dodon lsg menerkam gadis itu, menutup mulutnya dengan seblah tangan dan menarik gadis itu ke salah satu ruang wc disitu. ia kunci pintunya , mendorong si gadis ke dinding,dan dengan tenaga dan badannya yg besar si gadis tak bisa bergerak tertahan.<br />si gadis mencoba bicara, namun mulutnya tertutup tangan dodon“jangan teriak. klo berani kamu bakal menyesal” bisik dodon di telinga si gadisperlahan dodon melepas bekapannya, si gadis kelihatan takut dan terpaku,tangan dodon perlahan meremas pantat si gadis yg padat.si gadis hendak menjerit namun krn takut ancaman dodon ,ia kembali terdiam.<br />si gadis mulai menangis, tapi tangisan itu membuat kecantikan gadis itu makin terlihat ,ia tidak melawan saat pantatnya diremas remas dodon.namun saat dodon hendak menarik lepas sweaternya , ia berontak , walaupun akhirnya dodon berhasil melepas sweater pink itu. ternyata si gadis dibalik sweater pink itu hanya memakai kaos putih ketat, buah dadanya terlihat menonjol sempurna, apalagi ternyata ia tidak memakai bra, sehingga putingnya mencuat menggairahkan di balik kaos. pemandangan yg membuat dodon tersenyum, what a sexy body.<br />si gadis menyilangkan tangannya di dada , sadar jika buah dadanya terlihat.“tolong..jangan…saya masih perawan…”si gadis memohon“siapa nama kamu …cantik.?”“diana…tolong lepasin saya…saya kasih apa aja..asal lepasin saya….”<br />“nama yang indah” kata dodon sambil meremas buah dada diana, sempat berontak kemudian dodon mengancam diana,“diam…atau gue harus iket tangan elo, ato gue bakal panggil temen temen gue…jangan melawan, loe cuman layaninn gue doang.”<br />perlawanannya perlahan melemah, membuat dodon bebas meremas dan memainkan puting diana yg masih terbalut kaus ketat. sambil tetap meremas buah dada diana , satu tangan dodon membuka kancing jeans diana,menurunkan seletingnya,dan menurunkan perlahan jeans tsb. ia lihat kebawah , ia lihat diana memakai celana dalam putih yg sangat sexy. ia dengan segera melucuti kaos ketat diana, dan menarik lepas celana dalam diana.<br />ia memandangi tubuh diana yg indah tanpa selembar benangpun, ikat rambutnya dodon buka sehingga rambutnya hitam teruarai menambah kesexyan diana.dodon lantas menyuruh diana membuka satu persatu pakaian dodon.begitu celana terakhri dodon terlepas, ia menyuruh diana berlutut dan mengulum kont*lnya yg besar.<br />diana menolak, meski kont*l dodon terus dipaksakan masuk , diana tetap tak mau mebuka mulut , sehingga dodon harus memijit hidung diana dengan keras ,sehingga mulutnya terbuka, sekejap pula ia memasukan kont*lnya ke dalam mulut diana.<br />dengan paksa dodon mengerak gerkan kepala diana maju mundur, awalnya diana tidak melakukan apapun, namun akhirnya ia mulai memainkan lidahnya , kont*l dodon ia jilati , dan kadang ia sedot dng kuat, membuat dodon mendesisi keenakan.sampai akirnya ketika dodon keluar, diana terpaksa menelen sperma dodon.<br />ketika giliran dodon menyentuh vagina diana ia merasakan vagina tsb sudah basah.“oohhmm..kamu suka juga kan ternyata…dasar muna loo..”muka diana terlihat memerah menahan malu.kini giliran dodon yang berlutut di depan diana dan menjilati vagina diana.permainan lidah dodon di vaginanya membuat diana merintih, mendesah , dan mengerang, apalagi buah dadanya kembali di remas dodon.<br />setelah dirasa cukup basah, dodon mebaringkan diana di lantai wc yg dingin, tanpa basa basi langsung menusukkan kont*lnya ke vagina diana, ternyata masih sempit dan memang diana masih virgin.butuh usaha keras bagi kont*l dodon untuk menembusnya , hingga akhirnya seiring jeritan diana, darah perawan mengalir.dodon terus mendorong , cepat dan makin cepat , teriakan tangangisan , erangan dan rintihan diana menjadi stimulus untuknya.hingga akhirnya diana menjerit tanda orgasme, membuat dodon makin semangat, buah dada diana bergoyang seirama dengan gerakan maju mundur dodon.begitu orgasme , dodon sambil pual meremas keras buah dada ranum diana, sehingga diana menjerit kesakitan.<br />dodon tertawa puas, siapa bilang ke perpustakaan tak ada gunanya…RAIDERShttp://www.blogger.com/profile/12674960758995664677noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-4233821845464032072.post-30996852278613344492009-09-04T08:47:00.004+07:002009-09-04T08:48:31.439+07:00Vivi tidak bisa menerima sikap dan tindakan Ardi akhir-akhir ini yang ia lihat sudah melupakan dan membiarkan keluarganya. Tindakan ini dilihat Vivi saat Ardi akan pergi ke luar kota untuk meninjau perusahaannya di kota lain. Vivi menduga pasti Ardi telah melakukan suatu perselingkuhan dan menyeleweng dikarenakan Ardi tidak lagi memberikan nafkah batin untuk Vivi, sedangkan Ardi selalu pergi ke luar kota setiap minggu dengan begitu hubungan seks-nya dengan istrinya pasti tersalur, sedang saat ini Ardi telah lupa akan kewajibannya. Siapa wanita yang telah merebut Ardi dari tangannya, Vivi tidak mengetahui. Oleh sebab itu Vivi sering merenung dan berpikir apakah selama ini ia tidak melayani kebutuhan dan kesenangan suaminya, namun semua itu ia rasa tidak mungkin dan sepengetahuannya ia selalu melayani dan melaksanakan kesenangan dan kesukaan suaminya. Sedang kalau ia lihat bentuk tubuhnya yang mungkin telah berubah? namun ia sadari tidak mungkin juga, Vivi menyadari ia dan Ardi telah berumah tangga kurang lebih 6 tahun dan dikaruniai 2 orang anak yang paling besar berumur 5 tahun, mustahil bentuk tubuhnya akan menyebabkan Ardi berpaling.<br />Di depan cermin sering Vivi mengamati tubuhnya, ia pun rajin senam dan melangsingkan tubuhnya, namun apa gerangan Ardi berubah dan tidak mau menjamahnya? Secara fisik Vivi memang seorang ibu rumah tangga yang telah beranak dua, namun jika melihat tubuh dan kulitnya banyak membuat gadis yang iri karena bentuk tubuhnya amat serasi dan menggiurkan setiap lelaki yang menatapnya. Umur Vivi baru 32 tahun, di saat itu ia butuh pelampiasan birahi jika malam hari menjelang, namun sikap Ardi telah membuatnya menjadi tidak percaya diri. Atas saran teman karibnya yang juga ibu rumah tangga dan wanita karir, maka Vivi disarankan untuk meminta tolong pada seorang dukun sakti yang bisa mengembalikan suami dan membuat Ardi bertekuk lutut kembali. Ini telah lama di coba Lusi, dulunya suaminya juga menyeleweng. Namun atas bantuan dukun itu suaminya telah melupakan wanita simpanannya.<br />Dengan saran dan nasehat dari karibnya itu Vivi memberanikan diri untuk datang ke tempat dukun itu walaupun jaraknya agak jauh kurang lebih 2 jam perjalanan dengan mobilnya. Dengan bantuan Lusi, Vivi mengemudikan Balenonya ke tempat dukun itu. Mereka berangkat pagi harinya. Sesampai di gubuk dukun yang memang terpencil di sebuah kampung itu, Vivi memarkirkan mobilnya di samping gubuk itu. Lalu Lusi mengetuk pintu gubuk itu dan dengan adanya sahutan dari dalam mempersilakan mereka berdua masuk, di dalam telah ada dukun itu yang duduk dengan sambil menghisap rokoknya.“Ooo… Bu Lusi? ada apa Bu? ada yang bisa saya bantu?” dukun itu berbasa basi.“Eee… ini Mbah, teman saya ini ada masalah dengan suaminya, namun ia ingin suaminya seperti sedia kala lagi…” jawab Lusi.Lalu Lusi memperkenalkan sang dukun yang bernama Mbah Dudu itu kepada Vivi. Sambil berjabat tangan Mbah Dudu mempersilakan kedua wanita itu untuk duduk bersila di lantai gubuknya itu. Sepintas Vivi merasa agak risih dari mulai ia memasuki gubuk itu. Ada perasaan tidak enak namun karena keinginannya mengembalikan suaminya ia tidak mengambil pusing semuanya. Tanpa ia sadari dari saat ia masuk dan bersalaman dengan Vivi mata mbah dukun itu tidak henti-hentinya memandang ke arah Vivi. Lalu ia memanggil Vivi untuk maju selangkah ke arahnya, dan Vivi diperintahkan untuk memasukkan tangannya ke dalam wajan yang berisi air kembang, lalu Mbah Dudu membakar menyan dan membaca mantranya.<br />Tidak berapa lama kemudian ia buka matanya dan berkata bahwa mata hati suaminya telah dipengaruhi oleh wanita simpanan Ardi dan membuat Ardi melupakan keluarganya. Atas saran mbah dukun supaya Ardi kembali maka Vivi harus memakai jimat yang akan dibuatkannya, asal Vivi mau menjalani syarat-syaratnya dan itu semua terpulang kepada Vivi. Karena besarnya keinginan agar Ardi kembali, maka Vivi menyanggupi segala syarat-syaratnya. Setelah itu sang dukun berkata bahwa besoknya Vivi akan mendapatkan jimat itu dan akan dipasangkan ke tubuh Vivi dan akan dibuatkan malam ini. Mbah Dudu adalah lelaki asal Nias yang telah lama memiliki ilmu yang amat sakti. Tidak sedikit orang yang telah dibantunya. Mbah Dudu tinggal seorang diri di gubuk itu dan tidak memiliki istri. Umurnya telah beranjak tua yaitu 70 tahun namun fisik dan sosoknya tidak menggambarkan ketuaan. Selanjutnya Vivi minta diri dan menitipkan amlop untuk memenuhi syarat-syaratnya, dan berjanji besok akan datang. Lalu Lusi minta diri kepada Mbah Dudu, lalu mereka pulang ke rumah dan besok Vivi harus mengambil jimatnya.<br />Besok hari yang telah ditentukan, Vivi minta Lusi membantu menemaninya ke tempat dukun itu, namun karena adanya kesibukan di kantornya maka Lusi tidak dapat menemani. Dan berangkatlah Vivi mengendarai Balenonya seorang diri ke tempat dukun itu. Lebih kurang 1,5 jam perjalanan Vivi, sampailah di gubuk itu dan memarkirkan mobilnya di samping gubuk, sedangkan hari saat itu telah mendung dan berangin sepertinya hari akan hujan. Lalu Vivi mengetuk pintu gubuk dan kemudian pintu itu dibuka Dudu dari dalam dan mempersilakan masuk. Lalu Vivi masuk ke gubuk dan duduk di lantai. Lalu Mbah Dudu meminta Vivi untuk langsung ke depan dan menerima saran dan cara-cara memakai jimat itu. Vivi diharuskan untuk berbaring dan memakai kain sarung lalu menelentangkan diri, karena jimat itu akan dipasangkan pada tubuh Vivi yang biasa di sentuh suaminya. Lalu Vivi minta ijin untuk memakai sarung yang dipinjamkan sang dukun di kamar yang telah tersedia.<br />Dalam kamar itu, hanya ada satu dipan kayu yang telah lama dan saat itu Vivi membuka seluruh pakaianya, sedang BH dan CD-nya tetap terpasang pada tubuhnya. Sesaat kemudian sang dukun memasuki kamar itu dan minta Vivi berbaring di dipan itu. Vivi menuruti kata dukun itu, lalu Mbah Dudu memulai melakukan aktifitasnya dengan memasangkan cairan jimat itu mula-mula ke kulit muka Vivi lalu turun ke leher jenjang dan ke dada yang masih tertutup BH. Sesampai pada dada Vivi sang dukun menyadari adanya getaran birahinya mulai datang dan lalu di sekitar dada Vivi ia oleskan cairan itu, tangan sang dukun masuk ke dalam dada yang terbungkus BH. Di dalam BH itu tangan Dudu memilin dan memilintir puting susu Vivi, dengan cara itu Vivi secara naluri seksnya terbangkit dan membiarkan tindakan sang dukun yang memang kelewatan dari tugasnya itu, Vivi hanya diam. Lalu sang dukun membuka pengait BH Vivi dan melemparkan BH itu ke sudut kaki dipan itu dan terpampanglah sepasang dada montok yang putih mulus kemerahan karena gairah yang dipancing Mbah Dudu itu.<br />Di sekitar dada itu sang dukun mengoleskan jimatnya berulang-ulang sampai Vivi merasa tidak kuat menahan nafsunya. Lalu sang dukun tangannya turun ke perut dan ke selangkangan Vivi. Di situ tangan sang dukun memasuki selangkangan Vivi, tindakan ini membuat Vivi protes,“Jangan! saya mau diapakan Mbah?” tanyanya.“Ooo… ini adalah pengobatannya, Lusi pun dulunya begini juga,” jawab mbah dukun sambil mengatur nafasnya yang terasa sesak menahan gejolak nafsu. Di lubang kemaluan Vivi, jari tangan sang dukun terus mengorek-ngorek isi kemaluan Vivi sehingga Vivi merasakan ia akan menumpahkan air surgawinya saat itu. Sambil membuka kain sarung yang melilit tubuh Vivi sang dukun lalu menurunkan CD yang menutup lubang kemaluan Vivi itu. Lalu ia letakkan CD Vivi di samping dipan yang beralaskan bludu usang itu. Sesaat kemudian Vivi telah telanjang bulat dan jari tangan sang dukun tidak henti-hentinya beraksi di sekitar daerah sensitif tubuh Vivi. Sedang jimatnya telah dioleskan pada seluruh bagian-bagian tubuh Vivi.<br />Lalu tibalah saat untuk memasukkan keampuhan jimatnya, maka sang dukun minta kepada Vivi untuk mau bersengggama karena jimat itu tidak akan bisa dipakai jika Vivi tidak melakukan senggama dengan dukun itu. Karena Vivi telah merasa kepalang basah dan ingin niatnya kesampaian maka ia ijinkan sang dukun melakukan persenggamaan. Lalu tangan sang dukun membuka paha Vivi yang mulus terawat itu. Lalu ia buka lubang kemaluan Vivi dengan tangannya dan memainkan klitoris Vivi dan kembali Vivi histeris ingin dituntaskan nafsu yang telah sampai di kepalanya, ditambah telah beberapa bulan tidak berhubungan seks dengan suaminya. Mbah dukun yang telah sama-sama-sama bugil dengan Vivi lalu memasukkan batang kemaluannya yang cukup besar itu dan kuat ke dalam lubang kemaluan Vivi yang telah dibasahi air kewanitaan Vivi yang tampaknya siap untuk melakukan penetrasi ke dalam lubang kemaluan yang telah basah itu. Setelah dipaksakan agak keras lalu batang kemaluan yang tegak menantang masuk seluruhnya ke dalam lubang kemaluan Vivi, dan Mbah Dudu melakukan gerakan maju mundur, sedang tangannya tidak henti-hentinya memilin dan menekan pinggul padat Vivi itu. Buah dada Vivi tidak luput dari jelajahan tangan sang dukun.<br />Lebih kurang 30 menit lubang kemaluan Vivi digenjot dengan paksa lalu sang dukun barulah sampai klimaks dengan menumpahkan air maninya ke dalam lubang kemaluan itu sebanyak-banyaknya. Sedangkan air yang keluar dari lubang kemaluan Vivi itu ia oleskan ke lidah Vivi untuk kasiat bahwa Vivi tidak bisa dilupakan suaminya. Dalam persenggamaan itu Vivi sempat orgasme 3 kali, itu pun saat ia terengah-engah di saat batang kemaluan sang dukun mengaduk-aduk isi kemaluanya tadi. Sejam kemudian barulah permainan itu selesai setelah sang dukun minta permainan dilakukan 2 kali. Setelah itu Vivi minta diri pulang dan membawa yang akan ia pakaikan di rumahnya saat mandi. Mbah dukun mengatakan ada jimat yang akan dipasang di dalam kamar Vivi namun belum siap, dan mbah dukun berjanji akan mengantarkannya ke rumah Vivi 2 hari lagi.<br />Tepat 2 hari kemudian sang dukun mendatangi rumah Vivi yang megah. Saat itu suami Vivi belum pulang dari luar kota dan di rumah saat itu hanya ada ia dan seorang pembantunya yang sedang menjaga anak-anaknya. Sang dukun berkata, “Bu Vivi, jimat ini akan saya pasangkan pada kamar Ibu nanti malam,” sedangkan Vivi merasa khawatir, bagaimana jika suaminya pulang. Namun karena kesaktiannya, sang dukun berkata, “Bu Vivi nggak usah khawatir, suami Ibu pulang lusa, sedang ia sekarang menurut penglihatan saya sedang di Lampung,” kata sang dukun. Lalu bagaimana ia menerangkan kepada pembantunya karena adanya kehadiran dukun tua itu? Lalu ia hanya berkata bahwa familinya dari kampung dan menumpang barang 1 hari di rumahnya. Lalu Vivi mempersilakan sang dukun untuk istirahat di sebuah kamar yang memang diperuntukkan untuk tamu. Lalu sang dukun memasuki kamar yang telah disediakan.<br />Malam harinya saat akan memasangkan jimat di kamar Vivi, dilakukan pada pukul 9.00 malam, sedang pembantunya telah tidur di kamar belakang, tempat kamar tidur pembantu memang jauh di belakang dan tidak mengganggu ke rumah induk tempat kamar Vivi berada. Di dalam kamar itu sang dukun melakukan ritualnya dengan membaca mantera, lalu ia membakar menyan, sedang Vivi duduk diam melihat apa yang dilakukan sang dukun dari atas tempat tidurnya. Lalu sang dukun berkata, “Sebaiknya jimat ini kita pasangkan pada saat tepat jam 12.00 malam nanti, berarti masih ada waktu 3 jam lagi, Bu Vivi…” katanya. “Sekarang sebaiknya kita ngomong-ngomong saja dulu menunggu waktu,” kata sang dukun. “Baiklah Mbah,” lalu Vivi mempersilakan sang dukun keluar kamar. Bagaimanapun ia merasa berat hati untuk membawa dukun itu ke dalam kamar pribadinya. Sang dukun berkata, “Tidak usah keluar… Bu Vivi… di sini saja.” Lalu sang dukun berdiri dari duduknya dan menuju ke arah Vivi duduk dan mbah dukun itu juga duduk di samping Vivi. Lalu tangannya menggapai tangan Vivi dan berkata, “Sebaiknya kita berdua melakukan seperti saat Ibu di gubuk saya, sebab jika tidak para jin yang membantu saya akan lari dan tidak mau menolong Ibu,” kata mbah dukun. Vivi hanya bergidik, bulu kuduknya merinding. Haruskah ia mengulangi kesalahan saat ia harus bersenggama dengan dukun itu di gubuknya? Namun karena adanya pengaruh dan keinginan Vivi maka ia biarkan sang dukun mengulangi perbuatan maksiat itu di kamarnya, saat itu Vivi memang merasa menjadi seorang wanita sempurna karena ia telah mendapatkan siraman batin dari dukun tua itu meskipun tidak ia dapatkan dari suaminya.<br />Lebih kurang 2 jam mereka berdua mengayuh samudera kenikmatan bersama sang dukun dan membuat Vivi orgasme berulang-ulang dan membuat lubang kemaluannya sampai lecet karena kebuasan batang kemaluan dukun yang sangat besar itu. Lalu tepat pada jam 12 malam barulah jimat itu terpasang pada bawah ranjang Vivi dan menjelang pagi mereka terus melakukan hubungan seksual dengan menggebu-gebu. Lalu Vivi tertidur dan tidak menyadari hari telah pagi dan sang dukun telah pergi, sedang Vivi merasa tubuhnya pegal-pegal dan tulangnya serasa mau lolos. Sejak saat itu memang jimat pemberian sang dukun ada perubahan pada diri suami Vivi dan ia sangat berterima kasih dan lalu ia mendatangi sang dukun. Sedang sang dukun cuma minta Vivi tidak melupakannya, dengan cara Vivi harus 2 kali dalam sebulan datang untuk memberikan jatah hubungan seks kepada sang dukun seperti Lusi juga melakukan hal yang sama. Memang setelah itu Vivi selalu rajin mendatangi sang dukun dan terkadang sang dukun yang datang ke rumah Vivi untuk minta jatah senggamanya. Memang sebagai dukun ilmu hitam, Mbah Dudu harus mensenggamai pasiennya, karena dengan demikian si pasien akan mampu disembuhkan dan ilmu sang dukun dapat dipelihara.<br />TAMATRAIDERShttp://www.blogger.com/profile/12674960758995664677noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-4233821845464032072.post-61458705738419927632009-09-04T08:47:00.001+07:002009-09-04T08:47:19.349+07:00Sebenarnya cerita ini akan saya kirimkan ke rubrik ‘Oh Mama.. Oh Papa’ di majalah Kartini, namun karena ketahuan istri saya, baru sekarang saya menemukan rubrik yang cocok untuk berbagi cerita pada pembaca lainnya.<br />Bermula dari 25 tahun silam, ketika pertama kali saya menginjakkan kaki di Surabaya. Sebagai seorang pemuda perantau yang masih lugu, saya ke pulau Jawa untuk melanjutkan studi dan mengadu nasib. Paman dan Bibi yang tinggal di sebuah kota kecil LM sebelah timur Surabaya sudah dikirimi telegram untuk menjemput saya, namun karena komunikasi yang kurang lancar, sehingga kami tidak bertemu. Dengan berbekal alamat rumah Paman, saya memutuskan untuk langsung berangkat ke kota LM dengan menggunakan bis kota.<br />Tiba di kota LM sudah menjelang sore hari, dan dalam keadaan lapar saya menuju ke rumah Paman, namun ternyata Paman dan Bibi sudah sejak pagi berangkat ke Surabaya untuk menjemput saya. Berkat kebaikan tetangga (karena sudah diberitahu Bibi mengenai kedatangan saya) Pak Edy dan istrinya Bu Ning (keduanya berusia sekitar 45 tahunan), saya diberitahu untuk tinggal sementara di rumah mereka. Disinilah awal dari inti kisah nyata saya.<br />Bu Ning sebagai umumnya wanita Jawa setengah baya dan kebetulan belum dikarunia momongan selalu memakai kebaya dan rambutnya disanggul, sehingga penampilan selalu anggun. Bertubuh sekal, pinggul dan pantatnya yang besar, suka tersenyum dan sangat baik.<br />Malam itu kira-kira jam 19:00 Pak Edy sebagai petugas kantor pos harus lembur malam karena akhir Desember banyak pekerjaan yang harus diselesaikan. Sementara saya karena kecapaian setelah menempuh perjalanan panjang tertidur pulas di kamar yang telah disediakan Bu Ning.<br />Kira-kira jam 11 malam saya terbangun untuk ke kamar kecil yang ada di belakang rumah, dan saya harus melewati ruang tamu. Di ruang tamu saya melihat Bu Ning sedang menonton TV sendirian sambil rebahan di kursi panjang.“Mau kemana Dik..? Mau keluar maksudnya..?” tanya Bu Ning lagi.Karena rupanya Bu Ning tidak mengerti, akhirnya saya katakan bahwa saya mau kencing.“Ohh.., kalau begitu biar Ibu antarkan.” katanya.<br />Waktu mengantar saya, Bu Ning (mungkin pura-pura) terjatuh dan memegang pundak saya. Dengan sigap saya langsung berbalik dan memeluk Bu Ning, dan rupanya Bu Ning langsung memeluk dan mencium saya, namun saya berpikir bahwa ini hanya tanda terima kasih.<br />Setelah kencing saya balik ke kamar, namun Bu Ning mengajak saya untuk nonton TV. Posisi Bu Ning sekarang tidak lagi berbaring, namun duduk selonjor sehingga kainnya terangkat ke atas dan kelihatan betisnya yang putih bulat. Sebagai pemuda desa yang masih lugu dalam hal sex, saya tidak mempunyai pikiran yang aneh-aneh, dan hanya menonton sampai acara selesai dan kembali ke kamar untuk tidur lagi.<br />Pagi-pagi saya bangun menimba air di sumur mengisi bak mandi dan membantu Bu Ning untuk mencuci, sementara Paman dan Tante belum kembali dari Surabaya karena mereka sedang mencari saya disana. Om Edy sudah berangkat lagi ke kantor, tinggal saya dan Bu Ning di rumah. Bu Ning tetap mengenakan sanggul. Beliau tidak berkebaya melainkan memakai daster yang longgar, duduk di atas bangku kecil sambil mencuci. Rupanya Bu Ning tidak memakai CD, sehingga terlihat pahanya yang gempal, dan ketika tahu bahwa saya sedang memperhatikannya, Bu Ning sengaja merenggang pahanya, sehingga kelihatan jelas bukit vaginanya yang ditumbuhi bulu yang cukup lebat, namun hingga selesai mencuci saya masih bersikap biasa.<br />Setelah mencuci, Bu Ning memasak, saya asyik mendengarkan radio, waktu itu belum ada siaran TV pagi dan siang hari. Siangnya kami makan bersama Om Edy yang memang setiap hari pulang ke rumah untuk makan siang.<br />Malam harinya Om Edy kembali lembur, dan Bu Ning seperti biasa kembali mengenakan kebaya dan sanggul, sambil nonton TV. Di luar hujan sangat lebat, sehingga membuat kami kedinginan, dan Bu Ning meminta saya untuk mengunci semua pintu dan jendela.<br />Pada saat saya kembali ke ruang tamu, rupanya Bu Ning tidak kelihatan. Saya menjadi bingung, saya cek apakah dia ada di kamarnya, juga ternyata tidak ada. Saya balik ke kamar saya, ternyata Bu Ning sedang berbaring di kamar saya, dan pura-pura tidur dengan kain yang tersingkap ke atas, sehingga hampir semua pahanya yang putih mulus terlihat jelas.<br />Saya membangunkan Bu Ning, namun bukannya bangun, malah saya ditarik ke samping ranjang, dipeluk dan bibir saya diciuminya. Karena saya masih bersikap biasa, Bu Ning membuka kebayanya dan meminta saya untuk mencium buah dadanya yang sangat besar dengan puting hitam yang sangat menantang. Saya menuruti dengan perasaan takut, dan ternyata ketakutan saya membuat Bu Ning semakin penasaran dan meminta saya untuk membuka baju dan celana panjang, sehingga tinggal CD, sementara Bu Ning mulai membuka kainnya.<br />Bu Ning mulai mencium adik kecil saya, dan meminta saya melakukan hal yang sama, dengan mencium vaginanya yang wangi dan merangsang secara bergantian. Sambil mencium vaginanya, tangan saya disuruh meremas buah dadanya yang masih keras dan kadang memilin putingnya yang mulai mengeras, nafas Bu Ning mulai terasa cepat, dan meminta saya untuk membuka CD dan mencium tonjolan daging yang tersembul di mulut vagina. Saya melakukan sesuai perintah Bu Ning, dan ternyata terasa basah di hidung saya karena banyaknya cairan yang keluar dari vagina Bu Ning, sementara Bu Ning mendesis dan mendesah keenakan dan kadang-kadang mengejangkan kakinya.<br />“Uhhh.. ohhh.. ahhh.. ohhh.., terus Dik..!” desahnya tidak menentu.Meriam saya berdiri tegang dan Bu Ning masih mempermainkan dengan tangannya. Sesekali Bu Ning meminta saya untuk mengulum bibir dan putingnya. Setelah puas dengan permainan cumbu-cumbu kecil ini, Bu Ning kembali ke kamarnya dan saya pun teridur dengan pulasnya.<br />Pagi-pagi Paman dan Bibi yang rupanya telah kembali dini hari menjemput saya, dan rumah Paman dan rumah Om Edy ternyata bersambungan dan hanya dibatasi sumur yang dipergunakan bersama. Setelah berbasa-basi sebentar, dan Bu Ning katakan bahwa saya sudah dianggap anak sendiri, jadi kalau Paman dan Bibi berpergian, saya bisa tidur di rumah Om Edy. Kebetulan Paman pada saat itu sedang menyelesaikan tugas akhirnya di PTN di kota ML.<br />Kehidupan hari-hari selanjutnya kami lalui dengan biasa, namun kalau sedang berpapasan di sumur kami selalu senyum penuh arti, dan makin lama membuat saya mulai jatuh cinta kepada Bu Ning, senang melihat penampilannya yang anggun. Sebulan kemudian Paman dan Bibi harus ke Ml, dan saya dititipkan lagi pada Om Edy.<br />Hari itu adalah hari Jumat. Setelah selesai sarapan, Om Edy pamitan untuk ke BTR karena ada acara dari kantor sampai minggu sore, dan meminta saya untuk menjaga Bu Ning. Setelah Om Edy berangkat, saya dan Bu Ning mulai tugas rutin, yaitu mencuci, dan seperti biasanya Bu Ning selalu mengenakan daster, tanpa CD. Saya diminta Bu Ning agar cukup memakai CD.<br />Sambil mencuci kami bercengkrama, ciuman bibir dan mengulum putingnya. Saya berdiri menimba air dan Bu Ning jongkok sambil mencium adik kecil saya, atau Bu Ning yang menimba air saya yang jongkok sambil mencium klitorisnya yang sudah mulai mengeluarkan cairan. Ketika kami saling birahi dan sudah mencapai puncak, Bu Ning saya gendong ke kamar. Di ranjang, Bu Ning saya pangku. Sambil mencium leher, samping kuping dan mengulum putingnya (menurutnya kuluman puting cepat membuatnya horny), kemudian Bu Ning mengambil posisi telentang dan meminta saya untuk memasukkan meriam saya yang memang sudah tegang sejak masih berada di sumur.<br />Karena Bu Ning jarang melakukannya, maka meriam saya perlu dioleskan baby oil agar mudah masuk ke vaginanya yang sudah basah dengan cairan yang beraroma khas wanita. Pahanya dilebarkan, dilipatkan di belakang betis saya, pantatnya yang bahenol bergoyang naik turun. Sambil mencium keningnya, samping kupingnya, mengulum bibirnya, tangan kiri saya mengusap dan kadang menggigit kecil putingnya atau menjilat leher dan dadanya.<br />“Teruss.. Dikk..! Tekan..! Huh.. hah.. huh.. hahhh.. ditekan.. enakkk sekali.. Ibu rasanya.. nikmattt… terusss.., Ibu udah mau nyampen nih.. peluk Ibu yang erat Dikkk..!” desahnya mengiringi gerakan kami.Sementara itu saya merasakan makin kencang jepitan vagina Bu Ning.“Saya udahhh.. mauu.. jugaaa.. Bu..! Goyang.. Bu.., goyang..!”Dan akhir.., pembaca dapat merasakannya sendiri. Akhirnya kami terkulai lemas sambil tidur berpelukan.<br />Jam 4 sore kami bangun, dan kemudian mandi bersama. Saya meminta Bu Ning menungging, dan saya mengusap pantat dan vaginanya dengan baby oil. Rupanya usapan saya tersebut membuat Bu Ning kembali horny, dan meminta saya untuk memasukkan kembali adik kecil saya dengan posisi menungging. Tangan saya mempermainkan kedua putingnya.“Terusss.. ohhh.. terusss.. yang dalam Dik..! Kok begini Ibu rasa lebih enak..!” katanya.“Ibu goyang dong..!” pinta saya.<br />Sambil pantatnya digoyangkan ke kiri dan ke kanan, saya melakukan gerakan tarik dan masuk.“Oohhh.. ahh.. uhhh.. nikmat Dikkk.. terus..!” desahnya.Akhirnya Bu Ning minta ke kamar, dan mengganti posisi saya telentang. Bu Ning duduk sambil menghisap putingnya.“Ohhh.. uhhh.. nikmat Dikkk..!” katanya.Kadang dia menunduk untuk dapat mencium bibir saya.<br />“Ibu.. udahhh.. mau nyampe lagi Dikk.. uhh.. ahhh..!” katanya menjelang puncak kenikmatannya.Dan akhirnya saya memuntahkan sperma saya, dan kami nikmati orgasme bersama. Hari itu kami lakukan sampai 3 kali, dan Bu Ning benar-benar menikmatinya.<br />Malamnya kami hanya tidur tanpa mengenakan selembar benang pun sambil berpelukan. Dan keesokan harinya kami lakukan hal yang sama seperti kemarin, dan serasa kami sedang berbulan madu, sampai kedatangan Om Edy.<br />Pengalaman dengan mentor sex saya ini ternyata dikemudian hari ada juga manfaatnya untuk menghilangkan kejenuhan, karena mengajarkan bagaimana melakukan “foreplay” dengan pasangan sebelum sampai pada puncak permainan. Selain itu timbul suatu kelainan dalam kehidupan sex saya, karena hanya menikmati sex setelah melihat atau membayangkan atau melakukan dengan wanita STW yang berkebaya/sanggul atau rambut disasak.<br />Akhir bulan Februari tahun berikutnya saya harus berangkat ke Jakarta karena akan melanjutkan kuliah disana. Setiap liburan saya menyempatkan diri untuk berlibur di rumah Paman dan bertemu dengan kekasih saya, dan Mentor sex saya Bu Ning yang selalu mengenakan kebaya dan bersanggul. Dan juga apabila ada kesempatan, kami mengulangi permainan sex dengan pola permainan yang sama.<br />Demikian kisah nyata ini saya persembahkan untuk para pembaca dan akan bersambung pada kesempatan berikutnya, yaitu perjalanan kehidupan sex saya selanjutnya.RAIDERShttp://www.blogger.com/profile/12674960758995664677noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-4233821845464032072.post-936748895495041782009-09-04T08:44:00.000+07:002009-09-04T08:46:17.630+07:00Pengalaman yang angat menyenangkan ini gak pernah gua harepin… nama gua Andry gua gak nyangka kalo Tantenya temen gua bakalan suka ama gua. Ternyata Tantenya Nita adalah seorang wanita yang telah lama mendambakan kehangatan dari seorang laki-laki.<br />Waktu itu gua di ajak temen gua buat liat hasil lukisan yang di bikin temen gua itu cewe dia di bawah gua 1 tahun se enggaknya gua senior dianyalah… sewaktu gua tiba di rumah dia ada seorang wanita sexy, cantik, waaahhhh susah deh buat diomongin pokoknya top banget, lalu dia senyum ama gua…“Eh Nit sapa tuh?” tanyaku“Oooooo Tante gua tuh Ndry kenapa? Suka?”..“Yeeee enak aja loe,” jawabku.“Yuk gua kenalin ama Tante gua, ajak Nita”“Aloooo Tanteeee,” kata Nita”..“Ehhh udah pulang Nit,” tanya Tante Cisca?“Iya Tan,” jawab Nita..“Oh iya Tan kenalin nih temen Nita”.. lalu Tante Cisca mengulurkan tangannya begitu juga gua..“Cisca,” katanya.“Andry,” kataku, waaahh tangan nya lembut banget langsung otak gua jadi gak karuan untung Nita ngajak gua masuk kalo gak udah deh otak gua ngeressssss.<br />Sesudah gua ngeliat hasil lukisan si Nita gua ngobrol-ngobrol ama Nita dan Tante Cisca. Enak juga ngobrol ama tantenya Nita cepet akraban orangnya tapi setengah jam kemudian Nita pamit ke belakang dulu otomatis tinggal gua dan Tante Cisca saja berdua. Tante Cisca yang memakai celana street dan kaos tipis membuat jatungku mulai gak karuan, tapi gua ngejaga supaya tidak ketauan kalo gua lagi merhatiin Tante Cisca, kami ngobrol ngalor-ngidul lama-lama duduknya semakin dekat denganku waaahhhh, makin dag dig dug aja nih jatung gua.. gimana enggak Tante Cisca yang putih mulus itu duduknya ngangkang bebas banget pikirku apa dia kaga malu ama gua apa?Lambat laun pembicaraan kami mulai menjurus ke hal-hal yang berbau sex.“Ndry kamu punya cewe?” tanyanya.“Blom tan,” jawabku“Tante sendiri kok sendirian …?”“Hhhmmmm gak kok kan ada Nita.”“Maksud saya laki-laki yang jagain Tante siang dan malem lho.”“Ooooooo Tante cerai sama om 2 tahun yang lalu Ndry…”“Tante gak kesepian..?”“Tak tuh kan ada Nita.”“Maksud saya yang nemenin Tante malem hari.”“Ih kamu nakal yah.” kata Tante Cisca sambil mecubit paha ku.Otomatis meringis kesakitan sambil tertawa… hehehhehee…“Bener Tante gak kesepian, gua bertanya lagi..?”Tante Cisca bukanya menjawab, dia malah memeluku sambil menciumiku, aku kaget campur seneng. sewaktu kami begumul di ruang depan tiba-tiba Nita dateng, untung tadi pintu yang mau ke dapur tertutup kalo ketauan Nita bahaya nih.. kami menghentikan pagutan kami.. lalu Tante Ciscapun pergi ke kamarnya sambil malu-malu.<br />Setelah Nita datang gua langsung pamitan, lalu gua pamitan ama Tante Cisca.“Tante, Andry pulang dulu,” kataku.“Lho kok buru-buru?” tanya Tante Cisca sambil keluar kamar.“Ada kepeluan lain Tan,” jawab ku..“Lain kali ke sini lagi yah,” kata Tante Nita sambil mengerlingkan matanya:..“Ooooo iya Tante,” kataku sedikit kaget, tapi agak seneng juga…<br />Setelah kejadian itu gua jadi kangen ama Tante Cisca.. suatu hari gua lagi jalan sendirian di mall, gua gak nyangka kalo ketemu ama Tante Cisca..“Allo Tante,” sapaku…“Hi Andry,” jawabnya..“Mau kemana Ndry.?”“Hhhhmmm lagi pengen jalan aja Tante.”“Kamu ada waktu.?”“Kalo gak ada gak papa..”“Emang mau ke mana Tan.?”“Temenin Tante makan yuk..”Waaaahhhhh… tawaran itu gak mungkin gua tolak jarang jarang ada yang traktir gua, maklum gua anak kostan heueuehueuh.Tanpa berpikir panjang gua langsung meng iya kan tawarannya.<br />Setelah kami makan Tante Cisca ngajak gua keliling sekitar Bandung.. tanpa kita sadari kalo malam udah larut.. waktu itu jam menunjukan pukul 22.30.. lalu gua ngajak Tante Cisca pulang, gua di anter ama Tante Cisca sampai depan rumah kostan gua.. tapi sebelum gua keluar dari mobil gua kaget campur seneng Tante Cisca menarik badan gua lalu menciumiku dengan ganas… kami berpagutan lumayan lama. Lama-lama gua makin panas lalu gua ajak Tante Cisca masuk ke dalam kostan gua.. lalu kami masuk setelah di dalam Tante Cisca menubruk badan gua hingga kami berdua jatuh di atas kasur. lalu kami beerciumana lagi. tiba-tiba tangan gua yang nakal mulai mengerayangi badan Tante Cisca yang sexy.Setelah itu gua buka tank top Tante Cisca.. wooowwwww ternyata dia tidak memakai BH itu membuat gua gampang buat menikmati indahnya payudara Tante Cisca yang indah itu.. Tante Cisca mulai mengerang keenakan..“Ooooooohhhh.. Andryyy.. remas terushhhh,” kata Tante Cisca mendesah.“Mendengar itu aku makin menggila…”“Gua gigit putting susu Tante Cisca…”“Aaaccchhhhhh… enak sayang.. terussshhh…”Lalu gua buka celana jeans Tante Cisca… sambil terus kupermain kan gundukan kembar itu dengan rakussetelah gua buka celana jean tante Cisca, gua buka CD Tante Cisca yang berwarna hitam itu.. ooooohhhhh indah betul pemandangan malam ini gumamku dalam hati..Lalu aku pun menyuruh Tante Cisca buat membuka pahanya lebar-lebar..“Baik sayang. lakukan apa yang kau mau..”Lalu gua benamkan muka gua ke selangkangan Tante Cisca.“Aaaaacccchhhhhhhhhhhh.. geli sayang.jerit Tante Cisca, badannya bergoyang-goyang ke kanan dan ke kiri menahan nikmat… aaaaccchhhhhhh terus sayang.. oooohhhhhhhh”“Gua jilat, gigit, jilat lagi hhhhmmmmmmm… memek Tante Cisca harum”Lalu tangan Tante Cisca mencari-cari sesuatu di balik celana dalam ku………“Wwoooooowwwww,” jeritnya.“Aku gak percaya punyaan kamu gede ndry…”“Tante suka?” tanyaku.“Suka banget..”Lalu kupermainkan lagi memeknya, kami bermain 69 Tante Cisca melumat kontolku dengan rakusnya, sampai tiba saatnya dia mulai merengek-rengek supaya kontolku dimasukkan ke dalam liang memeknya.“Ndryyyy.. sekarang sayang aku gak kuaatttthhh.!!!”“Sekarang Tante..?”“Iya sayang cepaaattt.”Lalu gua menaiki badan Tante Cisca perlahan-lahan gua masukin kontol gua… oooooohhhhhh… sleeeepp perlahan-lahan kontolkupun kubenamkan.Tante Cisca sedikit teriak “Aaaaaccccchhhhhhh Ndryyyyy”Memek Tante Cisca masih sempit, hangat aahhh.. pokoknya enak banget…“Masukin yang dalem Ndryy… oooohhhhhhh.!!!“Goyangin Tante..”“Slepppp… sleppppp… sleeppppp.. kontolku keluar masuk”“Oooohhhh…. ooohhhhhhh.. ooohhhhhhhh……” kami berpacu untuk mencapai klimaks dan akhirnya kami pun keluar sama sama.. Setelah kami puas bercinta kamupun tertidur pulas dan bangun kesiangan untung waktu itu temen-temen sekostanku sedang mudik, jadi aku gak terlalu khawatir…“Kamu hebat tadi malam Ndry sampe aku kewalahan” lalu Tante Cisca pun pamitan untuk pulang lalu dia berkata “Lain kali kita main lagi yah aku masih penasaran ama kamu Ndry”….“Kalo kamu mau apa-apa bilang aja ama Tante ya jangan sungkan-sungkan!!”..“Baik Tante,” kataku… lalu Tante Cisca pun pulang dengan wajah berseri-seri… setelah kami melakukan percintaan itu kamipun melakukannya berulang kali dan hubungan kamipun masih berlanjut hingga kini, tapi hubungan yang tanpa ikatan, hanya hubungan antara orang yang haus akan sex.. dan semenjak itu akupun diajari berbagai jurus dalam permainan sex… mulai dari doggy style sampai berbagai jurus yang sangat nikmat.<br />Setelah gua berhubungan dengan Tante Cisca kebutuhan akan sehari-hari gua lebih dari cukup apapun yang gua minta dari Tante Cisca dia pasti memberikannya, soalnya di bilang permainan ranjangku hebat sekali dan adikku ini lumayan besar, katanya.. dan gua bisa ngebikin Tante Cisca puas. Selama kami berhubungan, Nita temanku itu dan sepupu Tante Cisca itu tidak pernah mengetahuinya, kalo dia tahu berabe deh.. heheheheheheheh……RAIDERShttp://www.blogger.com/profile/12674960758995664677noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-4233821845464032072.post-48242766782846234542009-09-04T08:41:00.000+07:002009-09-04T08:44:23.862+07:00Selesai sekolah Sabtu itu langsung dilanjutkan rapat pengurus OSIS. Rapat itu dilakukan sebagai persiapan sekaligus pembentukan panitia kecil pemilihan OSIS yang baru. Seperti tahun-tahun sebelumnya, pemilihan dimaksudkan sebagai regenerasi dan anak-anak kelas 3 sudah tidak boleh lagi dipilih jadi pengurus, kecuali beberapa orang pengurus inti yang bakalan “naik pangkat†jadi penasihat.<br />Usai rapat, aku bergegas mau langsung pulang, soalnya sorenya ada acara rutin bulanan: pulang ke rumah ortu di kampung. Belum sempat aku keluar dari pintu ruangan rapat, suara nyaring cewek memanggilku.<br />“Didik .. “ aku menoleh, ternyata Sarah yang langsung melambai supaya aku mendekat. “Dik, jangan pulang dulu. Ada sesuatu yang pengin aku omongin sama kamu,†kata Sarah setelah aku mendekat.<br />“Tapi Rah, sore ini aku mau ke kampung. Bisa nggak dapet bis kalau kesorean,†jawabku.<br />“Cuman sebentar kok Dik. Kamu tunggu dulu ya, aku mberesin ini dulu,†Sarah agak memaksaku sambil membenahi catatan-catatan rapat. Akhirnya aku duduk kembali.<br />“Dik, kamu pacaran sama Nita ya?†tanya Sarah setelah ruangan sepi, tinggal kami berdua. Aku baru mengerti, Sarah sengaja melama-lamakan membenahi catatan rapat supaya ada kesempatan ngomong berdua denganku.<br />“Emangnya, ada apa sih?†aku balik bertanya.<br />“Enggak ada apa-apa sih .. “ Sarah berhenti sejenak. “Emmm, pengin nanya aja.â€<br />“Enggak kok, aku nggak pacaran sama Nita,†jawabku datar.<br />“Ah, masa. Temen-temen banyak yang tahu kok, kalau kamu suka jalan bareng sama Nita, sering ke rumah Nita,†kata Sarah lagi.<br />“Jalan bareng kan nggak lantas berarti pacaran tho,†bantahku.<br />“Paling juga pakai alasan kuno ‘Cuma temenan’,†Sarah berkata sambil mencibir, sehingga wajahnya kelihatan lucu, yang membuatku ketawa. “Cowok di mana-mana sama aja, banyak bo’ongnya.â€<br />“Ya terserah kamu sih kalau kamu nganggep aku bohong. Yang jelas, sudah aku bilang bahwa aku nggak pacaran sama Nita.â€<br />Aku sama sekali tidak bohong pada Sarah, karena aku sama Nita memang sudah punya komitmen untuk ‘tidak ada komitmen’. Maksudnya, hubunganku dengan Nita hanya sekedar untuk kesenangan dan kepuasan, tanpa janji atau ikatan di kemudian hari. Hal itu yang kujelaskan seperlunya pada Sarah, tentunya tanpa menyinggung soal ‘seks’ yang jadi menu utama hubunganku dengan Nita.<br />“Nanti malem, mau nggak kamu ke rumahku?†tanya Nita sambil melangkah keluar ruangan bersamaku.<br />“Kan udah kubilang tadi, aku mau pulang ke rumah ortu nanti,†jawabku.<br />“Ke rumah ortu apa ke rumah Nita?†tanya Sarah dengan nada menyelidik dan menggoda.<br />“Kamu mau percaya atau tidak sih, terserah. Emangnya kenapa sih, kok nyinggung-nyinggung Nita terus?†aku gantian bertanya.<br />“Enggak kok, nggak kenapa-kenapa,†elak Sarah. Akhirnya kami jalan bersama sambil ngobrol soal-soal ringan yang lain. Aku dan Sarahpun berpisah di gerbang sekolah. Nita sudah ditunggu sopirnya, sedang aku langsung menuju halte. Sebelum berpisah, aku sempat berjanji untuk main ke rumah Nita lain waktu.<br />*****<br />Diam-diam aku merasa geli. Masak malam minggu itu jalan-jalan sama Sarah harus ditemani kakaknya, dan diantar sopir lagi. Jangankan untuk ML, sekedar menciumpun rasanya hampir mustahil. Sebenarnya aku agak ogah-ogahan jalan-jalan model begitu, tapi rasanya tidak mungkin juga untuk membatalkan begitu saja. Rupanya aturan orang tua Sarah yang ketat itu, bakalan membuat hubunganku dengan Sarah jadi sekedar roman-romanan saja. Praktis acara pada saat itu hanya jalan-jalan ke Mall dan makan di ‘food court’.<br />Di tengah rasa bete itu aku coba menghibur diri dengan mencuri-curi pandang pada Mbak Indah, baik pada saat makan ataupun jalan. Mbak Indah, adalah kakak sulung Sarah yang kuliah di salah satu perguruan tinggi terkenal di kota ‘Y’. Dia pulang setiap 2 minggu atau sebulan sekali. Sama sepertiku, hanya beda level. Kalau Mbak Indah kuliah di ibukota propinsi dan mudik ke kotamadya, sedang aku sekolah di kotamadya mudiknya ke kota kecamatan.<br />Wajah Mbak Indah sendiri hanya masuk kategori lumayan. Agak jauh dibandingkan Sarah. Kuperhatikan wajah Mbak Indah mirip ayahnya sedang Sarah mirip ibunya. Hanya Mbak Indah ini lumayan tinggi, tidak seperti Sarah yang pendek, meski sama-sama agak gemuk.<br />Kuperhatikan daya tarik seksual Mbak Indah ada pada toketnya. Lumayan gede dan kelihatan menantang kalau dilihat dari samping, sehingga rasa-rasanya ingin tanganku menyusup ke balik T-Shirtnya yang longgar itu. Aku jadi ingat Nita. Ah, seandainya tidak aku tidak ke rumah Sarah, pasti aku sudah melayang bareng Nita.<br />Saat Sarah ke toilet, Mbak Indah mendekatiku.<br />“Heh, awas kamu jangan macem-macem sama Sarah!†katanya tiba-tiba sambil memandang tajam padaku.<br />“Maksud Mbak, apa?†aku bertanya tidak mengerti.<br />“Sarah itu anak lugu, tapi kamu jangan sekali-kali manfaatin keluguan dia!†katanya lagi.<br />“Ini ada apa sih Mbak?†aku makin bingung.<br />“Alah, pura-pura. Dari wajahmu itu kelihatan kalau kamu dari tadi bete,†aku hanya diam sambil merasa heran karena apa yang dikatakan Mbak Indah itu betul.<br />“Kamu bete, karena malem ini kamu nggak bisa ngapa-ngapain sama Sarah, ya kan?†aku hanya tersenyum, Mbak Indah yang tadinya tutur katanya halus dan ramah berubah seperti itu.<br />“Eh, malah senyam-senyum,†hardiknya sambil melotot.<br />“Memang nggak boleh senyum. Abisnya Mbak Indah ini lucu,†kataku.<br />“Lucu kepalamu,†Mbak Indah sewot.<br />“Ya luculah. Kukira Mbak Indah ini lembut kayak Sarah, ternyata galak juga!†Aku tersenyum menggodanya.<br />“Ih, senyam-senyum mlulu. Senyummu itu senyum mesum tahu, kayak matamu itu juga mata mesum!†Mbak Indah makin naik, wajahnya sedikit memerah.<br />“Mbak cakep deh kalau marah-marah,†makin Mbak Indah marah, makin menjadi pula aku menggodanya.<br />“Denger ya, aku nggak lagi bercanda. Kalau kamu berani macem-macem sama adikku, aku bisa bunuh kamu!†kali ini Mbak Indah nampak benar-benar marah.<br />Akhirnya kusudahi juga menggodanya melihat Mbak Indah seperti itu, apalagi pengunjung mall yang lain kadang-kadang menoleh pada kami. Kuceritakan sedikit tentang hubunganku dengan Sarah selama ini, sampai pada acara ‘apel’ pada saat itu.<br />“Kalau soal pengin ngapa-ngapain, yah, itu sih awalnya memang ada. Tapi, sekarang udah lenyap. Sarah sepertinya bukan cewek yang tepat untuk diajak ngapa-ngapain, dia mah penginnya roman-romanan aja,†kataku mengakhiri penjelasanku.“Kamu ini ngomongnya terlalu terus-terang ya?†Nada Mbak Indah sudah mulai normal kembali.<br />“Ya buat apa ngomong mbulet. Bagiku sih lebih baik begitu,†kataku lagi.<br />“Tapi .. kenapa tadi sama aku kamu beraninya lirak-lirik aja. Nggak berani terus-terang mandang langsung?â€<br />Aku berpikir sejenak mencerna maksud pertanyaan Mbak Indah itu. Akhirnya aku mengerti, rupanya Mbak Indah tahu kalau aku diam-diam sering memperhatikan dia.<br />“Yah .. masak jalan sama adiknya, Mbak-nya mau diembat juga,†kataku sambil garuk-garuk kepala.<br />Setelah itu Sarah muncul dan dilanjutkan acara belanja di dept. store di mall itu. Selama menemani kakak beradik itu, aku mulai sering mendekati Mbak Indah jika kulihat Sarah sibuk memilih-milih pakaian. Aku mulai lancar menggoda Mbak Indah.<br />Hampir jam 10 malam kami baru keluar dari mall. Lumayan pegal-pegal kaki ini menemani dua cewek jalan-jalan dan belanja. Sebelum keluar dari mall Mbak Indah sempat memberiku sobekan kertas, tentu saja tanpa sepengetahuan Sarah.<br />“Baca di rumah,†bisiknya.<br />***<br />Aku lega melihat Mbak Indah datang ke counter bus PATAS AC seperti yang diberitahukannya lewat sobekan kertas. Kulirik arloji menunjukkan jam setengah 9, berarti Mbak Indah terlambat setengah jam.<br />“Sori terlambat. Mesti ngrayu Papa-Mama dulu, sebelum dikasih balik pagi-pagi,†Mbak Indah langsung ngerocos sambil meletakkan hand-bag-nya di kursi di sampingku yang kebetulan kosong. Sementara aku tak berkedip memandanginya. Mbak Indah nampak sangat feminin dalam kulot hitam, blouse warna krem, dan kaos yang juga berwarna hitam. Tahu aku pandangi, Mbak Indah memencet hidungku sambil ngomel-ngomel kecil, dan kami pun tertawa. Hanya sekitar sepuluh menit kami menunggu, sebelum bus berangkat.<br />Dalam perjalanan di bus, aku tak tahan melihat Mbak Indah yang merem sambil bersandar. Tanganku pun mulai mengelu-elus tangannya. Mbak Indah membuka mata, kemudian bangun dari sandarannya dan mendekatkan kepalanya padaku.<br />“Gimana, Mbaknya mau di-embat juga?†ledeknya sambil berbisik.<br />“Kan lain jurusan,†aku membela diri. “Adik-nya jurusan roman-romanan, Mbak-nya jurusan … “ Aku tidak melanjutkan kata-kataku, tangan Mbak Indah sudah lebih dulu memencet hidungku. Selebihnya kami lebih banyak diam sambil tiduran selama perjalanan.<br />***<br />Yang disebut kamar kos oleh Mbak Indah ternyata sebuah faviliun. Faviliun yang ditinggali Mbak Indah kecil tapi nampak lux, didukung lingkungannya yang juga perumahan mewah.<br />“Kok bengong, ayo masuk,†Mbak Indah mencubit lenganku. “Peraturan di sini cuman satu, dilarang mengganggu tetangga. Jadi, cuek adalah cara paling baik.â€<br />Aku langsung merebahkan tubuhku di karpet ruang depan, sementara setelah meletakkan hand-bag-nya di dekat kakiku, Mbak Indah langsung menuju kulkas yang sepertinya terus on.<br />“Nih, minum dulu, habis itu mandi,†kata Mbak Indah sambil menuangkan air dingin ke dalam gelas.<br />“Kan tadi udah mandi Mbak,†kataku.<br />“Ih, jorok. Males aku deket-deket orang jorok,†Mbak Indah tampak cemberut. “Kalau gitu, aku duluan mandi,†katanya sambil menyambar hand-bag dan menuju kamar. Aku lihat Mbak Indah tidak masuk kamar, tapi hanya membuka pintu dan memasukkan hand-bag-nya. Setelah itu dia berjalan ke belakang ke arah kamar mandi.<br />“Mbak,†Mbak Indah berhenti dan menoleh mendengar panggilanku. “Aku mau mandi, tapi bareng ya?â€<br />“Ih, maunya .. “ Mbak Indah menjawab sambil tersenyum. Melihat itu aku langsung bangkit dan berlari ke arah Mbak Indah. Langsung kupeluk dia dari belakang tepat di depan pintu kamar mandi. Kusibakkan rambutnya, kuciumi leher belakangnya, sambil tangan kiriku mengusap-usap pinggulnya yang masih terbungkus kulot. Terdengar desahan Mbak Indah, sebelum dia memutar badan menghadapku. Kedua tangannya dilingkarkan ke leherku.<br />“Katanya mau mandi?†setelah berkata itu, lagi-lagi hidungku jadi sasaran, dipencet dan ditariknya sehingga terasa agak panas. Setelah itu diangkatnya kaosku, dilepaskannya sehingga aku bertelanjang dada. Kemudian tangannya langsung membuka kancing dan retsluiting jeans-ku. Lumayan cekatan Mbak Indah melakukannya, sepertinya sudah terbiasa. Seterusnya aku sendiri yang melakukannya sampai aku sempurna telanjang bulat di depan Mbak Indah.<br />“Ih, nakal,†kata Mbak Indah sambil menyentil rudalku yang terayun-ayun akibat baru tegang separo.<br />“Sakit Mbak,†aku meringis.<br />“Biarin,†kata Mbak Indah yang diteruskan dengan melepas blouse-nya kemudian kaos hitamnya, sehingga bagian atasnya tinggal BH warna hitam yang masih dipakainya. Aku tak berkedip memandangi sepasang toket Mbak Indah yang masih tertutup BH, dan Mbak Indah tidak melanjutkan melepas pakainnya semua sambil tersenyum menggoda padaku.<br />Birahi benar-benar sudah tak bisa kutahan. Langsung kuraih dan naikkan BH-nya, sehingga sepasang toket-nya yang besar itu terlepas.<br />“Ih, pelan-pelan. Kalau BH-ku rusak, emangnya kamu mau ganti,†lagi-lagi hidungku jadi sasaran. Tapi aku sudah tidak peduli. Sambil memeluknya mulutku langsung mengulum tokenya yang sebelah kanan.<br />Mbak Indah tidak berhenti mendesah sambil tangannya mengusap-usap rambutku. Aku makin bersemangat saja, mulutku makin rajin menggarap toketnya sebelah kanan dan kiri bergantian. Kukulum, kumainkan dengan lidah dan kadang kugigit kecil. Akibat seranganku yang makin intens itu Mbak Indah mulai menjerit-jerit kecil di sela-sela desahannya.<br />Beberapa menit kulakukan aksi yang sangat dinikmati Mbak Indah itu, sebelum akhirnya dia mendorong kepalaku agar terlepas dari toketnya. Mbak Indah kemudian melepas BH, kulot dan CD-nya yang juga berwarna hitam. Sementara bibirnya nampak setengah terbuka sambil mendesi lirih dan matanya sudah mulai sayu, pertanda sudah horny berat.<br />Belum sempat mataku menikmati tubuhnya yang sudah telanjang bulat, tangan kananya sudah menggenggam rudalku. Kemudian Mbak Indah berjalan mundur masuk kamar mandi sementara rudalku ditariknya. Aku meringis menahan rasa sakit, sekaligus pengin tertawa melihat kelakuan Mbak Indah itu.<br />Mbak Indah langsung menutup pintu kamar mandi setelah kami sampai di dalam, yang diteruskan dengan menghidupkan shower. Diteruskannya dengan menarik dan memelukku tepat di bawah siraman air dari shower. Dan …<br />“mmmmhhhh …. “ bibirnya sudah menyerbu bibirku dan melumatnya. Kuimbangi dengan aksi serupa. Seterusnya, siraman air shower mengguyur kepala, bibir bertemu bibir, lidah saling mengait, tubuh bagian depan menempel ketat dan sesekali saling menggesek, kedua tangan mengusap-usap bagian belakang tubuh pasangan, “Aaaaaahhh,†nikmat luar biasa.<br />Tak ingat berapa lama kami melakukan aksi seperti itu, kami melanjutkannya dalam posisi duduk, tak ingat persis siapa yang mulai. Aku duduk bersandar pada dinding kamar mandi, kali ku luruskan, sementar Mbak Indah duduk di atas pahaku, lututnya menyentuh lantai kamar mandi. Kemudian kurasakan Mbak Indah melepaskan bibirnya dari bibirku, pelahan menyusur ke bawah. Berhenti di leherku, lidahnya beraksi menjilati leherku, berpindah-pindah. Setelah itu, dilanjutkan ke bawah lagi, berhenti di dadaku. Sebelah kanan-kiri, tengah jadi sasaran lidah dan bibirnya. Kemudian turun lagi ke bawah, ke perut, berhenti di pusar. Tangannya menggenggam rudalku, didorong sedikit ke samping dengan lembut, sementara lidahnya terus mempermainkan pusarku. Puas di situ, turun lagi, dan bijiku sekarang yang jadi sasaran. Sementara lidahnya beraksi di sana, tangan kanannya mengusap-usap kepala rudalku dengan lembut. Aku sampai berkelojotan sambil mengerang-erang menikmati aksi Mbak Indah yang seperti itu.<br />Pelahan-lahan bibirnya merayap naik menyusuri batang rudalku, dan berhenti di bagian kepala, sementara tangannya ganti menggenggam bagian batang. Kepala rudalku dikulumnya, dijilati, berpindah dan berputar-putar, sehingga tak satu bagianpun yang terlewat. Beberapa saat kemudian, kutekan kepala Mbak Indah ke bawah, sehingga bagian batanku pun masuk 2/3 ke mulutnya. Digerakkannya kepalanya naik turun pelahan-lahan, berkali-kali. Kadang-kadang aksinya berhenti sejenak di bagian kepala, dijilati lagi, kemudian diteruskan naik turun lagi. Pertahananku nyaris jebol, tapi aku belum mau terjadi saat itu. Kutahan kepalanya, kuangkat pelan, tapi Mbak Indah seperti melawan. Hal itu terjadi beberapa kali, sampai akhirnya aku berhasil mengangkat kepalanya dan melepas rudalku dari mulutnya.<br />Kuangkat kepala Mbak Indah, sementara matanya terpejam. Kudekatkan, dan kukulum lembut bibirnya. Pelan-pelan kurebahkan Mbak Indah yang masih memejamkan mata sambil mendesis itu ke lantai kamar mandi. Kutindih sambil mulutku melahap kedua toketnya, sementara tanganku meremasnya bergantian.<br />Erangannya, desahannya, jeritan-jeritan kecilnya bersahut-sahutan di tengah gemericik siraman air shower. Kuturunkan lagi mulutku, berhenti di gundukan yang ditumbuhi bulu lebat, namun tercukur dan tertata rapi. Beberapa kali kugigit pelan bulu-bulu itu, sehingga pemiliknya menggelinjang ke kanan kiri. Kemudian kupisahkan kedua pahanya yang putih,besar dan empuk itu. Kubuka lebar-lebar. Kudaratkan bibirku di bibir memeknya, kukecup pelan. Kujulurkan lidahku, kutusuk-tusukan pelan ke daging menonjol di antar belahan memek Mbak Indah. Pantat Mbak Indah mulai bergoyang-goyang pelahan, sementara tangannya menjambak atau lebih tepatnya meremas rambutku, karena jambakannya lembut dan tidak menyakitkan. Kumasukkan jari tengahku ku lubang memeknya, ku keluar masukkan dengan pelan. Desisan Mbak Indah makin panjang, dan sempat ku lirik matanya masih terpejam. Kupercepat gerakan jariku di dalam lubang memeknya, tapi tangannya langsung meraih tanganku yang sedang beraksi itu dan menahannya. Kupelankan lagi, dan Mbak melepas tangannya dari tanganku. Setiap kupercepat lagi, tangan Mbak Indah meraih tanganku lagi, sehingga akhirnya aku mengerti dia hanya mau jariku bergerak pelahan di dalam memeknya.<br />Beberapa menit kemudian, kurasakan Mbak Indah mengangkat kepalaku menjauhkan dari memeknya. Mbak Indah membuka mata dan memberi isyarat padaku agar duduk bersandar di dinding kamar mandi. Seterusnya merayap ke atasku, mengangkang tepat di depanku. Tangannya meraih rudalku, diarahkan dan dimasukkan ke dalam lubang memeknya.<br />“Oooooooooooohh ,†Mbak Indah melenguh panjang dan matanya kembali terpejam saat rudalku masuk seluruhnya ke dalam memeknya. Mbak Indah mulai bergerak naik-turun pelahan sambil sesekali pinggulnya membuat gerakan memutar. Aku tidak sabar menghadapi aksi Mbak Indah yang menurutku terlalu pelahan itu, mulai kusodok-sodokkan rudalku dari bawah dengan cukup cepat. Mbak Indah menghentikan gerakannya, tangannya menekan dadaku cukup kuat sambil kepala menggeleng, seperti melarangku melakukan aksi sodok itu. Hal itu terjadi beberapa kali, yang sebenarnya membuatku agak kecewa, sampai akhirnya Mbak Indah membuka matanya, tangannya mengusap kedua mataku seperti menyuruhkan memejamkan mata. Aku menurut dan memejamkan mataku.<br />Setelah beberapa saat aku memejamkan mata, aku mulai bisa memperhatikan dengan telingaku apa yang dari tadi tidak kuperhatikan, aku mulai bisa merasakan apa yang dari tadi tidak kurasakan. Desahan dan erangan Mbak Indah ternyata sangat teratur dan serasi dengan gerakan pantatnya,sehingga suara dari mulutnya, suara alat kelamin kami yang menyatu dan suara siraman air shower seperti sebuah harmoni yang begitu indah. Dalam keterpejaman mata itu, aku seperti melayang-layang dan sekelilingku terasa begitu indah, seperti nama wanita yang sedang menyatu denganku. Kenikmatan yang kurasakan pun terasa lain, bukan kenikmatan luar biasa yang menhentak-hentak, tapi kenikmatan yang sedikit-sedikit, seperti mengalir pelahan di seluruh syarafku, dan mengendap sampai ke ulu hatiku.<br />Beberapa menit kemudian gerakan Mbak Indah berhenti pas saat rudalku amblas seluruhnya. Ada sekitar 5 detik dia diam saja dalam posisi seperti itu. Kemudian kedua tangannya meraih kedua tanganku sambil melontarkan kepalanya ke belakang. Kubuka mataku, kupegang kuat-kuat kedua telapak tangannya dan kutahan agar Mbak Indah tidak jatuh ke belakang. Setelah itu pantatnya membuat gerakan ke kanan-kiri dan terasa menekan-nekan rudal dan pantatku.<br />“Aaa .. aaaaaa … aaaaaaaaaaaaahhhhhhhhhhhhhh,†desahan dan jeritan kecil Mbak Indah itu disertai kepala dan tubuhnya yang bergerak ke depan. Mbak Indah menjatuhkan diri padaku seperti menubruk, tangannya memeluk tubukku, sedang kepalanya bersandar di bahu kiriku. Ku balas memeluknya dan kubelai-belai Mbak Indah yang baru saja menikmati orgasmenya. Sebuah cara orgasme yang eksotik dan artistik.<br />Setelah puas meresapi kenikmatan yang baru diraihnya, Mbak Indah mengangkat kepala dan membuka matanya. Dia tersenyum yang diteruskan mencium bibirku dengan lembut. Belum sempat aku membalas ciumannya, Mbak Indah sudah bangkit dan bergeser ke samping. Segera kubimbing dia agar rebahan dan telentang di lantai kamar mandi. Mbak Indah mengikuti kemauanku sambil terus menatapku dengan senyum yang tidak pernah lepas dari bibirnya. Kemudian kuarahkan rudalku yang rasanya seperti empot-empotkan ke lubang memeknya, kumasukkan seluruhnya. Setelah amblas semuanya Mbak Indah memelekku sambil berbisik pelan.<br />“Jangan di dalam ya sayang, aku belum minum obat,†aku mengangguk pelan mengerti maksudnya. Setelah itu mulai kugoyang-goyang pantatku pelan-pelan sambil kupejamkan mata. Aku ingin merasakan kembali kenikmatan yang sedikit-sedikit tapi meresap sampai ke ulu hati seperti sebelumnya. Tapi aku gagal, meski beberapa lama mencoba. Akhirnya aku membuat gerakan seperti biasa, seperti yang biasa kulakukan pada tante Ani atau Nita. Bergerak maju mundur dari pelan dan makin lama makin cepat.<br />“Aaaah… Hoooohh,†aku hampir pada puncak, dan Mbak Indah cukup cekatan. Didorongnya tubuhku sehingga rudalku terlepas dari memeknya. Rupanya dia tahu tidak mampu mengontrol diriku dan lupa pada pesannya. Seterusnya tangannya meraih rudalku sambil setengah bangun. Dikocok-kocoknya dengan gengaman yang cukup kuat, seterusnya aku bergeser ke depan sehingga rudalku tepat berada di atas perut Mbak Indah.<br />“Aaaaaaaah … aaaaaaahhh … crottt… crotttt ..,†beberapa kali spermaku muncrat membasahi dada dan perut Mbak Indah. Aku merebahku tubuhku yang terasa lemas di samping Mbak Indah, sambil memandanginya yang asyik mengusap meratakan spermaku di tubuhnya.<br />“Hampir lupa ya?†lagi-lagi hidungku jadi sasarannya waktu Mbak Indah mengucapkan kata-kata itu.<br />***Selama di bus dalam perjalanan pulang aku memejamkan mata sambil mengingat-ingat pengalaman yang baru saja ku dapat dari Mbak Indah. Saat di kamar mandi, dan saat mengulangi sekali lagi di kamarnya. Seorang wanita dengan gaya bersetubuh yang begitu lembut dan penuh perasaan.<br />“Kalau sekedar mengejar kepuasan nafsu, itu gampang. Tapi aku mau lebih. Aku mau kepuasan nafsuku selaras dengan kepuasan yang terasa di jiwaku.â€<br />Kepuasan yang terasa di jiwa, itulah hal yang kudapat dari Mbak Indah dan hanya dari Mbak Indah, karena kelak setelah gonta-ganti pasangan, tetap saja belum pernah kudapatkan kenikmatan seperti yang kudapatkan dari Mbak Indah. Kepuasan dan kenikmatan yang masih terasa dalam jangka waktu yang cukup lama meskipun persetubuhan berakhir.<br />“Ingat ya, jangan pernah sekali-kali kamu lakukan sama Sarah. Kalau sampai kamu lakukan, aku tidak akan pernah memaafkan kamu!†Aku terbangun, rupanya dalam tidurku aku bermimpi Mbak Indah memperingatkanku tentang Sarah, adiknya. Dan bus pun sudah mulai masuk terminal.RAIDERShttp://www.blogger.com/profile/12674960758995664677noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-4233821845464032072.post-39168691014393851712009-09-02T08:56:00.001+07:002009-09-02T08:56:29.470+07:00Sekitar 20 tahun silam, aku “Anis” sudah mengenal yang namanya nafsu sex, meskipun aku belum banyak kenalan dengan wanita. Aku termasuk pria yang tidak suka, bahkan tak pernah melakukan onani seperti kebanyakan pria. Namun aku sangat mudah terangsang ketika melihat kemaluan lawan jenis, apalagi jika menyaksikan melakukan hubungan intim, sekalipun itu adalah hewan atau binatang.<br />Ceritanya bermula ketika aku masih duduk kelas 2 di bangku SMTP di kecamatanku. Saat itu usiaku sekitar 15 tahun. Maklum sebagai orang yang tinggal dan dibesarkan di suatu desa yang agak terpencil dari keramaian kota, aku sehari-hari bekerja sebagai penggembala kerbau sebagaimana umumnya laki-laki seusiaku di desaku itu. Sebelum dan sepulang dari sekolah, aku mempunyai tanggung jawab untuk mengurus hewan-hewan piaraan keluargaku, sebab biaya pendidikan dan keperluan pokok sehari-hari kami, umumnya diperoleh dari harga kerbau. Kurang lebih 15 ekor kerbau yang harus saya urus setiap harinya yakni mengembalakan di padang rumput, memandikan di sungai, memasukkan ke kandang dan sebagainya.<br />Walaupun sejak kecilku aku sudah seringkali menyaksikan bagaimana hewan-hewan itu melakukan hubungan sex (kuda, ayam, sapi, kambing, anjing, burung misalnya), namun entah saat itu pengaruh setan dari mana sehingga aku tiba-tiba mulai terangsang memperhatikan sepasang kerbauku melakukan hubungan sex. Mungkin karena keduanya merupakan tungganganku sehari-hari yang paling jinak, bersih dan sedikit gemuk, apalagi masih mudah (belum pernah melahirkan), atau memang karena aku sudah terkena puber pertama, atau karena aku kesepian dari teman-teman penggembala lainnya. Yang jelas aku sangat terangsang melihat dengan asyiknya penis kerbau jantanku menyentuk dan menembus vagina kerbau betinaku dari belakang. Aku semakin mendekatkan wajahku ke dekat vagina yang tertusuk dengan penis yang panjang itu dan melihat bagaimana keduanya melakukan aksinya. Si jantan dengan keras dan cepat sekali menggocok-gocok vagina si betina, sehingga terdengar bunyi yang agak khas.<br />Ketika keduanya mencapai klimaks yang ditandai dengan amblasnya seluruh penis si jantan ke dalam vagina si betina dan sedikit terdiam lalu meneteskan cairan putih dari dalam kemaluannya, aku mencoba mencium dan meraba kedua bibir vagina si betina yang sedikit basah dan montok itu. Bahkan aku dengan mudah membuka kedua bibir vaginanya dan melihat dengan jelas dinding-dinding vaginanya yang agak keputihan setelah penis si jantang keluar, lalu memasukkan dua jari tanganku ke dalamnya, sehingga terasa agak panas dan halus. Keduanya masih terdiam di tempatnya, karena aku mengelus-elus kepalanya agar tidak bergerak dulu.<br />Kebetulan saat peristiwa itu, aku berada di atas kerbau jantanku dan menungganginya, sehingga punggungku bergerak-gerak mengikuti irama gerakan pinggul si jantan ketika ia menggocok vagina si betina. Hal itulah barangkali yang membuatku sangat terangsang.<br />Konsentrasiku saat peristiwa itu mulai terganggu. Aku semakin penasaran ingin juga menikmati vagina si betina itu, tapi aku masih takut jika ada orang lain yang melihatku karena aku berada di padang rumput yang luas dan terbuka. Belum aku turun dari atas kerbau jantanku itu, tiba-tiba datang lagi kerbau jantanku yang lainnya menaiki tubuh kerbau betinaku tadi dan langsung memasukkan penisnya hingg amblas seluruhnya. Aku cepat-cepat lompat dan memisahkannya agar tidak sembarang yang menggaulinya, apalagi si jantan yang satu itu sedikit kurus dan kotor. Akal kotorku mulai jalan. Menjelang tengah hari nanti, aku dapat salurkan nafsu bejatku lewat kerbau betinaku di sungai, sebab kebetulan setiap tengah hari aku bawa mereka berendam dan mandi di sungai bersama dengan teman-teman gembala lainnya. Hal itu sudah rutin kami lakukan, selain membersihkan tubuhnya juga untuk mengistirahatkannya sambil minum-minum.<br />Berbeda dengan hari-hari sebelumnya, di mana kami berangkat sama-sama dengan teman gembala lainnya ke sungai, tapi hari itu aku sengaja cepat-cepat membawa kerbauku ke sungai karena didorong oleh maksud lain sehingga menjelang tengah hari aku sudah ada di sungai itu berendam bersama dengan kerbauku. Suasana di sungai itu masih sangat sepi. Sejak dari padang rumput hingga tiba di sungai yang jaraknya kurang lebih 1 km dari rumah penduduk, aku memang sudah menunggangi kerbau betinaku yang cantik dan mudah itu. Mungkin karena ia dalam keadaan suburnya (musim kimpoinya) sehingga ia tenang sekali jika disentuh, apalagi ditunggangi. Aku banyak main-main di atasnya, kadang mengelus, meraba-raba kepala, dada dan pantatnya, bahkan berbaring di atasnya.<br />Sesampainya di sungai, aku langsung buka baju dan celanaku sekalian mumpun belum ada orang lain di sungai itu, apalagi hal itu sudah menjadi kebiasaan kami jika mandi di sungai. Aku sudah tidak peduli lagi kerbau lainnya. Aku hanya konsentrasi dan mengurusi kerbau betinaku yang sedang mengalami masa subur itu. Mula-mula kubersihkan seluruh tubuhnya dari ujung kepala hingga ujung kaki dan terakhir aku bersihkan bagian belakangnya, terutama di bawah ekornya itu. Aku coba mainkan tanganku dengan mengelus vaginanya, menusuk-nusuknya dengan telunjuk, membuka kedua bibir vaginanya dengan kedua tanganku. Terasa panas dan halus. Si betina itu hanya sedikit bergerak merendam tubuhnya sambil menikmati kehangatan air sungai yang masih jernih itu.<br />Pantatku dan pantat si betina itu tidak kelihatan karena terendam air. Hanya kepala kami yang nampak di permukaan air, sehingga sekalipun ada orang lain yang melihatku, tidak mungkin langsung curiga, karena ia tidak akan bisa melihat penisku bersentuhan dengan vagina kerbauku. Aku terus menggosok-gosok tubuh si betina dengan kedua tanganku, namun penisku mulai menyentuh bibir vagina si betina dan mulai terasa agak hangat. Entah apa si betina itu juga terangsang atau tidak, tapi yang jelas ia hanya diam dan kemaluannya terasa hangat. Aku semakin sulit menahan nafsuku ketika pantat si betina itu sedikit bergerak ke kiri dan ke kanan sebagaimana layaknya manusia yang sedang terangsang. Penisku yang berdiri sejak pagi hari akibat rangsang oleh persetubuhan antara kerbau jantan dengan kerbau betinaku, nampaknya sulit lagi kukendalikan. Akhirnya kuputuskan untuk mencoba saja menyalurkannya melalui vagina si betina mumpun belum ada orang lain yang melihatku.<br />Karena memang bukan fitrah untuk berpasangan dengan manusia, maka wajar saja jika aku tidak kesulitan menembus vagina si betina. Penisku amblas seluruhnya tanpa hambatan sedikitpun. Nikmat sekali kurasakan saat itu, sebab baru kali itu penisku merasakan yang namanya vagina, meskipun vagina hewan, tapi kurasa tidak jauh beda rasanya dengan vagina manusia apalagi bagi orang yang dirundung nafsu birahi. Cukup lama juga aku keluar masukkan penisku di kemaluan si betina itu, meskipun dalam air. Si betina nampaknya juga menikmatinya. Ia tidak banyak bergerak dan seolah memberi kesempatan padaku untuk memperlakukannya hingga aku bisa mencapai kepuasan. Bahkan sedikit aneh, sebab punggungnya sesekali bergoyang ke kiri dan ke kanan namun agak lambat. Getaran dinding vaginanyapun terasa sekali menambah gairahku sehingga terasa lebih nikmat. Meskipun saat itu aku belum bisa bandingkan dengan vagina manusia karena aku sama sekali belum pernah merasakan sebelumnya, tapi belakangan kuketahui ternyata bagi orang yang bernafsu tinggi seperti diriku sulit membedakan kenikmatan dan kehangatan dari keduanya.<br />Dalam tempo hampir satu jam, aku sempat memuncratkan spermaku ke dalam vagina si betina sebanyak 3x hingga teman-teman gembalaku berdatangan. Mereka hanya bertanya padaku tentang sebabnya aku tidak menunggu mereka namun dengan alasan kerbaku haus dan kepanasan, akhirnya mereka bisa mengerti juga tanpa sedikitpun rasa curiga pada diriku. Kami tetap kembali ke padang rumput secara bersama-sama dan pulang ke rumah bersama pula, tapi telah mengalami sesuatu peristiwa luar biasa selama hidupku, sementara mereka tidak. Itulah kegembiraan dan kebanggaan yang dapat kami raih saat itu, bahkan menjadi kenangan hidupku sepanjang masa. Hampir setiap hari aku peraktekkan pengalamanku itu lewat kerbau betinaku. Kadang aku lakukan di padang rumput dikala sepi dari temanku, kadang di kandangnya dan kebanyakan kulakukan di sungai. Sesekali pula aku mencobanya pada kerbau betinaku yang lain, namun kebanyakan pada kerbau betinaku yang pertama kali memuaskan nafsuku itu. Pernah sekali kuperaktekkan lewat anak kerbauku yang berusia 5 bulan dengan harapan vaginanya lebih sempit, namun malah aku ditendang lalu ia lari.<br />*****<br />Teman-teman penggemar cerita porn, mungkin tidak menarik dan merangsang bagi anda jika membaca ceritaku ini, namun bagi orang tertentu, terutama yang bernafsu tinggi seperti aku, tidak bisa membedakan mana vagina kerbau dan mana vagina manusia jika sudah sama-sama bersentuhan. Aku tidak mampu menghitung lagi berapa kali kuperaktekkan pada kerbau dan mungkin di atas ratusan kali sebab sejak kurasakan kenikmatan itu, aku hampir tiap hari melakukannya hingga aku berhenti menggembala karena melanjutkan pendidikan di kota Kabupatenku. Sungguh banyak sekali spermaku yang bakal jadi janin manusia terbuang sia-sia di kemaluan kerbau, namun belum sempat kusesali karena hingga usiaku di atas 30 tahun, nafsu syahwatku belum juga reda, bahkan semakin meningkat rasanya. Anehnya lagi, hampir tidak ada wanita yang kuanggap jelek dan membosankan selama mereka masih normal dan menyukai hubungan sex. Inilah kelebihannya bagi pria yang memulai petualangan sexnya lewat binatang atau hewan, apalagi bila nyata-nyata manusia. Sebab selalu dianggap lebih baik yang dirasakan belakangan dari yang pertama.<br />Entah diriku ini tergolong pria normal atau tidak, tapi yang jelas aku tidak memilih-milih wanita asal ia punya vagina yang bisa disetubuhi. Tua atau muda, berbulu atau tidak, harum atau tidak, basah atau tidak, montok atau tidak, sempit atau tidak, rasanya semuanya nikmat dan dapat merangsangku untuk mencapai tujuan pokok yang sebenarnya. Sejak peristiwaku bersama kerbau betinaku, aku senang sekali terhadap vagina wanita, sehingga muka, payudara, kelentit, rambut, bau, dan penampilan tubuhnya seolah hanya soal yang kedua bagiku. Aku belum mau dikatakan menyerah dan menolak jika ditawarkan vagina wanita. Aku belum pernah menolak tawaran sex dari wanita hanya karena kurang menarik.<br />Sebelum aku melanjutkan pendidikan ke Kota, aku memang sempat merasakan nikmatnya vagina wanita selama dua kali. Pertama kali di sawah sewaktu menjelang musim panen dan yang kedua sewaktu menjelang pendaftaran/penerimaan siswa baru. Kedua perstiwa itu sama-sama sulit terlupakan karena mempunyai kesan tersendiri yang luar biasa. Keduanya pun sama-sama masih perawan desa dan masih tergolong di bawah usia.<br />TamatRAIDERShttp://www.blogger.com/profile/12674960758995664677noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-4233821845464032072.post-17456059547200538432009-09-02T08:51:00.001+07:002009-09-02T08:51:51.798+07:00Sebut saja namaku Dandy 30 tahun, 170/65 berparas seperti kebanyakan orang pribumi dan kata orang aku orangnya manis, atletis, hidung mancung, bertubuh sexy karena memang aku suka olah raga. Aku bekerja sebagai karyawan di salah satu perusahaan besar di kota Surabaya dan statusku married. Perlu pembaca ketahui bahwa sebelum aku bekerja di Surabaya ini, aku adalah tergolong salah satu orang yang minder dan kuper karena memang lingkungan keluarga mendidik aku sangat disiplin dalam segala hal. Dan aku bersyukur sekali karena setelah keluar dari rumah (baca:bekerja), banyak sekali kenyataan hidup yang penuh dengan “warna-warni†serta “pernah-pernikâ€nya.<br />Kisah ini berawal terjadi sebagai dampak seringnya aku main chatting di kantor di saat kerjaan lagi kosong. Mulai muda aku adalah termasuk seorang penggemar sex education, karena buat aku sex adalah sesuatu yang indah jika kita bisa menerjemahkannya dalam bentuk visualnya. Dan memang mulai SD, SMP sampai SMA hidup aku selalu dikelilingi cewek-cewek yang cakep karena memang aku bisa menjadi “panutan†buat mereka, itu terbukti dengan selalu terpilihnya aku menjadi ketua osis selama aku menempuh pendidikan.<br />Kembali pada ceritaku, dunia chatting adalah ‘accses’ untuk mengenal banyak wanita dengan segala status yang mereka miliki; mulai ABG, mahasiswi, ibu muda sampai wanita sebaya, di luar jam kantor. Dan mulai dari sinilah aku mulai mengenal apa itu “kehidupan sex having funâ€.<br />Suatu hari aku chatting dengan menggunakan nickname yang menantang kaum hawa untuk pv aku, hingga masuklah seorang ibu muda yang berumur 32 tahun sebut saja namanya Via. Via yang bekerja di salah satu perusahaan swasta sebagai sekretaris dengan paras yang cantik dengan bentuk tubuh yang ideal (itu semua aku ketahui setelah Via sering kirim foto Via email aku). Kegiatan kantor aku tidak akan lengkap tanpa online sama dia setiap jam kantor dan dari sini Via sering curhat tentang kehidupan rumah tangganya. Karena kita berdua sudah sering online, Dia tidak segan-segan menceritakan kehidupan sex nya yang cenderung tidak bisa menikmati dan meraih kepuasan. Kami berdua share setiap kesempatan online atau mungkin aku sempatkan untuk call dia.<br />Hingga suatu hari, kami putuskan untuk jumpa darat sepulang jam kantor, aku lupa tanggal berapa tapi yang pasti hari pertemuan kami tentukan bersama hari Jum’at. Setelah menentukan dimana aku mau jemput, sepulang kantor aku langsung kendarai mobil butut starletku untuk meluncur di tempat yang janjikan. Dengan perasaan deg-deg an, sepanjang perjalanan aku berfikir secantik apakah Via yang usianya lebih tua dari aku 2 tahun. Dan pikiranku terasa semakin amburadul ketika aku bener-bener ketemu dengan Via. Wow! Aku berdecak kagum dengan kecantikan Via, tubuhnya yang sexy dengan penampilannya yang anggun membuat setiap kaum adam berdesir melihatnya. Tidak terlihat dia seorang ibu muda dengan 3 orang anak, Via adalah sosok cewek favorite aku. Mulai dari wajahnya, dadanya, pinggulnya dan alamak.. pantatnya yang sexy membuat aku menelan ludahku dalam-dalam saat membayangkan bagaimana jika aku bisa bercinta dengan Via.<br />Tanpa pikir panjang dan menutupi kegugupan aku. Aku memancing untuk menawarkan pergi ke salah satu motel di sudut kota (yang aku tahu dari temanku). Sepanjang perjalanan menuju hotel, jantungku berdetak kencang setiap melirik paras Via yang cantik sekali dan aku membayangkan jika aku dapat menikmati bibirnya yang tipis.. Dan sepanjang itu juga “adik kecilku†mulai bangkit dari tidurnya. Tidak lama sampailah kami di salah satu Motel, aku langsung memasukan mobilku kedalam salah satu kamar 102.<br />Didalam kamar aku sangat grogi sekali bertatapan dengan wajah Via..“Met kenal Dandy,†Via membuka obrolan.“hey Via..,†aku jawab dengan gugup.Aku benar-benar tidak percaya dengan yang aku hadapi, seorang ibu rumah tangga yang cantik sekali, sampai sempat aku berfikir hanya suami yang bego jika tidak bisa menyayangi wanita secantik Via.Kami berbicara hanya sekedar intermezo saja karena memang kami berdua tampak gugup saat pertemuan pertama tersebut. Sedangkan jantungku berdetak keras dibareng “adik kecilku†yang sudah meronta ingin unjuk gigi.<br />“Dandy meskipun kita di sini, tidak apa-apakan jika kita tidak bercinta,†kata Via.Aku tidak menjawab sepatah katapun, dengan lembut aku gapai lengannya untuk duduk di tepi ranjang. Dengan lembut pula aku rangkul dia untuk rebahan diranjang dan tanpa terasa jantungku berdetak keras, bagaikan dikomando aku menciumi leher Via yang terlihat sanagt bersih dan putih.“Via kamu sangat cantik sayang..,†aku berbisik.“Dann.. jangan please..,†desahan Via membuat aku terangsang.Lidahku semakin nakal menjelajahi leher Via yang jenjang.“Akhh Dandy..â€Tanpa terasa tanganku mulai nakal untuk menggerayangi payudara Via yang aku rasakan mulai mengencang mengikuti jilatan lidahku dibalik telinganya.“Ooohh.. Danddyy..â€Via mulai mengikuti rangsangan yang aku lakukan di dadanya. Aku semakin berani untuk melakukan yang lebih jauh..“Via, aku buka jas kamu ya, biar tidak kusut..,†pintaku.<br />Via hanya mengikuti pergerakan tanganku untuk memreteli jasnya, sampai akhirnya dia hanya mengenakan tanktop warna hitam. Dadaku semakin naik turun, ketika pundaknya yang putih nampak dengan jelas dimukaku. Setelah jas Via terbuka, aku berusaha naik di tubuh dia, aku ciumi bibir Via yang tipis, lidahku menjelajahi bibirnya dan memburu lidah Via yang mulai terangsang dengan aktivitas aku. Tanganku yang nakal mulai menarik tanktop warna hitam dan..Wow.. tersembul puting yang kencang.. Tanpa pikir panjang aku melepas lumatan di bibir Via untuk kemudian mulai melpeas BH dan menjilati puting Via yang berwana kecoklatan. Satu dua kali hisapan membuat puting Via berdiri dengan kencang.. sedangkan tangan kananku memilin puting Via yang lain nya.“Ooohh Danndyy.. kamu nakal sekali sayang..,†rintih Via.Dan saat aku mulai menegang..“Tok.. tok.. tok.. room service.†Ahh.. sialan pikirku, menganggu saja roomboys ini. Aku meraih uang 50.000-an dikantong kemejaku dengan harapan supaya dia cepat pergi.<br />Setelah roomboy’s pergi, aku tidak memberikan kesempatan untuk Via bangkit dari pinggir. Parfum Via yang harum menambah gairah aku untuk semakin berani menjelajahi seluruh tubuhnya. Dengan bekal pengetahuan sex yang aku ketahui (baik dari majalah, film BF maupun obrolan-obrolan teman kantor), aku semakin berani berbuat lebih jauh dengan Via. Aku beranikan diri untuk mulai membuka CD yang digunakan Via, dan darahku mendesir saat melihat tidak ada sehelai rambutpun di bagian vagina Via. Tanpa berfikir lama, aku langsung menjilati, menghisap dan sesekali memasukkan lidahku ke dalam lubang vagina Via.<br />“Oohh.. Dan.. nikmat.. sayang,†Via merintih kenikmatan setiap lidahku menghujam lubang vaginanya dan sesekali menekan kepalaku untuk tidak melepaskan kenikmatan itu. Dan disaat dia sedang menikmati jilatan lidahku, telunjuk jari kiriku aku masukkan dalam lubang vagina dan aku semakin tahu jika dia lebih bisa menikmati jika diperlakukan seperti itu. Terbukti Via menggeliat dan mendesah disetiap gerakan jariku keluar masuk.“Aakkhh Dann.. kamu memang pintar sayang..,†desah Via.Disaat kocokkan jariku semakin cepat, Via sudah mulai memperlihatkan ciri-ciri orang yang mau orgasme dan sesat kemudian..“Dann.. sayang.. aku nggak tahan.. oohh.. Dan.. aku mau..†visa menggelinjang hebat sambil menggapit kedua pahanya sehingga kepalaku terasa sesak dibuatnya.“Daann.. ookkhh.. aakuu keluaarr.. crut-crut-crut.â€Via merintih panjang saat clitorisnya memuntahkan cairan kental dan bersamaan dengan itu, aku membuka mulut aku lebar-lebar, sehingga carian itu tidak ada yang menetes sedikitpun dalam mulutku.<br />Aku biarkan Via terlentang menikmati orgasmenya yang pertama, sambil membuka semua pakaian yang aku kenakan, aku memperhatikan Via begitu puas dengan foreplay aku tadi, itu terlihat dari raut wajahnya yang begitu berbinar-binar. Tanpa memberi waktu panjang, aku segera menghampiri tubuhnya yang masih lemas dan menarik pinggulnya dipinggir ranjang, dan tanpa pikir panjang penisku yang berukuran 19 cm dengan bentuk melengkung, langsung menghujam celah kenikmatan Via dan sontak meringis..“Aaakhh.. Dandy..,†desah Via saat penisku melesak kedalam lubang vaginanya.“Dandyy.. penis kamu besar sekali.. aakkh..â€Aku merasakan setiap gapitan bibir vaginanya yang begitu seret, sampai aku berfikir suami macam apa yang tidak bisa merasakan kenikmatan lubang senggama Via ini?Aku berpacu dengan nafsu, keringatku bercucuran seperti mandi dan menetes diwajah Via yang mulai aku rasakan sangat menikmati permainan ini.“Danddyy.. sudah.. sayang.. akhh..†sembari berteriak panjang aku rasakan denyutan bibir vagina mengapit batang penisku. Dan aku rasakan cairan hangat mulai meleleh dari vagina Via. Aku tidak mempedulikan desahan Via yang semakin menjadi, aku hanya berusaha memberikan kepuasan bercinta, yang kata Via belum pernah merasakan selama berumah tangga. Setiap gerakan maju mundur penisku, selalu membuat tubuh Via menggelinjang hebat karena memang bentuk penisku agak bengkok ke kiri.<br />Tiba-tiba Via mendekap tubuhku erat dan aku tahu itu tanda dia mencapai orgasme yang kedua kalinya. Penisku bergerak keluar masuk dengan cepat dan..“Dann.. aku.. mau.. keluarr lagi.. aakk.. Kamu hebat sayang, aku.. nggak tahan..,†seiring jertian itu, aku merasakan cairan hangat meleleh disepanjang batang penisku dan aku biarkan sejenak penisku dalam vaginanya.<br />Sesaat kemudian aku melepas penisku dan mengarahkan ke mulut Via yang masih terlentang. Aku biarkan dia oral penisku.“Ahh..,†sesekali aku merintih saat giginya mengenai kepala penisku. Disaat dia asik menikmati batang penisku, jariku yang nakal, mulai menelusuri dinding vagina Via yang mulai basah lagi.“Creek.. crekk.. crek..,†bunyi jariku keluar masuk dilubang vagina Via.“Ohh.. Dandy.. enak sekali sayang..â€1.. 2.. 3.. 4.. 5.. jariku masuk bersamaan ke lubang vagina Via. Aku kocok keluar masuk.., sampai akhirnya aku nggak tahan lagi untuk mulai memasukkan penisku, untuk menggantikan 5 jariku yang sudah “memperkosa†lubang kewanitaannya.<br />Dan..“Ohh.. sayang aku keluar lagi..â€Orgasme yang ketiga diraih oleh Via dalam permainan itu dan aku langsung meneruskan inisiatif menindih tubuh Via, berkali-kali aku masukkan sampai mentok.“Aaakhh.. sayang.. enak sekali.. ohh..,†rintih Via. Bagaikan orang mandi, keringatku kembali berkucuran, menindih Via..“Sayang aku boleh keluarin di dalam..,†aku tanya Via.“Jangan.. aku nggak mau, entar aku hamil,†jelas Via.“Nggak deh sayang jangan khawatir..,†rengekku.“Jangan Dandyy.. aku nggak mau..,†rintihan Via membuat aku semakin bernafsu untuk memberikan orgasme yang berikutnya.“Akhh.. oohh.. Dandy.. sayang keluarin kamu sayang.. aakkhh..,†Via memintaku.“Kamu jangan tunggu aku keluar Dandy.. please,†pinta Via.<br />Disaat aku mulai mencapai klimaks, Via meminta berganti posisi diatas.“Danndy aku pengen diatas..â€Aku melepas penisku dan langsung terlentang. Via bangkit dan langsung menancapkan penisku dlam-dalam di lubang kewanitaannya.“Akhh gila, penis kamu hebat banget Dandy asyik.. oohh.. enak..,†Via merintih sambil menggoyangkan pinggulnya.“Aduhh enak Dandy.. â€Goyangan pinggul Via membuat gelitikan halus di penisku..“Via.. Via.. akh..,†aku mengerang kenikmatan saat Via menggoyang pinggulnya.“Dandy.. aku mau keluar sayang..,†sambil merintih panjang, Via menekankan dalam-dalam tubuhnya hingga penisku “hilang†ditelan vaginanya dan bersamaan dengan itu aku sudah mulai merasakan klimaks sudah diujung kepala.“Via.. Via.. ahh..â€Aku biarkan spermaku muncrat di dalam vagianya.“Croot.. croot..†semburan spermaku langsung muncrat dalam lubang Via, tetapi tiba-tiba Via berdiri.“Aakhh Dandy nakal..â€Dan Via berlari berhamburan ke kamar mandi untuk segera mencuci spermaku yang baru keluar dalam vaginanya, karena memang dia tidak menggunakan pernah menggunakan KB.<br />Permainan itu berakhir dengan penuh kenikmatan dalam diri kami berdua, karena baru saat bercinta denganku, dia mengalami multi orgasme yang tidak bisa digambarkan dengan kata-kata.“Dandy, kapan kamu ada waktu lagi untuk lakukan ini semua sayang,†tanya Via.Aku menjawab lirih, “Terserah Via deh, aku akan selalu sediakan waktu buatmu.â€â€œMakasih sayang.. kamu telah memberikan apa yang selama ini tidak aku dapatkan dari suami aku,†puji Via.“Dann.. kamu hebat sekali dalam bercinta.. aku suka style kamu,†sekali lagi puji Via.<br />Pertemuan pertama ini kita akhiri dengan perasaan yang tidak bisa digambarkan dengn kata-kata, dan hanya kami berdua yang bisa rasakan itu. Aku memang termasuk orang yang selalu berusaha membuat pasanganku puas dan aku mempuyai fantasi sex yang tinggi sehingga tidak sedikit abg, mahasiswi dan ibu muda yang hubungi aku untuk sekedar membantu memberikan kepuasan buat mereka.<br />TamatRAIDERShttp://www.blogger.com/profile/12674960758995664677noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-4233821845464032072.post-66495392393539155412009-09-02T08:50:00.003+07:002009-09-02T08:50:54.816+07:00Ini terjadi pada saat aku meninggalkan pekerjaanku yang lama untuk melanjutkan studi. Waktu itu umurku 23 tahun, secara fisik, posturku tidak banyak berbeda dengan sekarang. (Bagi yang belum tahu, aku wanita umur 26 pada tanggal 19 April 2000 nanti, aku berdarah campuran Jepang-India-Cina, tinggi 176 dan beratnya…well…agak kurang sekitar 5 kg dari idealnya. Bentuk badanku tidak terlalu berliku-liku, cenderung kelihatan tipis-jangkung, dan rambutku pendek seleher.)<br />Sehari setelah acara perpisahan dengan rekan-rekan sekantor, aku sudah berada di kursi pesawat Singapore Airlines yang menuju ke negara tempat aku akan melanjutkan studi. Aku duduk di dekat jendela, sementara di sebelah kananku duduk pasangan suami istri yang berusia kurang lebih 40 tahunan, dan dari aksennya bisa ditebak kalau mereka berasal dari kota yang sama denganku. Sepanjang penerbangan, pasangan itu selalu cekcok, mulai dari makanan, kursi, sampai acara videopun diributkan, hingga aku agak jengkel dan berusaha untuk tidur saja.Aku terbangun ketika pramugari menyajikan makan malam. Kursi di sampingku kosong, rupanya sang istri sedang pergi ke toilet atau berjalan-jalan. Di kursi sebelahnya, bapak berusia 40 tahunan itu tersenyum padaku dan mulai makan. “Mari Dik, makan dulu.” Katanya sambil tersenyum ramah. “Mari, Pak.” Jawabku sambil tersenyum juga. Rupanya bapak ini cukup ramah juga meski tadi siang aku sempat sebal mendengarnya ribut dengan istrinya.<br />Aku mulai menyantap hidangan vegetarian yang khusus disiapkan untukku oleh kru pesawat itu. Lama setelah itu, aku baru sadar bahwa meja lipat di depan kursi sampingku tidak terdapat makanan, dan ibu yang tadinya duduk disitu juga tak kunjung kembali. “Pak, Ibu pindah tempat?” Tanyaku pada bapak yang tadi itu. “Iya Dik, dia pindah ke baris belakang sana.” Jawabnya sambil tetap berkonsentrasi pada puding yang disantapnya. “Kenapa kok pindah?” Tanyaku lagi, sambil berusaha menusuk potongan buah semangka dengan garpu plastik yang tumpul. “Saya yang suruh, kan kasihan Adik nggak bisa tidur nanti kalau kita ribut terus.” Jawabnya aku tertawa dan menanyakan apakah memang setiap harinya begitu, dan jawabannya agak mengejutkan, bapak itu berkata bahwa ia dan istrinya sedang dalam proses mengurus surat cerai di negara tempat mereka menikah dulu. “Wah, maaf Pak, saya nggak tahu.” Kataku dengan nada agak menyesal telah menanyakan hal itu. “Nggak apa-apa Dik, saya maklum kok.” Jawabnya, “Lagipula kami berbahagia dengan perceraian ini.” Meski agak heran, aku memutuskan untuk tidak bertanya lebih banyak tentang hal itu. Setelah makan malam usai, lampu-lampu dipadamkan, dan para penumpang mulai tidur.<br />Karena sudah tidur siangnya, maka aku tidak lagi bisa tidur, jadi aku ngobrol dengan Bapak itu, yang ternyata bernama Pak Bob. Mula-mula obrolan kami hanya basa-basi dan saling menceritakan latar belakang masing-masing, sampai akhirnya kami makin akrab. “Sari tinggi sekali yah? Apa Sari fotomodel?” Tanya Pak Bob. “Oh, bukan, masa kurus begini fotomodel, Pak?” Jawabku. “Lho, kan jaman sekarang fotomodel tinggi-tinggi dan langsing, juga cantik seperti Sari gitu.” Kata Pak Bob lagi. “Wah, terimakasih.” Jawabku sambil tersipu dan kehabisan kata-kata. Dalam hati, insting avonturirku mulai muncul. Rasa-rasanya Pak Bob ini mulai berani juga, dan tampaknya dia tidak jelek-jelek banget untuk menambah koleksi nama-nama pria di buku harianku yang waktu itu masih belum sebanyak sekarang. Pak Bob memiliki tubuh yang tinggi besar untuk orang seusianya. Perutnya pun tidak terlalu tambun, dan tingginya juga hanya sedikit lebih pendek dari aku. Warna kulitnya kecoklatan terbakar matahari, dan wajahnya terkesan berwibawa dan lumayan tampan, meski garis-garis ketuaan sudah mulai muncul di sana-sini.<br />“Keberatan nggak, kalau saya pindah di situ?” Tanya Pak Bob sambil menunjuk ke kursi kosong diantara kursi kami. “Oh, nggak apa-apa, Pak.” Jawabku sambil tersenyum, namun kali ini aku agak menyipitkan mata dengan sayu, sekedar memberinya isyarat. Entah ia bisa membaca isyarat itu atau tidak, ia berpindah ke kursi tepat di sampingku, lalu melihat keluar jendela, seolah-olah itulah alasannya untuk berpindah tempat, padahal di luar hanya hitam saja yang bisa dilihat. Karena suhu mulai agak kelewat dingin, aku menutupi tubuhku dengan selimut yang tersedia di kantong di sandaran kursi depanku. Sambil lalu, aku sempat mendapati Pak Bob sering mencuri pandang ke arahku meski ia berlagak membaca majalah. “Dingin ya, Sari?” Tanyanya. “Iya, Bapak nggak kedinginan?” Tanyaku memancing. “Iya, saya pakai selimut juga, ah” Jawabnya sambil memasang selimut di tubuhnya yang besar dan gemuk itu. Posisi duduk di kelas ekonomi memang rapat-rapat, hingga selimutku dan selimut Pak Bob saling menutupi. Aku berpura-pura tidur sambil wajahku kuhadapkan ke Pak Bob, menunggu reaksinya lebih lanjut. Lama juga dia bereaksi, mungkin agak takut meski matanya tidak dapat menyembunyikan apa yang ada di otaknya.<br />Well, semua pria tak banyak berbeda. Lama setelah itu, aku merasakan tangan Pak Bob bergerak ke bawah selimutku dan mengusap-usap punggung tanganku. Agar ia tidak mengurungkan niatnya, aku pura-pura tidak terbangun. Tangannya yang nakal lalu bergeser ke pahaku, mengusap-usapnya di balik celana jinsku, lalu ia menggerakkan jari-jarinya di atas lutut kananku, menggelitik. “Mmm…Geli dong, Pak.” Jawabku sambil membuka mata dan menatap tajam ke arahnya. Pak Bob tampak agak terperanjat ketika mengetahui aku tidak benar-benar tidur, namun tangannya tetap saja bermain-main di atas lututku. Aku membiarkan saja ketika tangannya itu bergerak ke atas, menelusuri paha dan berhenti di perutku. “Kamu langsing ya, Sari…Bagus sekali perut rata begini.” Katanya sambil jari-jarinya memijit-mijit perutku. Waktu itu aku mengenakan kemeja ketat bermotif kotak-kotak yang tidak kumasukkan ke dalam celana, hingga tangannya mudah saja untuk kemudian bergeser ke atas dan menyentuh pangkal leherku. Aku menarik selimut agak ke atas agar tangannya tak terlihat orang lain. Mataku menatap matanya dengan pandangan sendu yang kubuat-buat. Ia tampak girang, dan menggerakkan tangannya hingga menyusup masuk lewat belahan kemejaku yang bagian atasnya tak terkancing. Kini telapak tangannya langsung menyelip ke balik bra sport yang kukenakan, dan memegang payudara kiriku, tanpa ada penghalang lagi.<br />Jari-jari yang besar dan kekar itu lalu meremas-remas sedikit, menemukan puting susuku, dan menjentik-jentiknya lembut. “Nggghhh…” Aku mendesah lirih karena rasa gelinya membuat putingku langsung menegang. Jari-jarinya terus saja memilin-milin puting kiriku. Karena takut dilihat penumpang lain, aku berusaha untuk menahan geli dan tidak banyak bergerak, namun karena rasa geli nikmat itu benar-benar hebat, mataku jadi menyipit dan bibirku setengah terbuka mendesahkan nafasku yang mulai memburu. “Ohhh…geli Pakkk…sshhhh…” Di sela rasa geli dan nikmat itu aku melihat Pak Bob bergerak-gerak di balik selimutnya, rupanya ia mengeluarkan kejantanannya dan mengurut-ngurutnya sendiri dengan tangan kiri sementara tangan kanannya terus meremas dan memainkan payudara kiriku di balik selimut.<br />Aku makin kegelian hingga kepalaku menengadah ke atas. Kancing-kancing kemejaku telah terbuka semuanya dan kemeja itu telah tersingkap ke samping, hingga pundak kananku dapat merasakan dinginnya AC dari balik selimut tebal itu. Pak Bob meletakkan telapak tangannya yang besar di tengah dadaku, ibujarinya memijat-mijat puting kananku sementara jari tengahnya menjentik-jentik puting kiriku. Aduhhh…rangsangan yang diberikannya membuatku merasakan nikmat yang luar biasa hingga aku makin sulit bernafas. Aku memejamkan mata dan membuka mulut tanpa mengeluarkan suara selain desahan nafas yang tersendat-sendat. Tangan kananku bergerak ke balik selimut Pak Bob dan menemukan kejantanannya yang telah keras dan tegang.<br />Jemariku mengurut-urutnya dengan liar, anehnya, ia dapat mengontrol ekspresinya hingga wajahnya tampak seperti orang yang sedang melamun saja. Padahal aku sudah terpejam-pejam menahan rangsangan.<br />Pak Bob lalu memiringkan tubuhnya menghadapku, diangkatnya pegangan kursi diantara kami hingga kini tak ada penghalang di antara tubuh kami lalu kepalanya menghilang masuk ke dalam selimut yang menutupi seluruh adegan itu. Aku memiringkan tubuhku menghadapnya juga, dan di balik selimut itu ia menjilat dan menghisap-hisap kedua puting susuku bergantian sambil meremas-remasnya. Uhhh…jelas saja aku makin tak tahan akan rangsangan ini, keringat mulai menetes di keningku yang berkerut karena kedua alisku menyatu di tengah menahan birahi. Untungnya lampu-lampu pesawat dimatikan dan hampir semua penumpang tidur, sehingga tak ada yang melihat eksresi wajahku yang sedang meringis terangsang berat. “Uhhhkkk…P-Pakk…Aduhhhhh…J-jangan yang itu…!” Bisikku ketika jari-jari Pak Bob mulai menyelip ke dalam ritsluiting jeansku yang telah dibukanya. Namun ia tak menghiraukan, jemarinya kini menyentuh tonjolan klitku dari balik celana dalam, dan membuat gerakan memijat memutar.<br />Aku menggeliat-geliat karena kewanitaanku terangsang hebat dan mulai mengalirkan banyak lendir. Sementara hisapan dan jilatan Pak Bob pada kedua puting payudaraku membuat tubuhku kian gemetar menahan rangsangan. “Sari, ayo ke kamar kecil.” Bisik Pak Bob sambil menghentikan semua gerakannya dan mengancingkan lagi kancing-kancing kemejaku. Kami berdiri dan berjingkat-jingkat menuju ke toilet di bagian depan. Beberapa pramugari yang melihat kami hanya pasang tampang cuek melihat wajahku yang sayu dan agak berkeringat. Di dalam ruang toilet pesawat yang amat sempit itu, Pak Bob melucuti pakaianku hingga aku benar-benar telanjang, aku tak berusaha melawan karena telah terangsang berat oleh foreplaynya yang kelas tinggi tadi. Ia membalikkan tubuhku hingga aku berdiri membelakanginya.<br />Dengan masih berpakaian lengkap, ia memeluk dari belakang tubuh telanjangku, diremas-remasnya kedua payudaraku dan diciuminya tengkukku. Sejujurnya aku telah terangsang amat berat saat itu hingga aku tak lagi mampu menahan nafsu birahi. Aku berpegangan pada meja wastafel kecil di sisi ruang toilet itu ketika Pak Bob menunggingkan tubuhku menghadap ke cermin. Mataku terpejam karena tak ingin melihat wajahku sendiri dalam kondisi terangsang berat.<br />Lalu tiba-tiba kewanitaanku dijejali kejantanannya yang keras itu, Ughhh…Aku merintih tertahan ketika kewanitaanku terasa penuh sesak. Pak Bob mendiamkan sejenak kejantanannya berhenti disitu, merasakan kehangatan jepitan otot-otot kewanitaanku. Tangannya berpindah dari pinggang ke payudaraku, meremasnya, dan mulailah ia bergerak menyodok-nyodok, makin lama makin cepat. Aku merintih dan mendesah sejadi-jadinya, namun aku tak berani berteriak karena takut didengar oleh para pramugari dan penumpang lain. Tanganku berusaha meraih-raih pegangan yang tidak ada.<br />Sempitnya ruang toilet itu membuat gerakan kami terbatas, dan persetubuhan ini terasa agak menyiksaku meski masih terasa nikmatnya. Pak Bob tidak peduli, ia terus saja menekan-nekankan tubuhnya ke tubuhku sambil memainkan kedua puting susuku. Saat itu pertama kalinya aku menitikkan air mata karena merasa agak tersiksa pada saat bersebadan. Namun kenikmatan tetap mengalir ke tubuhku hingga aku lupa daratan. “Uhhh…ssshhhh….” “Tahan sebentar Sari…” Desah Pak Bob sambil terus melakukannya. “Lihat di cermin, kamu cantik sekali!” Sambungnya.<br />Aku membuka mata dan agak kaget melihat wajahku dalam ekspresi seperti itu. Itulah saat pertama aku melihat ekspresiku sendiri saat bersetubuh, dan terus terang, aku merasa terangsang sendiri. Wajahku tampak agak menyipit dan meringis menahan kenikmatan, sementara beberapa helai rambut yang basah oleh keringat jatuh di dahiku, aku merasa begitu seksi saat itu, namun juga begitu nakal, begitu liar. Nafasku makin memburu. Uhh…enakkk sekali rasanya kejantanan Pak Bob menggerus-gerus tiap sudut dalam liang kewanitaanku.<br />Kedua pantatku bertabrak-tabrakan dengan panggulnya yang keras, kedua payudaraku terasa amat geli dan nikmat oleh remasan-remasannya. Hingga akhirnya aku merasakan gigitan orgasme yang membuat tubuhku tegang dan kaku. Pada saat yang sama, Pak Bob mencabut kejantanannya dan mengeluarkan isinya ke dalam wastafel. Untuk sesaat aku hanya diam terpejam sambil berusaha tetap berdiri meski kedua tungkaiku serasa gemetar. Beberapa menit kami saling tidak berbicara dan diam saja di toilet itu. Aku terduduk di atas toilet sambil membungkuk memeluk tubuhku yang telanjang. Kepalaku tertunduk dalam-dalam merasakan sisa-sisa orgasme yang masih membuat kewanitaanku berdenyut-denyut.<br />Tak lama kemudian, Pak Bob membantuku mengenakan kembali kemeja dan jeansku. Bra dan celana dalamku kumasukkan dalam disposal bag dan kutenteng keluar. Sekembalinya ke tempat duduk, aku menyelimuti tubuhku lagi dan tertidur nyenyak. Pagi hari, aku terbangun pada saat pesawat akan landing. Kedua kursi di sampingku kosong, Pak Bob telah pindah entah ke kursi yang mana. Sampai pada saat penumpang berjejalan untuk turun pun aku masih belum dapat menemukannya. Pada waktu sedang berdiri di antrian imigrasi, aku mengambil paspor dalam saku kemejaku, terselip sehelai kertas.<br />Bertuliskan ucapan terimakasih Pak Bob, lengkap dengan nomor teleponnya di Indonesia dan di negara itu. Dengan santai, aku meremas-remas kertas itu, dan menjatuhkannya ke lantai. Yah, Pak Bob yang beruntung itu tidak pernah lagi mendapat telepon dari aku, atau bertemu denganku. Ia cukup bagus, namun terlalu kasar dan ingin mendominasi. Tidak terlalu berkesan memang. Namun demikian, ia telah menjadi salah satu pria yang kuanggap beruntung, yang namanya bisa tertulis dalam buku harianku, buku harian sang petualang, The Lust Hunter.<br />TamatRAIDERShttp://www.blogger.com/profile/12674960758995664677noreply@blogger.com0